22. Tentang yang Terpendam

1.5K 180 5
                                    

Seminggu kemudian, Chan menghadiri rapat mengenai kelanjutan siswa kelas tiga. Hasilnya, wali kelas Seungmin bisa membantu mencarikan beasiswa di luar beasiswa yang sudah diberikan apabila Seungmin mampu mencapai nilai ujian yang sudah ditetapkan. Hal mudah baginya karena dia selalu meraih nilai terbaik. Felix memilih mengikuti jejak Hyunjin dan Jisung. Tidak, dia tidak membenci Seungmin sehingga tidak mau satu sekolah dengannya. Bersama Hyunjin dan Jisung dia aman dari orang orang brengsek yang menginginkan dirinya.

Seungmin dan yang lain berbaikan, tidak sampai sehari mereka bertengkar. Tapi dari kejadian itu, mereka jadi tahu kalau Seungmin selama ini menyimpan pikiran, sama seperti Jisung dan sama seperti yang lain. Hal wajar ketika masing-masing orang menyimpan pendapatnya tentang orang lain, tapi ada waktu ketika pendapat itu meledak keluar. Lebih banyak yang diam karena merasa pendapat itu tidak lebih penting dari ikatan keluarga mereka.

"Jadi, gimana kalau kita seenggaknya saling ngeluarin unek-unek? Gak usah tersinggung, daripada nanti jadi berantem lagi." Saran Changbin di hari Minggu saat sarapan pagi.

"Malu ah." Jawab Jeongin.

"Gak usah malu. Biar semuanya clear. Tiap bulan kalau bisa rutin." Jawab Changbin.

"Menurut lo gimana hyung?" Tanya Changbin lagi pada Minho dan Chan.

"Boleh aja si, tapi entar malem ya. Gue mau kerja dulu." Jawab Chan.

"Yes!! Oke, nanti malem ya. Gak usah kabur. Nanti gue siapin makanan." Ucap Changbin.

"Makanan dari mana? Lo mau beli?"

"Masak lah."

Semuanya tertawa mendengar jawaban Changbin.

"Hahahhaha lo mau masak hyung?? Serius?? Kemarin nasi goreng aja lo cuma motong daun bawang." Ucap Hyunjin, dia mengusap matanya yang berair karena tertawa mendengar Changbin.

"Lo JANGAN REMEHIN GUE HWANG HYUNJIN!!" Teriak Changbin.

"Gak boleh. Gue takut lo bakar apartemen. Gak usah masak, gue bawain makanan dari restoran aja." Ucap Minho yang sejak tadi sibuk membereskan peralatan makan mereka. Felix langsung bangkit untuk membantu kakaknya.

"Gak percayaan banget sama gue." Gumam Changbin sedih.

"Demi kebaikan, Bin. Lo jauhin dapur aja." Balas Chan sedikit tersenyum mengejek sambil menepuk bahu Changbin.

•••

"Bos lo kok baik banget sih hyung? Ini mah, enak banget." Ucap Changbin yang pertama kali melihat bawaan Minho.

Samgyeopsal. Makanan mewah itu dibawa Minho.

"Ini gue beli. Gak dikasih ya. Enak aja lo muji bos gue, muji gue lah!" Balas Minho sambil meletakkan bawaannya di atas meja.

"Ohh... Gue kira. Chan hyung mana? Biasanya bareng."

"Masih dibawah, ambil surat dulu." Jawab Minho kemudian berlalu ke kamar mandi untuk bersih bersih.

Chan datang tidak lama setelah kepergian Minho. Changbin yang sedang membaui daging yang dibawa Minho langsung menoleh ke arah Chan.

Changbin bisa tahu ada masalah saat Chan datang dengan wajah suram. Seperti ada cumulonimbus di atasnya.

"Kenapa hyung?" Tanya Changbin.

"Mereka minta kita segera bayar bunganya dulu." Jawab Chan.

"Banyak?"

Chan menggeleng. "Masih bisa gue handle. Kita harus masukin bunga ini ke anggaran bulanan." Jawabnya.

Changbin mengangguk paham. Pasti sulit, menjadi kepala keluarga. Dia memeluk Chan tiba-tiba.

"Apa nih, pada pelukan?" Tanya Seungmin saat mengambil air putih di lemari pendingin.

"Lo gak pernah meluk gue si, jadi gue meluk Chan hyung." Balas Changbin, dia bisa merasakan getaran Chan saat tertawa.

"Lepas dulu, gue mau mandi. Katanya kita mau apa si yang diminta Changbin tadi." Jawab Chan.

"Ngeluarin pikiran."

"Nah."

Tapi hal itu tidak semudah kedengarannya. Canggung. Apalagi ini diminta mengeluarkan kekesalan masing-masing orang. Suasana yang damai juga tidak mendukung.

"Astaga, gak ada yang mau duluan nih?" Tanya Changbin.

"Ya lo lah! Kan lo yang usulin." Balas Minho.

Mereka duduk di bawah, padahal ada sofa di atas. Tetapi lebih enak saat duduk semuanya saling bisa melihat.

"Dia gak punya kayaknya hyung, soalnya kan tiap pagi udah ngomel ngeluarin semuanya." Ejek Jisung yang langsung mendapat pukulan dari Changbin.

"Ada ya! Ini gue langsung ke orangnya aja ya. Hyunjin. Gue gak suka lo yang tiap malem ke kamar mandi ya. Mana harus ditemenin Jisung. Itu ganggu gue yang tiap malem harus denger recokan kalian karena Jisung yang gak mau terus lo maksa." Ucap Changbin.

Hyunjin melongo mendengarnya. "Gitu doang???"

"Chan hyung, lo gak usah ngalah ngalah gitu soal makanan. Lo kan juga harus makan. Gue sebel sendiri lihatnya tiap lo yang makan terakhir."

Chan yang sedang menatap Minho membuat gulungan samgyeopsal untuk diberikan kepadanya langsung mendongak kaget.

"Hah???"

Lalu ada gulungan samgyeopsal yang tiba-tiba masuk ke mulutnya.

"Nah, dia udah makan tu." Jawab Minho sambil menahan tawanya melihat wajan kaget Chan.

"Gue selesai." Ucap Changbin.

"Kalau gitu gue juga ada. Jisung, lo harusnya nemenin gue ke kamar mandi. Lo juga gak boleh insecure terus. Terus lagi, kalau mau hajar orang koordinasi dulu sama gue."

"Lo masih berantem???" Tanya Minho sedikit marah.

"Nih nih, Minho hyung juga. Jangan marah marah terus, capek tahu tiap pagi kena omelan." Lanjut Hyunjin seraya menunjuk Minho.

Satu persatu member mengeluarkan pikiran mereka. Hingga tiba saatnya si kecil. Jeongin. Yang sejak tadi hanya tertawa mendengar guyonan kakak-kakaknya. Semua kini menatap Jeongin. Ingin mendengar apa yang akan dikatakan si maknae.

"Aku kadang, kesepian. Chan hyung, Minho hyung sama Changbin hyung pulang telat. Hyunjin hyung biasanya asik sama ponsel. Seungmin hyung belajar. Felix sama Jisung hyung ajak aku main, tapi rasanya masih sepi. Seneng banget kita bisa ngumpul gini. Aku juga masih kangen mama, tapi takut ke pemakaman sendiri. Tapi juga gak enak kalau mau minta anter. Itu kan mama Jeongin."

Semuanya diam mendengar ucapan si bungsu. Wajah si bungsu memang tersenyum hingga matanya membentuk garis, tapi mereka tahu ada pedih yang dipendamnya. Ada pedih yang tidak bisa diutarakan karena rasa segan.

Jisung yang pertama memeluk Jeongin. Kemudian semuanya mengikuti.

"Maaf, hyung bakal sering-sering ajak kamu ngobrol ya." Ucap Chan, dia yang paling jarang bertemu si bungsu.

"Jangan segan buat minta anter kita, kita kan keluarga." Tambah Changbin.

•••

ғᴀᴍDonde viven las historias. Descúbrelo ahora