14. Marah-marah, Baikan

109 23 2
                                    

Saat itu juga Jeff diputuskan oleh pacarnya, segala rencana pernikahan yang sudah disusun langsung berantakan begitu saja hanya karena Kinan bertingkah sesukanya. Siapa yang tidak mengamuk ketika melihat dengan gamblang calon suaminya dicium wanita lain? Meski kelihatannya masih bocah, tetap saja tidak masuk akal bagi calon istri Jeff. Hubungan yang bahkan sudah mempersiapkan pernikahan harus kandas begitu saja, bagaimana coba Jeff bisa menerima keberadaan Kinan sebagai sahabat adiknya, dia juga mau menganggap Kinan adik, tapi untuk itu Kinan terlalu kurang ajar.

Begitu sampai di rumah beruntung Kinan juga sedang berada di rumahnya, jadi dia tidak perlu ke rumah Kinan untuk marah-marah. Hubungannya dengan pacarnya sudah seserius itu dan harus hancur hanya karena seorang cewek ingusan seperti Kinan.

Jeff langsung menuju ke ruang keluarga, di mana Kinan dan Jeany sedang duduk. Kinan sudah tahu kalau riwayatnya akan tamat, tapi dia tetap nekat datang ke rumah Jeany sepulang dari rumah sakit. Jeff berkacak pinggang di hadapan Kinan dan Jeany. Jeany sampai heran, kenapa abangnya itu?

"Lo!" Dia menunjuk Kinan kemudian sulit untuk berkata-kata.

Kinan menggigit bibir bawahnya, Jeany malah semakin tidak mengerti. Sepertinya memang ada yang salah di antara Kinan dan Jeff.

"Gue putus sama cewek gue gara-gara lo! Lo bisa nggak sih berhenti gangguin hidup gue, bocah ingusan!" Jeff benar-benar tidak bisa menahan dirinya lagi, nada suaranya meninggi benar-benar tidak peduli tubuh Kinan mengerut ketakutan.

"Lo gila ya! Gue bahkan udah ngomongin soal pernikahan dan sekarang cewek gue bener-bener menolak semua penjelasan. Sinting lo!" Jeff mengurut pelipisnya sendiri, dia juga bingung harus bagaimana lagi menyadarkan Kinan, dia bukan sedang mencintai Jeff, dia sedang terobsesi dan berusaha untuk menang.

Jeff kemudian menelan ludahnya dengan susah payah, menarik kemudian membuang napasnya, setelah itu menatap Kinan. Memang tampak ketakutan, tapi pasti gadis itu sama sekali tidak memasukkan semua omelan Jeff ke dalam kepalanya.

"Lo! Hah! Jauh-jauh dari hidup gue!"

Jeany melongo melihat itu, abangnya itu berbalik kemudian pergi meninggalkan merek berdua. Sementara Kinan masih menunduk takut, Jeany turut melihat ke arahnya dan terheran-heran, kenapa Jeff sampai semarah itu.

"Kenapa sih?" tanya Jeany.

Kinan tentu saja tidak menjawab, kesannya rendah sekali saat dirinya mengakui kalau dia mencium pipi Jeff di depan umum di rumah sakit, di hadapan calon istri Jeff, beserta rekan-rekannya. Setelah Kinan pikir-pikir, dia memang terlalu berani atas semua ini, dia agak menyesali tindakannya yang dilakukan tanpa berpikir panjang.

"Lo apain dia?" tanya Jeany sedikit memaksa, kalau apa yang Kinan lakukan tidak fatal, tidak mungkin Jeff sampai begitu.

"Gue cium pipinya, abisnya dia nyebelin sih!"

Jeany melongo mendengar itu, dia kemudian menggoyangkan bahu Kinan. "Serius lo?!"

"Kita ketemu di rumah sakit, dia sok-sokan ngerangkul pacarnya, terus pake nanya lagi gue masih naksir nggak sama dia. Ya udah gue cium aja sekalian."

Jeany langsung berdiri kemudian memberikan standing applause untuk keberanian Kinan, sekarang sih selesai, tamat riwayat Kinan, Jeff sangat marah dan sudah pasti Kinan tidak punya kesempatan untuk menjadi bagian dari hidup Jeff karena sepertinya Jeff tidak akan mengizinkan hal itu terjadi.

***

Kinan masih belum tahu pulang naik apa, masih mempertimbangkan untuk tetap di rumah Jeany atau pulang ke rumahnya. Kalau di rumah Jeany sudah pasti akan selalu bertemu dengan Jeff, kemudian menghadapi kemarahan Jeff setiap hari mungkin. Tapi kalau pulang maka kembali ke rumah yang sepi, rumah yang menyeramkan. Kinan harus mempersiapkan hati hanya karena harus tidur di rumahnya sendiri.

Kinan mengetuk-ngetukkan jarinya ke siku, tangannya yang terlipat menjadi tanda kalau dia sedang bingung sekarang ini. Jeff datang menghampirinya, berdiri di sebelahnya, agak membingungkan sebenarnya, Kinan juga sudah sangat siap kalau Jeff mau marah-marah.

"Anterin aku pulang!" Bisa-bisanya disaat seperti ini masih sempat-sempatnya Kinan berpikir untuk diantar oleh Jeff, sama sekali tidak peka dengan ekspresi wajah Jeff.

"Gue lagi marah sama lo!"

"Iya tau, siapa tau aja kita jadi baikan hanya karena berada di mobil yang sama." Kinan kemudian mengedikkan bahu. Jeff menatapnya, dia menyimpulkan kalau Kinan adalah manusia paling bernyali menghadapinya.

"Gila ya?!"

"Nggak gila, cuma mau minta anter pulang, agak serem naik taksi malem-malem gini." Memang belum tengah malam, baru sekitar pukul delapan, tapi Kinan masihlah seorang wanita dan dia tidak seberani itu.

Jeff menatapnya, dia kemudian kembali menatap sekitar dan benar hari sudah gelap. Mungkin jalanan kota masih saja ramai, tapi tentu saja untuk seukuran cewek pulang malem-malem agak menyeramkan.

"Ya udah!" Padahal habis marah-marah dan segala kemarahan itu menguap begitu saja dikalahkan oleh perasaan ibanya.

Jeff kemudian mengambil kunci mobil ke dalam rumah setelahnya mengeluarkan mobilnya dari garasi. Kinan mengedikkan bahu, apa sekarang kendali ada di tangannya?

Kinan masuk ke dalam mobil sembari menahan senyumannya, Jeff sok cuek, sok marah, sok tidak peduli. Tapi nyatanya? Keadaan menjelaskan semuanya!

Tentu saja bukan Kinan kalau tidak memancing kemurkaan Jeff.

"Abang takut jatuh cinta sama aku ya?" tanya Kinan dengan pedenya.

Jeff menghela napas kemudian memutar bola matanya malas. Tentu saja mudah untuknya jatuh cinta pada Kinan, Kinan sudah merendahkan dirinya sebegitunya, Jeff hanya perlu sedikit efforts untuk maju jika mau bersama Kinan.

"Nggak!"

Tapi Kinan menyimpulkan sendiri kalau itu adalah iya, buktinya Jeff tidak bisa jahat padanya, Jeff sama sekali tidak tega padanya, padahal kalau dipikir-pikir sekarang ini Kinan jadi alasannya putus dari pacarnya.

Kinan tidak bisa menahan senyumannya, di kepalanya sendiri dia mulai menyusun rencana soal kehidupan seperti apa yang akan dia jalani bersama Jeff nanti. Soalnya sekarang Jeff sedang mengantarnya pulang, bukan tidak mungkin suatu saat Jeff akan mengantarnya ke rumah sakit karena akan melahirkan anak dari pria itu. Ah membayangkannya saja Kinan sudah merasa menjadi manusia yang sangat beruntung.

Kinan tidak mau terlalu mengganggu Jeff, membiarkan pria itu fokus dengan jalanan. Kinan memainkan ponselnya untuk menghilangkan kegugupan.

Jeany :
'Stress lo berdua!'
'Habis berantem bisa-bisanya pergi bareng.'

Kinan menipiskan bibirnya, jangankan Jeany, dia juga sama sekali tidak menyangka kalau akan begini.

Kinan :
'Udah deh, pokoknya lo siapin diri aja.'
'Gue udah mikirin konsep pernikahan soalnya.'

Kinan menatap ke arah Jeff, pasti lucu kalau suatu saat mereka melakukan foto prewedding bertemakan penerbangan.

"Aku cantik nggak?" tanya Kinan.

"Nggak!" Jeff menjawab tanpa pikir panjang.

"Semoga kamu lagi bohong ya.'

***

Stress sih lama-lama jadi Jeff wkwkwk.

I Wanna Be Your BooWhere stories live. Discover now