33.Felicia Cemas

39 20 12
                                    

Harap tinggalkan jejak ya pembaca🥰karena Jejak kalian adalah semangat untuk saya🥰

🦄

Jam sudah menunjukan pukul 5 sore. Felicia mondar mandi di kamar nya tidak jelas. Pikiran nya tiba-tiba berkelana mengingat ucapan Brayen dulu. Kumpul palingan mau brantem.

"Aduuuh" Felicia menggaruk kepalanya. Sebelah tangannya dia simpan di pinggang. Kakinya pun tak henti-hentinya menyetrika lantai.

"Gue kok cemas banget, ya"kini tangannya memegang handphone dengan gusar. Dia hendak menelpon Brayen, tapi rasa gengsi nya sangat besar. Diapun memilih duduk di bibir kasur, tangannya sedikit bergetar. Dia tidak ingin menelpon, tapi hatinya seperti memaksa.

"Gue cemas banget, gue cemasss"ucapnya sembari menduselkan kepala ke bantal yang empuk.

"Gue cemas banget, astagfirullah" Teriaknya lagi lalu menggulingkan tubuhnya di kasur.

"Oke-oke lo telepon ya, Fel. Bawa Ghea aja" Felicia mengubah posisinya menjadi duduk. Dia menghela napas beberapa kali sebelum benar-benar mencari kontak Brayen.

Telepon, jangan, telepon, jangan. Ah jangan deh. Tapi gue penasaran.

Tangan Felicia menekan tombol calling. Sehari menggigit kukunya, dia benar-benar gugup.

🦄


Brayen mengusap ujung bibir nya yang berdarah. Matanya begitu menyiratkan emosi yang memuncak. Kini tangan laki-laki itu mengepal hendak memukul. Namun, getaran di saku celana membuat dia menghentikan kehendak nya. Dia tau siapa penelpon, karena Nada dering Felicia dia bedakan.
Cepat-cepat dia merogoh saku celananya dan mengusap tombol hijau.

"I-iya, Lap" Brayen memukulkan tangannya beberapa. Dengan tangan sebelah lagi yang memegang handphone.

"BAJINGAN LO" Teriak Brayen ke lawan. Dia tidak bisa mengontrol emosinya agar tidak keluar. Di balik telpon, Felicia menyerngit. Hatinya bertambah cemas mendengar sentakan Brayen.

"Lo-Lo lagi berantem?" Tanya Felicia gugup.

"Engga, gue sebutin itu ke elo" Alibi Brayen. Napasnya  masih memburu. Sorot matanya memancarkan kemarahan yang luar biasa.

"Jangan bohong lo. Gue denger-"

"PENGECUT LO! BANCI" Teriak Brayen mampu  membuat Felicia menghentikan ucapan. Dia mengigit bibir bawahnya takut. Brayen garang juga ya.

"LO DEKET-DEKET SAMA DIA, GUE PATAHIN SELURUH TULANG LO" Ucapnya lagi

"Ember lo? -"

Tut

Brayen mengepal erat. Teman-teman nya sudah berhenti berkelahi. Tapi Brayen masih belum puas menyiksa lawannya. Mau tau siapa dia? Dia adalah Gerald.

Fery menarik tubuh Brayen agar sedikit menjauh. Teman Gerald pun sudah mendekati bosnya lalu memberi dia minum. Setelah melihat air minumnya masuk, Dodi yang menjadi teman Gerald kembali memberinya minum dan membantunya berdiri.

SROTTT

Dengan wajah bengis, Gerald menyemprotkan air yang berada di mulut nya ke wajah Brayen.

Rafel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang