4. Bekal

1.5K 210 1
                                    

"Chan, ini bayaran lo, makasih ya."

"Yoi. Thanks juga." Balas Chan.

"Gue minta tolong dong, kerjain tugas matematika gue ya? Gue ada rapat organisasi."

Belum genap semenit sudah ada orang lain dihadapan Chan, membawa satu buku tulis dengan wajah terburu-buru.

"Dikumpul kapan?" Tanya Chan memeriksa tugas milik Yunho itu.

"Dua jam lagi. Gak banyak kok, lima soal doang. Entar gue ambil lagi." Jawab Yunho.

Chan mengangguk. "Oke. Nanti gue kabarin."

"Thanks banget. Gue pergi dulu." Ucap Yunho lalu bergegas pergi.

Chan kembali ke mejanya, dia membuka tugas milik Yunho. Ah, tugas baru. Guru matematika mereka sama, jadi pasti nanti Chan juga akan mendapatkan tugas ini.

"Makan dulu kek Chan." Komentar Bambam, teman semejanya.

"Gue lihat dulu kayak apa tugasnya." Gumam Chan. Dia mulai mengerjakan soal soal di tugas Yunho.

"Istirahat pertama lo juga ga makan kan? Gue beliin kantin ya?" Tawar Bambam.

"Gak usah. Nanti kalau udah selesai gue makan." Jawab Chan.

"Untung kita udah gak ada banyak pelajaran."

Sama seperti Hyunjin dan yang lain, Chan juga sedang menempuh tahun terakhirnya, hanya tinggal ujian kelulusan.

Di kelas saat ini pun hanya ada mereka berdua. Siswa lain lebih memilih belajar di ruang lain selain kelas. Bosan katanya.

Tok tok tok

Bambam mendongak untuk melihat siapa yang mengetuk sedangkan Chan sudah tenggelam ke tugasnya.

Satu kotak bekal ditaruh dihadapan Chan, kali ini laki-laki itu mendongak. Minho duduk di kursi di depannya. Berwajah datar sembari membuka kotak bekal makan itu.

"Lo lupa bawa bekal. Lo juga gak ke kantin." Ucapnya.

"Sini gue yang kerjain, lo makan dulu." Ucapnya lagi merebut tugas di hadapan Chan.

"Itu tugas kelas 3 Min."

Minho mencoba melihat soal dihadapannya lalu menggeleng menyerah. "Ah susah."

Chan tertawa kecil lalu melanjutkan mengerjakan. "Makan dulu."

"Nanti." Balas Chan.

Bambam tertawa. Dia menepuk bahu Chan lalu keluar kelas. Sudah ada yang menjaga teman sejak SMPnya itu.

"Mau gue suapin?" Tawar Minho. Chan menatapnya datar lalu mendengus.

"Gak usah aneh aneh lo. Kenapa disini? Bukannya lo masih ada kelas olahraga?" Tanya Chan.

"Males. Gue digodain mulu. Gue masih laki ya Tuhan capek banget." Keluh Minho, kali ini Chan tertawa keras. Dia melirik wajah Minho yang cemberut.

Yah, memang benar kalau wajah Minho dan Felix memiliki charm tersendiri, wajah mereka cantik. Chan tahu kalau Felix sering diejek, tapi sudah ada Hyunjin dan Jisung yang menjaga Felix di sana. Kalau soal Minho, bukannya diejek, lelaki itu justru sering digoda bahkan tidak jarang diajak berpacaran, oleh laki-laki lain. Chan tidak begitu khawatir, Minho biasanya akan menghajar laki-laki yang mulai berbuat aneh kepadanya atau memilih kabur seperti ini.

"Btw, ini hyung." Ucap Minho lalu menyerahkan uang.

"Ini apa?"

"Buat study tour Jeongin. Gue bantu setengah ya?"

"Gak usah astaga Min, lo simpen aja." Tolak Chan. Minho memaksa Chan menerima uang itu.

"Gue dapet bonus. Jadi lo gak usah maksain diri nyari uang lain dari joki tugas gini, terus lo jadi gak makan sama sekali. Buat hari ini, tugas ini yang terakhir. Oke?"

Chan hanya bisa mengangguk. Terhipnotis dengan cara bicara Minho yang cepat. Minho lalu menyodorkan kotak bekal yang ia bawa, ada nasi, telur, dan kimchi disana. Sederhana.

"Makan dulu."

Chan mengangguk lagi. Kalau dipikir-pikir Minho kerap kali berperan seperti Ibu. Dia yang paling sering mengingatkannya soal makan karena tahu Chan bisa menjadi jarang makan.

"Makasih ya." Ucap Chan tiba-tiba. Minho mengangguk lalu.

"Makasih Min."

"Iya astaga Chan, makan cepetan!!"

"Gue hyung lo."

"Ah elah serah."

Chan tertawa melihat wajah malas Minho.

•••

ғᴀᴍHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin