4. Diblokir

105 20 9
                                    

Kinan berusaha mengirim pesan ke Jeff, tapi tak satupun dari pesan-pesan itu yang masuk. Sepertinya ada yang salah dan kemungkinan paling mungkin adalah, nomor Kinan telah di blokir. Ngenes sekali rasanya, belum juga memulai apa pun, tapi sudah berakhir begitu saja. Ah rasanya Kinan ingin menangis, melihat pesan-pesannya teronggok tak berdaya. Secepat itukah? Secepat itukah Jeff menyerah atas diri Kinan? Padahal Kinan masih belum sama sekali mengeluarkan seluruh energinya untuk semua ini. Dia masih hanya spik-spik sedikit, belum begitu mengeluarkan apa yang seharusnya dikeluarkan.

Kinan :
'Gue di blokir.'
'Jahat banget abang lo!'

Tentu saja jika soal Jeff maka tempat pengaduan Kinan adalah Jeany. Mereka sudah berbaikan di sekolah tadi. Tapi semoga saja respons Jeany kali ini lebih baik dari sebelumnya.

Jeany :
'HAHAHAHA!'
'Dia udah bilang sih sama gue kalau lo ganggu banget.'
'Dia emang kurang suka balesin chat, apalagi kalau nggak penting.'

Jadi menurut Jeany, Kinan tidak penting gitu? Perasaan Kinan bukan sesuatu yang penting? Ini penting, bahkan Kinan sudah meletakkan Jeff pada jajaran masa depan yang mesti diperjuangkan. Calon adik ipar kurang ajar memang!

Jeany :
'Udahlah mundur aja!'
'Ceweknya cakep banget.'
'Nggak sebanding sama kita.'

Kinan :
'Nggak sebanding sama lo kali!'
'Gue mah cakep!'

Atas dasar kepercayaan diri itulah mengapa Kinan berani maju mendekati Jeff duluan. Dia merasa cantik, mamanya juga mengakui itu, bahkan seluruh keluarga Kinan sering memujinya. Dia punya kepercayaan diri yang tinggi.

Jeany :
'Pacarnya juga cewek dewasa, calon dokter anak!'

Oke, untuk yang satu itu memang Kinan kalah, tapi bukanlah yang paling penting dari semua hal dalam sebuah hubungan adalah keyakinan? Kinan yakin aja dulu, urusan Jeff membalas perasaannya biarkan itu menjadi urusan Tuhan.

Kinan :
'Kalau yang itu... '
'Iya gue kalah.'

Jeany :
'Gue bukan nggak dukung.'
'Tapi Bang Jeff itu udah dewasa.'
'Pemikirannya udah soal cari calon istri.'
'Bukan anak sma ingusan yang buat main-main.'

Jadi ceritanya dia tidak mendapat restu? Ah Kinan tidak akan menyerah sekarang, dia masih memiliki banyak waktu untuk menyadarkan Jeff, masih ada banyak kesempatan untuk membuat Jeff melirik ke arahnya.

Jeany :
'Semangat bestie!'

Kinan keluar dari kamarnya dengan langkah gontai, seperti tidak memiliki minat untuk kehidupan selanjutnya. Tapi masih ingin menuntaskan segala hal yang harus dituntaskan. Kinan tidak akan pernah menyerah atas Jeff, dia bukan gadis lemah dan memang Kinan tidak terbiasa jika harus menyerah sedini ini. Katakanlah dia terlalu ambisius untuk memiliki sesuatu yang teramat biasa.

Kinan berjalan ke meja makan, gadis itu kemudian mengambil gelas dan menuang air mineral dalam kulkas, minum air dingin mungkin akan sedikit mendinginkan kepalanya yang mulai panas.

"Mama mau nemenin Papa ke luar kota." Kinan menatap sang Mama, Tiba-tiba sekali, ada apa?

"Mau ngapain?"

"Nemenin papa kamu kerja aja."

Kinan tampak berpikir sejenak, papanya memang sering melakukan pertemuan di Bali. Mamanya juga memang sering ikut, tapi kali ini Kinan harus tinggal di mana?

"Terus aku?" tanya Kinan. Dia mungkin memang bukan bocah yang harus dititipkan lagi, tapi kalau sendirian di rumah juga agak menyeramkan.

"Nginep di rumah Tante kamu aja, Mama juga udah cerita sama dia."

"Kenapa harus ikut sih?" Masalahnya Kinan selalu yakin kalau papanya itu adalah manusia paling lurus di muka bumi ini. Mamanya hanya terlalu khawatir, padahal sejauh apa pun papanya pergi, mamanyalah yang tetap menjadi tempat pulang baginya.

"Mau sekalian jengukin oma sama opa kamu. Kita mau ke Semarang." Sudah setahun dan memang waktu cepat sekali berlalu, sementara umur oma dan opanya terus bertambah.

Kalau sudah begitu maka Kinan sudah tidak punya pilihan, sangat wajar jika mamanya mengunjungi kedua orang tuanya sebelum akhirnya kehilangan kesempatan itu.

"Ya udah deh, tapi aku nginep di rumah temen aja deh."

Kalau ke rumah tantenya dia harus siap menjaga sepupunya yang masih kecil. Sementara itu tentu saja Kinan yang masih SMA memiliki banyak tugas setiap harinya, dia takut tidak bisa membagi waktu, terlalu lelah juga jadinya nanti.

"Emang ada temen kamu yang bisa diinepin?" Leni, mama Kinan, sebagai orang tua tentu saja enggan merepotkan orang lain. Ini adalah urusan keluarga mereka, jadi lebih baik hanya melibatkan orang dalam saja.

"Ada!"

Kinan langsung permisi dan kembali ke kamarnya. Entah kenapa dia menjadi sangat antusias sekarang. Biasanya kalau ditinggal orang tua dia bingung sendiri harus apa, apalagi jika di rumah tantenya, ketika sepupunya tidur maka dia akan sangat boring. Sementara kadang tugas selesai lebih awal.

"Hallo?!" Sekarang Jeany jadi paham alasan kenapa Jeff memilih memblokir nomor Kinan, ya karena Kinan memang sangat mengganggu, lihatlah sekarang tiba-tiba saja dia menelepon Jeany entah untuk urusan apa.

"Gue boleh nginep di rumah lo?" tanya Kinan memastikan.

Tidak disangka kalau Jeany juga malah excited mendengar pertanyaan itu.

"Boleh! Mau berapa hari?"

Kinan menyunggingkan senyumnya, kalau menginap di rumah Jeany artinya menginap juga di rumah Jeff, Kinan akan memiliki banyak kesempatan untuk masuk ke dalam hidup Jeff.

"Seminggu mungkin, soalnya mama sama papa gue mau keluar kota. Jengukin oma sama opa. Pasti nggak bakal sebentar."

"Boleh banget dong! Gue udah lama banget nggak punya temen tidur."

"Ya udah besok gue ke rumah lo, mau izin langsung sama camer."

"Camer?" Jeany bertanya agak bingung, Kinan adalah manusia paling aneh yang pernah dia temui. Kadang gadis itu memiliki kosa kata yang juga Jeany tidak tahu sebenarnya.

"Calon mertua." Kinan mengatakan itu sembari tertawa. Ah dia jadi membayangkan bagaimana jika kelak Jeany benar menjadi adik iparnya? Mungkin dia akan memiliki lebih banyak waktu untuk menindas Jeany! Hahaha!

"Iya dah, serah!" Jeany juga terlalu malas menanggapi kehaluan Kinan, asal sahabatnya itu bahagia saja, InsyaAllah Jeany akan ikut bahagia.

"Gue cuma mau bilang itu aja, muach. Sampai jumpa besok!"

"Sipp!"

Setelah itu panggilan terputus, Kinan kembali berjalan menuruni anak tangga menuju ke meja makan, mamanya pasti masih berada di sana.

"Gimana?" tanyanya begitu melihat Kinan turun.

Kinan menyatukan telunjuk dan ibu jarinya membentuk ok.

"Aman," katanya.

"Tapi Mama sungkan deh, ini, 'kan, bukan urusan yang terlalu penting. Sungkan kalau sampai nitipin kamu di rumah yang bukan saudara."

"Mama tenang deh, nanti juga jadi saudara!" Kinan kembali menyambar air putih di dalam gelas miliknya yang sebelumnya.

"Hah?" Leni tampak bingung, memang anaknya itu tukang ngaco, jadi kadang-kadang bikin bingung.

"Iya tenang aja!"

Kinan terkikik sendiri membayangkan suatu saat mamanya akan berbesan dengan mama Jeany.

***

Kelakuannya ajaib banget, sampe pusing

I Wanna Be Your Booحيث تعيش القصص. اكتشف الآن