4. Bertemu Nada

40 6 2
                                    

Dalam waktu kurang dari sejam, aku sudah mendapatkan ponsel. Mewah, elegan, dan berkelas. Bukan tanpa alasan sih aku bilang begitu. Anggap saja aku lebai, tapi seriusan deh. Ponsel yang kupegang sekarang ini impianku sejak dulu. Jauh jika dibandingkan ponsel yang aku punya.

Maksudku, ponsel asliku.

Begitu deh intinya.

Aku menimang-nimang ponsel di tanganku. Niel yang mengantarkannya beberapa menit lalu. Semua sudah dia set up, katanya. Aku tinggal pakai. Bahkan sudah ada nomornya, juga nomor Mama dan Papa.

Sebuah ponsel di hari pertama menginjakkan kaki di sini ... bukan hal yang mencurigakan kan?

Aku pribadi menganggapnya tidak. Ponsel di era sekarang ini sudah seperti kebutuhan pokok. Primer. Ada di level yang sama dengan pangan, sandang, dan papan. Jadi, rasanya meminta ponsel kepada "orang tua" sendiri bukanlah hal aneh.

Lagian, Papa atau Mama juga tidak banyak bertanya. Saat Papa bertanya dan aku menjawab di saat makan malam barusan, beliau langsung mengangguk.

Dan, voila!

Saat aku sudah selesai makan malam dan disuruh beristirahat, Niel datang tidak lama kemudian. Mungkin sekitar lima belas sampai dua puluh menit sejak aku masuk kamar. Cowok itu menyerahkan ponsel yang kupinta. Tanpa banyak bertanya. Hanya menjelaskan beberapa hal dan berkata kalau aku butuh bantuan, panggil saja dia.

Jadi bisa dibilang tidak ada gerak-gerikku yang mencurigakan. Iya kan?

Harapanku sih  begitu.

Sekarang, aku tengah duduk di pinggir ranjang. Masih menimang-nimang ponsel di tangan. Sesekali membolak-balik. Baiklah. Mungkin harus aku lakukan cara itu.

Dengan hati-hati, aku menghidupkan ponselku. Tidak ada yang aneh, tentu saja. Sama seperti tampilan ponsel pada umumnya. Hanya saja, dibandingkan dengan ponselku, ini jelas lebih bagus.

Mataku bergerak mencari WhatsApp. Oke, sudah kutemukan. Waktunya melakukan rencana.

Pertama, menambahkan kontak. Kuketik sederet angka dan menyimpannya.

Kedua, me-refresh jumlah kontak. Seperti yang sudah kuduga. Dari tiga kontak bertambah menjadi empat. Kontak baru berhasil ditambahkan. Dengan cepat, aku mengekliknya dan diarahkan menuju ruang obrolan.

Benar sekali. Aku menambahkan nomorku sendiri.

Foto profilnya menampilkan fotoku.

Begitu aku melihat status terakhir dilihat, aku Terbeliak pelan. Dengan jari yang hendak menekan touch screen langsung terhenti.

Terakhir dilihat hari ini pukul 19.40 WIB.

Itu sekitar ... dua puluh menit yang lalu.

Aku selalu mengunci ponselku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku selalu mengunci ponselku. Sifat Mamak yang suka kepo membuatku mengambil langkah kayak gitu. Pernah sekali aku lupa mematikan ponsel saat pergi ke kamar mandi sebentar, tahu-tahu, Mamak sudah mengutak-atik ponselku. Ingin menonton Youtube, katanya. Begitu kuperiksa riwayat aplikasi yang dibuka, terpampang WhatsApp dan Facebook turut serta.

Just Like Magic [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang