12. Berjuang bersama

1.5K 197 6
                                    

"Bang Christopher Chan."

Chan maju ke depan kelas untuk mengambil formulir yang diberikan wali kelasnya lalu kembali ke tempat duduknya di samping Bambam.

Nama nama lain terpanggil sampai absen terakhir. Setelah itu wali kelas mereka berdiri dengan membawa formulir yang tadi dibagikan.

"Formulir ini untuk survei rencana kalian ke depannya. Isi rencana kalian setelah lulus, ingin melanjutkan sekolah ke mana atau rencana lainnya. Isi lalu kumpulkan sampai batas sepulang sekolah. Ketua kelas tolong kumpulkan ya."

Bang Chan mengangguk kepada wali kelasnya. Setelah itu wali kelas itu keluar, meninggalkan kelas dalam keadaan ramai kembali.

Bambam mendesah tidak suka saat melihat formulir itu. "Ah malesin, gue diuber mulu sama nyokap mau lanjut ke mana."

Chan mengamati teman sekelasnya yang lain. Mereka semua sibuk belajar. Tidak ada hentinya melihat buku dan mencatat. Mungkin hanya dia dan bambam yang tidak sesibuk yang lain.

"Lo mau lanjut kemana Chan?" Tanya Bambam yang melihat Chan sudah mengisi formulirnya.

"Kok lo strip? Lo gak mau lanjut kuliah???" Tanya Bambam terkejut saat melihat Chan membubuhkan tanda (-) pada baris universitas yang akan dituju.

"Enggak." Jawab Chan.

"Kenapa? Masalah biaya? Lo bisa ambil beasiswa, mau beasiswa kurang mampu atau prestasi juga bisa. Otak lo encer."

Bambam kelihatan lebih tidak rela saat melihat Chan menyoret semua baris di formulir itu.

"Gue harus kerja." Jawab Chan. Tangannya tidak berhenti menulis pada kolom rencana lima tahun mendatangnya.

"Part-time kayak selama ini bisa kan?" Tanya Bambam masih berusaha mencari solusi agar Chan bisa melanjutkan pendidikannya.

"Adek gue enam Bam, semuanya masih sekolah. Lo tahu sendiri 00line ada 4 orang, masuk samaan. Ada banyak hal yang udah gue pikirin dan gue ambil keputusan buat gak lanjut."

Chan menyelesaikan pengisiannya yang tidak lebih dari sepuluh menit. Dia berdiri, "Gue ke kamar mandi dulu ya."

Selepas Chan pergi, Bambam mencoba melihat isi yang ditulis Chan. Dia merasa hatinya ikut sesak, padahal bukan dia yang mengalami.

Apa keinginan Anda selama lima tahun ke depan?
Menjadi pelajar kembali.



"Tolong yang udah taruh di meja gue ya!" Pesan Chan saat bel pulang sebentar lagi berbunyi. Chan membereskan alat sekolahnya. Hanya tinggal mengumpulkan formulir dan dia bisa langsung ke minimarket.

"Bam, lo daritadi belum selesai?" Tanya Chan menyadarkan Bambam dari lamunannya.

Bambam menjatuhkan pulpen yang tadi ia mainkan diantara bibir dan hidungnya.

"Gue bingung."

"Apanya?"

"Apa kemauan gue? Atau gue harus kemana?" Balas Bambam.

"Research dulu sana. Untuk sekarang isi apa aja, formulir ini bukan penentu lo kedepannya harus kayak yang lo isi sekarang. Gue pikir lo harus banyak konsultasi atau banyak research jurusan apapun itu." Balas Chan.

"Yaudah lah." Balas Bambam pasrah menulis apapun yang terlintas di pikirannya.

"Kalau lo gak mau lanjut, lo mau cari kerja apa Chan?" Tanya Bambam seraya mengisi formulirnya.

"Apapun."

"Jangan bilang lo mau part-time di berbagai tempat???" Tanya Bambam kembali shock.

Chan tertawa. "Bisa jadi. Udah lo gak usah khawatirin gue."

Beberapa menit kemudian bel berbunyi. Chan mengumpulkan semua kertas formulir lalu membawanya ke ruang guru.

"Apa nih?"

"Ngagetin lo." Ucap Chan saat melihat keberadaan Minho yang tiba-tiba ada di sampingnya.

"Lo gak pulang?" Tanya Chan.

"Tadinya, mau bareng lo aja." Balas Minho. Chan mengiyakan dengan anggukan.

"Bang Chan? Formulirnya ya?"

Kebetulan di depan pintu ruang guru Chan dan Minho sudah bertemu dengan wali kelas Chan.

"Iya, Bu."

Chan menyerahkan tumpukan formulir itu kepada wali kelasnya. Chan masih menunggu, dia akan pergi setelah wali kelasnya tersebut menyuruhnya pergi. Seperti biasa.

Minho menatap sekeliling, agak canggung sebenarnya. Dia ingin pergi dulu tetapi tidak sopan.

"Kamu... Gak lanjut kuliah Chan?" Tanya bu Yura, wali kelasnya.

"Iya, Bu."

"Alasannya? Kalau masalah biaya masih ada banyak beasiswa Chan." Tanya bu Yura, sama seperti Bambam tadi.

"Ada banyak pertimbangan lain, Bu."

"Apa contohnya? Saya menyayangkan kemampuan kamu Chan."

Chan melirik Minho yang masih berdiri di sampingnya. Minho balas meliriknya. Ah, apa dia harus menceritakan masalah hutang ayahnya?

"Saya punya enam adik yang masih sekolah." Jawab Chan. Dia tidak akan membiarkan orang lain mengetahui perihal hutang itu. Sudah cukup mereka dikenal dengan anak dari Ju Han yang beristri banyak, tidak perlu ditambah dengan hutang itu.

Bu Yura melirik Minho yang semakin canggung kemudian menghela nafas.

"Ya sudah, tapi pertimbangkan lagi ya?"

Chan mengangguk. Mereka kemudian pergi setelah bu Yura pergi. Keduanya menunggu bus di halte depan sekolah. Kebetulan tempat kerja mereka memang berdekatan.

"Chan hyung." Panggil Minho tanpa menoleh ke Chan, matanya masih terpaku pada kucing di seberang jalan. Chan menyahut dengan deheman.

"Hm?"

"Ayo."

"Ayo apa?" Tanya Chan bingung. Bus belum datang, lalu Minho mengajaknya kemana?

"Ayo berjuang sama-sama."

Senyum Minho terbentuk, begitu juga senyum Chan. Chan mengangguk, tangannya terangkat untuk mengusap rambut Minho.

•••

ғᴀᴍTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang