8. Lampu Hijau?

73 20 3
                                    

Jeff pulang kerja, kedua orang tua Jeany kebetulan tidak ada di rumah. Katanya mau menghadiri acara keluarga di rumah tantenya Jeany, entah kenapa pula Jeany tidak ikut Kinan tidak tahu alasannya. Kinan menjemput Jeff ke teras, walaupun Jeff bergerak seolah-olah dia tidak melihat Kinan, Kinan tetap mengikutinya masuk ke dalam rumah. Jeany yang sedang menonton TV hanya menggeleng-gelengkan  kepalanya melihat kelakuan Kinan. Benar-benar tidak mudah menyerah sahabatnya itu.

"Mau ngapain?" Jeff bertanya saat Kinan ikut naik tangga saat Jeff berniat menuju ke kamarnya.

"Mau ngopi Bang?" tanya Kinan, sudah seperti istri saja, suami pulang kerja ditawari ngopi.

"Nggak!"

"Emangnya nggak capek?" tanya Kinan, masih berusaha memberikan perhatiannya untuk Jeff, siapa tahu saja degan menunjukkan kalau dirinya sangat pantas untuk dijadikan seorang istri, Jeff jadi berubah pikiran dan memutuskan untuk menikah dengan Kinan bukan dengan pacarnya.

"Ya capek, makanya jangan diganggu." Jeff sebenarnya tidak sejahat itu kok, dia kadang meresposn keagresifan Kinan dengan kalem, makanya Kinan semakin suka.

Jeff itu seperti pawang untuk Kinan yang sama sekali tidak bisa diam.

"Gitu ya, kalau mau ngopi atau ngeteh, bilang aja, biar aku buatin."

"Iya!"

Kinan memberikan senyum terbaiknya, Jeff lantas melanjutkan langkahnya menuju ke kamarnya. Perasaan Kinan langsung tidak keruan, Jeff merespons baik perlakuan baiknya juga, ah, fix sih ini mereka pasti jodoh.

"Lo lihat tadi?" tanya Kinan.

Jeany yang sedari tadi memang di ruang TV mengangguk. "Kayaknya fix deh suatu saat Bang Jeff bakal jadi suami gue!"

"Iya terserah!"

"Lo harus dukung gue! Dia respons baik perhatian gue!"

"Iya!"

"Aaaaa." Kinan menjatuhkan dirinya di sebelah Jeany, dia yakin seratus persen kalau sahabatnya itu pasti akan menjadi adik iparnya kelak.

***

Meski tidak jadi membuatkan kopi untuk Jeff, tapi Kinan benar-benar merasa bahagia karena pada akhirnya bukan respons dingin yang dia dapatkan. Jeff bisa hangat juga dan Kinan harap dia bisa terus merasakan kehangatan itu. Jeff belum keluar dari kamarnya sejak sore ketika dirinya pulang kerja. Padahal Kinan sudah sangat rindu dan ingin melihat wajah Jeff sekarang juga.

Kinan duduk berdua bersama Jeany di ayunan di teras belakang, Jeany sedang adik ber telepon dengan Valdo, sementara Kinan tentu saja bengong-bengong tidak jelas.

"Nongkrong yuk." Jeff muncul, Kinan tersenyum kearahnya tentu saja yang diajak adalah Jeany bukan Kinan.

"Males ah!"

"Heh! Gue mau nongkrong sama adek gue!" Jeff berbicara pada sosok yang tersambung dengan Jeany via telepon.

"Apaan sih! Sama Kinan aja sana!" Kinan tak kuasa untuk menahan senyumannya, temannya ini memang yang paling mengerti dirinya.

Kalau berhasil, maka Kinan akan sangat berterima kasih ke Jeff.

Jeff melirik Kinan, sejauh ini sahabat adiknya itu cukup mengganggu, tapi rasanya tidak masalah.

"Lagian cewek lo mana sih?" tanya Jeany, karena biasanya juga kalau ada waktu pasti Jeff jalan bersama pacarnya.

"Lagi jaga malam."

"Pengen banget lo nongkrong?" tanya Jeany.

Jeff mengangguk, pekerjaan sangat membuatnya harus fokus dan sekarang dia ingin refreshing sebelum besok-besok sibuk lagi.

"Ya udah sama Kinan aja! Dia noh senggang."

Kinan pura-pura tidak tahu, Pura-pura tidak peduli, seolah dia memang tidak begitu menginginkan  Jeff padahal dalam hati berharap kalau Jeff akan setuju dengan ide Jeany itu.

Kalau dia punya kesempatan duduk semeja dan mengobrol kan banyak hal dengan Jeff, maka dia akan mengatakan banyak hal perihal bagaimana luar biasanya Jeff di matanya.

"Siap-siap! Gue tunggu di garasi!" Kemudian Jeff memainkan ponselnya dan berjalan meninggalkan kedua gadis di ayunan belakang.

Kinan menatap Jeany, gadis itu mengerjap-erjapkan matanya. Ini benar? Atau dia sedang berhalusinasi?

"Ini beneran?" Kinan bertanya tidak percaya.

Jeany juga menatap sahabatnya itu, dia juga tidak menyangka kalau semudah itu abangnya akan menyetujui apa yang Jeany katakan, padahal dia hanya asal menawarkan Kinan karena yakin Jeff pasti akan menolak.

"Kayaknya gue udah harus mikirin nama anak kami deh."

"Udah berhenti mikirnya, sekarang siap-siap. Gue yakin lo nggak mau kehilangan kesempatan kan?!"

Kinan mengangguk setelahnya langsung ngacir ke kamar Jeany untuk bersiap. Apa ini akan menjadi nge-date pertama mereka?

***

Kinan yang biasanya hiper aktif, sekarang diam seribu bahasa saat berada di mobil hanya berdua dengan Jeff. Padahal mulutnya sudah gatal ingin meneriakkan kalau Jeff tampan sekali walau hanya mengenakan kaus dan celana pendek santai begini.

"Suka tempat yang berisik? Atau mau yang tenang?" Jeff bertanya, dia mulai santai dan menganggap Kinan adalah adik sendiri.

"Terserah kamu aja." Setelahnya Kinan menggigit pipi bagian dalam mulutnya, ah dia kehilangan banyak kosa kata jika berdua begini.

"Karena gue pengen santai, kita ke tempat yang ada live music nya ya."

Kinan mengangguk, apa pun, apa pun jika bersama dengan Jeff maka dia siap. Dia mau!

Jeff memilah-milah kafe sampai akhirnya memutuskan berhenti di sebuah kafe yang ada life musicnya, kafe yang terbuka dan memang tampaknya tempat itu santai.

Jeff keluar duluan, Kinan memegang dadanya sejenak, berusaha menenangkan diri sebelum akhirnya keluar dari mobil.

Jeff berjalan duluan, Kinan menyusul di belakangnya. Ketika akan duduk, Kinan sebenarnya ingin duduk di samping Jeff, tapi Jeff malah memilih posisi berhadapan. Sejak awal ketampanan Jeff membuatnya lemah, hari ini juga, semakin lemah karena sekarang dia berhadapan langsung dengan ketampanan itu.

"Lagi jenuh ya Bang?" tanya Kinan, untuk seukuran cowok dengan keadaan bukan jomblo, maka seharusnya Jeff tidak akan memaksakan diri nongkrong dengan cewek lain kalau bukan karena sangat jenuh.

"Bisa dibilang gitu."

Ah suara itu juga meresahkan dan membuat perasaan Jeff jadi berantakan.

Ternyata kalau berdua begini, Jeff tidak sedingin itu, dia bahkan menawarkan berbagai hal dan membebaskan Kinan untuk memesan apa pun.

"Nggak usah sungkan, lo sama kayak Jeany di mata gue."

Ah kalimat itu malah membuat Kinan akhirnya harus sadar diri. Tapi menyerah? Itu bukan Kinan, perjalanan baru di mulai. Karena Jeff mengajaknya nongkrong di kafe, artinya Jeff memberinya sebuah kesempatan.

"Kamu ganteng banget Bang."

Jeff melirik Kinan sekilas, kemudian kembali fokus ke layar ponselnya.

"Udah biasa."

Kemudian musik mengalun membuat Kinan sesekali ikut bersenandung, untuk beberapa saat dia bisa menikmati pahatan Tuhan yang sangat sempurna di hadapannya.

Tak melewatkan kesempatan itu, Kinan memotret Jeff diam-diam. Sebanyak-banyaknya, jarang-jarang dia menikmati ini semua, jadi selagi bisa dia akan nikmati.

"Ada kemungkinan suka aku nggak Bang?" tanya Kinan to the point.

"Tergantung, Tuhan jodohin gue atau nggak sama pacar gue."

Maka mulai dari itu Kinan berdoa dalam hatinya agar Jefg tidak berjodoh dengan pacarnya yang sekarang.

***

Ada kemajuan, yang membuat harapan Kinan semakin meronta-ronta.

I Wanna Be Your BooWhere stories live. Discover now