"Udah diem ah! Mumet tau gw di kamar lo seharian!"

"Tapi tuan--"

"Ini perintah."

Bagus. Akhirnya si dayang itu terdiam. Haechan hanya tersenyum tipis saat melirik Eunso yang tampak pasrah itu kini melanjutkan membantu mengaduk kuah di dalam kuali menggantikan ahjumma.

Sebenarnya, Eunso bukan ingin terlalu memanjakan Haechan dan teman-temannya, ia sama seperti layaknya para dayang, harus menaati perintah sang putri dengan sungguh-sungguh.

"Eunso-yaa....!!!"

Gadis yang diteriaki namanya itu kemudian menoleh ke belakang dan mendapati Jina tengah berlarian kearahnya, namun sejurus kemudian langkah gadis itu terhenti saat Haechan ikut menoleh padanya, Eunso yang mengikuti arah pandang Jina hanya menghela nafas panjang,

"Ada apa, Jina-ya?"

Mata Jina bergerak-gerak tidak nyaman, butuh sekitar tiga detik sampai akhirnya dia menjawab pertanyaan Eunso,"A-aku ingin mencari teman untuk pergi membeli kebutuhan pangan,"

"Maaf Jina, tapi sepertinya aku tidak bisa. Bagaimana dengan Minjeong?"

Jina menggeleng,"Aku sudah mencarinya tapi dia tak ada dimanapun..."

"Ayo pergi bersamaku," Sambar Gaeun yang entah sejak kapan sudah bergabung dan membuat Jina, Eunso juga Haechan agak tersentak.

Gadis itu sempat membungkuk pada Haechan lalu kembali memfokuskan atensinya pada Jina,

"Hong Gaeun bagaimana dengan tuan--"

"Mereka sedang tidak membutuhkan apapun," Sergah Gaeun sebelum Eunso menyeselesaikan kalimatnya,

Sementara lawan bicaranya hanya bisa menghela nafas,"Baiklah. Tapi tetap mintalah izin mereka kalau kau ingin pergi,"

Haechan memutar bolamatanya jengah saat mendengar kalimat terakhir Eunso barusan. Lama-lama dia bisa risih kalau terus diperlakukan seperti ini.

Gaeun tersenyum masam menanggapi kalimat Eunso, kemudian segera pergi darisana setelah dirinya dan Jina membungkukkan badan.

"Apa yang salah denganmu, Lim Jina?" Gaeun mendengus kesal saat dari tadi temannya itu terus meremas lengan hanboknya,

"Kau... akan menemui para pemuda itu?" Cicit Jina,

Gaeun menatap Jina yang tampak seperti anak kucing itu, kemudian sejurus berikutnya dia tertawa,"Apa yang sebenarnya kau takutkan dari mereka? Mereka hanya sekumpulan gelandangan aneh."

"Mereka siluman,"

Lagi-lagi Gaeun tertawa. Tak tahan dengan ekspresi ketakutan Jina yang serius itu malah tampak menggemaskan dimatanya.

Jina menepuk pelan bahu Gaeun,"Hei. Aku serius. Aku marasakan aura siluman dari mereka!"

"Oh, ayolah..."

Tak lama keduanya sampai di depan bilik tempat dreamies singgah. Terlihat disana silu-- Park Jisung tengah terduduk malas di teras, segera Gaeun membungkuk pun Jina mengikutinya dengan gugup.

"Selamat sore tuan Jisung..."

Jisung tersenyum menanggapinya, dia pun sudah berdiri saat melihat kedua dayang ini menghampirinya,

"Saya ingin pergi ke pasar untuk berbelanja,"

Jisung menggaruk cengkuk lehernya kikuk. Kenapa memangnya kalau ingin ke pasar?

Oh. Apakah mereka harus meminta izin padanya juga karena 'tugas' itu?

"PASAR??"

Semua orang disana dibuat kaget bahkan Jina sampai terhuyung saat suara lumba-lumba Chenle menginterupsi ketiganya. Rupanya pemuda itu tertarik saat mendengar perbincangan Jisung dengan para dayang dari dalam bilik,

The Ice Princess ; AESDREAM [Complete] ✔️Where stories live. Discover now