Yang Tidak Berani Diucapkan

30 9 0
                                    

Selamat datang di Part Spesial ini! Semoga kalian suka, ya!🥂

***

Happy Reading!

Surat 3 tahun lalu yang bagi Ivan dari 300 tahun lalu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Surat 3 tahun lalu yang bagi Ivan dari 300 tahun lalu.

Ini surat buat satu-satunya adik gue, Ivander Gabrian.

Van, sorry gue pergi. Sorry gue nyerah.

Gue ambil kesempatan buat pergi hari ini. Gue pergi di saat gue seharusnya lagi berdiri gagah di depan ribuan orang terutama papa yang bangga anaknya jadi murid terbaik di sekolah. Gue pergi di saat seseorang lagi naruh harapan di pundak gue.

Gue mau bernapas lega di mana nggak ada yang dikte jalan hidup gue.

Masa depan cerah udah kalian siapin buat gue. Gue tahu persis kalian sayang luar biasa sama laki-laki keras kepala ini. Tapi maaf, masa depan yang kalian siapin bukan yang gue mau.

Van, gue iri sama lo. Gue cemburu setengah mati.

Lo bisa bebas bermimpi menjadi apa pun, sedangkan gue harus raih mimpi orang lain.

Gue harus raih mimpi papa yang nggak bisa gue raih, karena itu bukan mimpi gue. So i run away.

Because i deserve to have my own dream, right?

Cuman gara-gara mimpi gue kecil dan nggak sehebat mimpi orang lain, bukan berarti mimpi gue nggak worth it buat diwujudin.

Iya, kan?

But, i know you so well. Gue tahu di saat gue iri sama lo, lo sendiri malah iri sama gue.

Gue nggak pernah paham teori mana yang bisa menjelaskan kenapa banyak sekali orang yang dikasih hidup nggak sesuai dengan harapan dan mimpi mereka.

Semoga, waktu gue balik, gue tahu kenapa hidup harus begitu.

***

"Itu motor Ivan, kan?" tanya Teresa lagi dan lagi.

Lexi terdiam dan terus menyetir.

"Woy! Lo punya telinga nggak?" Teresa mempertipis jaraknya dengan Lexi di kursi setir.

"Yaelah! Lo kira yang punya motor gitu si Ivan doang? Banyak kali!" celetuk Lexi sambil kesal.

If We Didn't MeetWhere stories live. Discover now