SHIC - 17

34.5K 1.9K 22
                                    

            Selama dua hari Yoga menahan amarah karena Shella semakin semena-mena terhadapnya. Kerjaannya setiap hari hanya mengurus Adel, selebihnya Yoga yang mengerjakan. Mulai dari nyuci, nyapu, masak, hingga menyetrika. Shella sama sekali tidak menghiraukan ocehan suaminya.

Sama seperti hari sebelumnya, Yoga pulang malam karena setelah kuliah ia kembali bekerja di restaurant teman Sardi. Setelah memasuki rumah, ia meregangkan otot-ototnya di ruang tamu. Ekor matanya kemudian menemukan Shella yang tengah pulas di sofa. Awalnya Yoga mengabaikannya dan masuk ke dalam kamarnya. Akan tetapi setelah ia selesai mandi istrinya belum juga pindah ke kamar. Yoga kemudian kembali ke ruang tamu untuk memindahkannya. Sebelum mengangkat Shella ke kamarnya, Yoga tersenyum licik.

"Ini balasan buat lo dua hari ini" Yoga mengelus rambut Shella dan mengecup bibirnya lembut.

Pagi harinya Shella menggaruk-garuk wajahnya dengan tangan kanannya, ia merasa janggal karena kukunya tidak terasa di gunakan. Kemudian ia menggantinya dengan tangan kirinya. Hasilnya sama saja, wajahnya masih terasa gatal. Ia kemudian membuka mata dan betapa terkejutnya ia melihat kuku-kukunya yang telah memendek.

"Kuku gue?! Kemana kuku gue?!" Shella langsung duduk dan sekali lagi membolak-balikkan tangannya, memastikan kalau kuku-kukunya tidak hilang. Ini bukan mimpi, semua kukunya sudah hancur, sudah pendek dan semua manik-manik yang tertempel kemarin hilang lah sudah. Shella kemudian berdiri dan keluar dari kamarnya, ia mendorong pintu kamar Yoga dan menghampirinya yang masih tertidur di ranjang. "Hei, lo apain kuku gue..? Dimana kuku gue...?!" Teriak Shella emosi. Orang yang diajak berinteraksi tidak menjawab, ia masih tidur dan mendengkur halus. Shella kemudian meraih bantal dari samping Yoga lalu menekan bantal tersebut di wajah suaminya.

"Mati lo, kenapa lo ancurin kuku gue" Umpat Shella emosi. Yoga yang terkejut langsung menarik diri dari bantal Shella.

"Apaan sih lo..?!" Ucap Yoga kesal sambil mengatur nafas

"Lo apain kuku gue, kenapa jadi gini..?!" Sekali lagi Shella menekan bantal tersebut di wajah Yoga. Dengan sigap ia menarik tubuh Shella hingga terbaring di sampingnya.

"Maksud lo apa sih..? Masih pagi udah bikin kekacauan" Gerutu Yoga

Shella menoleh ke samping lalu menganggkat kedua tangannya ke atas, menunjukkan kukunya yang sudah pendek pada Yoga "Nih, ini kerjaan lo, kan..?? Lo apain ini..? Kemana kuku gue yang kemarin..?!" Tanya Shella meninggikan suaranya.

"Mana gue tau. Emangnya gue ngga ada kerjaan selain ngurusin kuku lo yang ngga berguna itu" Elak Yoga kasar. Ia kemudian menarik kembali selimutnya hingga kepala

"Jadi siapa lagi..? Lo pasti dendam sama gue karena dua hari ini gue nyuruh-nyuruh lo ngerjain rumah" Jelas Shella. Tetapi Yoga tetap mengelaknya "Masih ngga ngaku lagi, lo bener-bener harus di kasih pelajaran, nih" Shella mulai memukul kepala Yoga dengan bantal

"Sakit, begok" Yoga berusaha menghindar.

"Gue ngga berhenti kalau lo ngga ngaku" Kata Shella

"Bukan gue, bodoh" Yoga membalasnya dengan bantal lain. Mereka duduk dan perang bantal.

Beberapa saat kemudian, mereka mendengar suara tangisan Adel dari kamar Shella. Setelah berhenti sejenak untuk memastikan suara tersebut, Shella menyuruh suaminya untuk memeriksa bayi mereka. "Adel nangis, tuh. Periksa sana" Shella menarik selimut Yoga

"Ngga, lo aja yang periksa. Gue masih ngantuk" Jawab Yoga, ia kembali membenarkan selimutnya dan berbaring mempelakangi Shella.

"Lo susah banget sih di bilangin" Shella menarik lengan Yoga untuk membalikkan tubuh suaminya.

"Ngapain gue yang meriksa, kan ada lo. Emaknya"

"Lo bapaknya, begok" Jawab Shella tidak mau kalah

"Ish, dasar istri gila"

"Suami sarap" Balas Shella "Cepetan sana" Shella menendang-nendang kaki Yoga dan menarik selimutnya. Yoga sama sekali tidak menghiraukannya. Karena semakin kesal Shella kemudian menendang perut Yoga hingga tersungkur di lantai.

"Dasar lo, ayam begok" Umpat Yoga. Ia kemudian bangun dan keluar dari kamarnya. Terpaksa ia mengamankan Adel yang baru bangun. Sementara Shella menarik selimut Yoga dan mulai tidur lagi.

Matahari bersinar semakin tinggi, Yoga sudah membuat Adel kembali tertidur lagi. Ia pun kembali ke kamarnya. "Heh bangun, udah siang" Yoga membangunkan istri gilanya yang tengah tertidur di tempat tidurnya. Shella hanya berguman tidak jelas "Gue mau nyuci selimut, udah bau nih kena iler lo" Yoga menarik selimut yang menutupi kepala Shella

Shella kemudian membuka matanya, "Ternyata tidur di sini lebih nyaman, kasurnya empuk. Mulai sekarang kamar ini punya gue" Sergah Shella seenaknya

"Enak aja lo. Ngga bisa!" Tolak Yoga

"Gantian, bodoh. Lo udah setahun tidur di sini sekarang giliran gue" Kukuh Shella.

Yoga kemudian senyum sinis dan menatapnya "Oh, gue tau. Lo mau tidur satu kamar sama gue, kan..? Jadi alasan lo aja tuh" Ucapnya manggut-manggut "Ngga apa-apa mulai sekarang kita tidur satu kamar. Di sini" Godanya menepuk-nepuk kasur

"Hah..?! Satu kamar sama lo? Jangan mimpi!" Jawab Shella terbata

Yoga semakin mengembangkan senyumnya "Terus, kenapa muka lo merah..?? Gugup ya?" Godanya sambil tertawa.

Shella mengerjap. "A - Apa...??" Ia memegangi wajahnya, salah tingkah "Bodoh, sembarangan aja. Mana mungkin, kita udah sering tidur dalam satu kamar" Elaknya

"Ini beda kali, biasanya kalau kita tidur satu kamar bukan cuma kita berdua aja, di samping kita ada Adel. Tapi kalau di sini, di kamar gue ini cuma kita dua aja. Adel di kamar sebelah. Lo mau ya, enak kok tiap malam ada plus plusnya" Yoga mengerling nakal.

Shella menjulurkan lidahnya jijik, "Lo mau mati ya?! Ish dasar mesum lo" Teriak Shella melempar bantal pada wajah suaminya.

Yoga kembali terbahak "Muka lo tambah merah" ia menunjuk wajah istrinya dengan telunjuk. "Lucu banget" Tambahnya.

Shella menggeram emosi, "MATI LO...!!" Ia pun menghantam suaminya dengan bantal tanpa ampun, dia benar-benar mengamuk sekarang. Ia juga tidak peduli dengan Yoga yang sudah membalasnya.

"Shel, udah... sakit, begok" Ucap Yoga menghindar

"Mati aja lo sana" Umpat Shella marah

"Tunggu.. tunggu.." Yoga menangkup kedua tangan Shella

"Apa lagi..?" Teriak Shella dengan terengah-engah. Rambutnya keliatan sangat berantakan setelah perang bantal dengan suaminya.

Yoga menutup mulut Shella dengan telapak tangannya "Diem dulu" Suara yang sangat familiar sedang menangis dari samping kamar Yoga, tetapi itu bukan suara Adel. Suara itu bukan suara tangis bayi. Semakin lama suara itu semakin kencang.

"Itu suara Chika, begok" Ucap Shella mengaiskan tangan suaminya dari mulutnya.

"Kenapa dia nangis..? Mbak Fitri dan mas Adi ngga di rumahnya, ya?" Tanya Yoga

"Mungkin aja mereka pergi"

"Hari ini libur, begok"

"Bodoh, mana tau mereka keluar sebentar. Mungkin mbak Fitri beli sarapan" Shella kemudian melompat dari tempat tidur. Ia terlalu buru-buru sehingga kakinya tersandung dan badannya terhempas di lantai. Yoga menggelengkan kepala dan membantunya berdiri, kemudian mereka sama-sama memeriksanya lewat pintu dapur.

***

Jumat, 14 Oktober 2016

(S)He Is Crazy [TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang