31. Taman

968 146 0
                                    

"Jangan aneh aneh." Ucap Minho pagi itu begitu mendengar ujaran keempat adiknya yang berada di line umur yang sama.

Pagi itu, Minho baru akan berangkat sekolah. Changbin sudah lebih dulu berangkat karena ada urusan lain. Lalu Chan pergi pagi pagi buta karena harus mengawasi penerimaan stok barang. Jadi hanya ada dia dan Jeongin saat empat adiknya mengutarakan keinginan untuk bekerja sampingan.

"Kita juga mau bantu!" Ujar Jisung.

"Kalian sekolah bener aja udah bantu banget." Balas Minho, masih sibuk membereskan tasnya.

"Kenapa gak boleh? Changbin aja boleh." Tanya Hyunjin.

"Dia udah SMA."

"Kita juga udah mau SMA dan Changbin cuma setahun di atas kita." Ucap Seungmin.

"Cuma pas masa liburan kok." Tambah Felix.

Minho selesai memberesi tasnya dan kemudian memakai sepatunya. Dia lali menghadap empat adiknya.

"Nanti tanya ke Chan hyung. Ayo Jeongin."

Minho mengajak Jeongin yang sejak tadi menunggu di dekat rak sepatu. Keduanya kemudian pergi ke sekolah.

"Emang kalian mau kerja apa?" Tanya Jisung.

"Pasti ada kerjaan buat liburan gini, bagi bagi brosur akademik? Soalnya kalau kerja di minimarket, kita masih dibawah umur."

"Sebenernya semua kerjaan ga boleh buat anak dibawah umur." Timpal Seungmin.

"Tapi masa liburan lama gak kita manfaatin? Cari cari aja yuk." Ajak Hyunjin.

"Gue bisa ngajar les privat. Tapi ya gue kan cuma anak kelas 3 SMP, siapa yang mau make jasa gue?" Ucap Felix.

"Cari aja dulu, yang ga ada persyaratan susah. Soal izin entar aja deh."

Jadi pada akhirnya mereka berempat berkeliling. Tapi sulit menemukan pekerjaan untuk anak baru lulus SMP. Tidak ada yang mau mempekerjakan. Mereka juga tidak percaya pada tubuh kurus dan kecil mereka.

Mereka berhenti di depan minimarket, membeli masing masing satu ice cream dan memakannya di taman. Keempatnya duduk di masing-masing ayunan.

"Susah ya?"

"Banget. Malah kita dibilang ga mikir. Apa salahnya si mau cari uang?" Protes Jisung.

"Salah umur kita." Jawab Seungmin.

"Anak bau kencur si." Balas Hyunjin tapi kemudian mereka tertawa. Teringat ucapan pemilik restoran yang menolak mereka tadi.

"Mau kerja di pak Jiyoung aja? Dia sering minta bantu bersihin apartemen terus dikasih uang."

Tawaran Jisung langsung di balas tatapan ngeri ketiga saudaranya. "Lo inget gimana marahnya Chan hyung pas tahu gue sama Felix bersihin apartemen beliau?" Ingat Hyunjin.

"Huh gak lagi lagi deh. Ngeri banget!" Tambah Felix.

"Sebenernya Chan hyung juga pasti marah kalau kita nyari kerja gini." Ucap Seungmin.

Semuanya menghela nafas. Kemarahan Chan adalah hal terakhir yang ingin mereka lihat. Mungkin memang mereka belum boleh mencari uang. Benar kata pemilik restoran, mereka gila, gagasan omong kosong.

"Hai Felix!"

Keempatnya mendongak meski yang disapa hanya Felix. Berdiri di depan mereka Ryujin yang benar-benar terlihat seperti seorang putri.

Yah memang bukan kabar selentingan lagi kalau Ryujin anak orang kaya.

"Ryujin astaga! Lo tiba-tiba ngilang!" Seru gadis yang berlari terengah menyusul Ryujin.

Yeji.
Gadis yang selalu mengekori Ryujin.

"Kenapa lo disini?" Tanya Hyunjin.

Ryujin menunjuk gedung yang mengelilingi taman. "Ini deket kompleks apartemen tempat tinggal gue." Jawab Ryujin.

Keempat saudara itu melihat sekeliling, baru sadar mereka berada di dekat kompleks apartemen mewah.

"Oh, hai... Ga nyangka ketemu di sini." Ucap Yeji.

"Hai Yeji." Sapa Hyunjin lembut.

Yeji balas melambaikan tangannya pada Hyunjin.

"Kalian ngapain di sini?" Tanya Yeji.

"Nyari-"

"Jalan jalan aja." Potong Hyunjin cepat. Dia tidak mau Yeji menganggapnya aneh karena mencari pekerjaan.

"Ohhh."

"Yeji mau duduk di sini?" Tawar Hyunjin lalu berdiri.

"Gak! Gak usah!!" Sergah Ryujin cepat.

"Cari tempat lain aja, di sini panas. Gimana kalau di bawah pohon sana aja." Ucap Ryujin

"Ide bagus." Ucap Seungmin lalu berjalan mendahului mereka.

Pada akhirnya, meski tidak tahu kenapa, mereka duduk bersama di kursi taman melingkar di bawah pohon besar.

"Yeji, beliin makanan sama minuman buat kita di sini." Ucap Ryujin memecah keheningan, dia memberikan kartu kepada Yeji.

"Gue temenin!" Ucap Hyunjin.

Dia berjalan bersisian dengan Yeji menuju minimarket yang tadi sudah didatanginya.

"Kenapa lo nyuruh Yeji?" Tanya Felix, tiba-tiba. Itu kalimat pertamanya sejak kedatangan Ryujin.

"Eh?" Gugup. Ryujin juga tidak bisa menjawab. Dia tidak tahu. Menyuruh Yeji adalah hal biasa baginya, tidak perlu alasan. Kata orang tuanya, Yeji adalah orang yang akan membantu dan memenuhi keinginannya.

Seungmin dan Jisung saling lirik. Kabar itu sudah menyebar luas, tapi Felix tidak tertarik dengan kabar tidak penting. Jadi dia tidak tahu.

Kata kasarnya, Yeji adalah baby sitter dan pembantu Ryujin. Tapi jelas itu hanya dikatakan di belakang kedua orang tersebut. Tidak ada yang dengan bodoh mengatakan di depan Ryujin.  Seungmin dan Jisung juga tahu hanya dari pembicaraan teman perempuan di kelas.

"Dia minta tolong." Ucap Jisung menjawabkan pertanyaan Felix.

"Dia nyuruh, gak minta tolong." Balas Felix.

"Gue gak tahu. Udah biasa..." Balas Ryujin.

"Kalian tetanggaan?" Tanya Felix lagi. Jisung dan Seungmin tidak tahu harus menghentikan seperti apa.

"Bukan. Yeji tinggal di rumah gue kadang, dia anak mbak di rumah gue."

Felix mengangguk, kini sudah paham.

Di sisi lain, Hyunjin dan Yeji bersisian masuk ke minimarket. Yeji langsung mengambil makanan ringan dan minuman.

"Lo suka biskuit ini?" Tanya Hyunjin.

Yeji menggeleng, "Ini makanan kesukaan Ryujin." Jawab Yeji.

"Lo suka yang apa?" Tanya Hyunjin.

"Apapun gue mau." Jawab Yeji, dia mengambil beberapa ice cream.

"Kalian sering bareng ya?" Hyunjin tidak bisa berhenti bertanya.

"Iya, kadang gue tidur di rumahnya buat nemenin dia."

"Dia nyebelin kan?"

Yeji tertawa, "Dikit. Suka ngeyel."

Hyunjin tersenyum melihat tawa Yeji. "Lo cantik."

Yeji langsung mendongak menatap Hyunjin. "M-makasih." Balas Yeji, gugup.

Hyunjin mengambil alih bawaan Yeji lalu ke kasir. Setelah membayar, mereka kembali ke taman.

"Lo mau sekolah di mana?" Tanya Hyunjin.

"Sama kayak lo. Sekolah paling deket." Jawab Yeji.

"Gak ikut Ryujin berarti?"

"Eh? Dia juga mau kesana."

"HAH???"

•••

ғᴀᴍWhere stories live. Discover now