SHIC - 5

57.8K 2.9K 36
                                    

Beberapa hari kemudian sikap Shella berubah drastis pada Yoga. Dia mengurus Adel dengan sebaik-baiknya tanpa melibatkan Yoga, bahkan dia sering membuatkan suaminya air panas untuk mandi.

Bukan hanya itu, Shella juga makin ceroboh setelah itu. Ia sering ketiduran di berbagai tempat atau sedang melakukan pekerjaan rumah. Seperti menyetrika, wanita itu sering terlelap di tengah-tengah pekerjaannya. Menjadikan pakaian itu sebagai tempatnya tidur. Yoga pun semakin sering menggendongnya setelah ia kembali ke rumah mereka.

"Biar gue aja yang jagain Adel, lo pasti udah capek banget." Kata Yoga pada Shella

"Ngga papa, biar gue aja. Lo istirahat sana" Shella menggendong Adel ke kamarnya.

Yoga mengekori Shella dari ruang tamu ke kamar istrinya "Gimana ngga apa-apa? Rambut lo aja masih basah gitu udah gendong Adel, gue kan ada disini" Kata Yoga lagi dari pintu kamar Shella

"Gue ngga papa ya, ngga papa, huh...!" Shella terlihat mulai kesal. Ia pun berbaring dan membelakangi Yoga yang masih berada di pintu kamarnya. Yoga menghela nafas panjang dan berbalik ke kamarnya. Tidak ada gunanya jika ia bersikeras mengurus Adel. Shella pasti akan semakin marah dan tidak akan mengijinkan suaminya.

Tengah malamnya Yoga mendengar Adel menangis lagi. Ia diam-diam menuju kamar Shella sambil menahan kantuk. "HAAH...?!" Yoga berteriak kaget melihat Shella. Dengan rambutnya yang sudah memanjang dan mengembang seperti rambut singa, ditambah lagi kamarnya yang remang-remang menambah kehororannya. Ia pun menekan sakelar lampu dan menghampiri Shella.

"Apaan sih..??" Gerutu Shella kesal

"Gue kira lo kuntilanak. Gue hampir jantungan karena lo. Kenapa rambut ngga di ikat?" Tanya Yoga.

"Adel udah nangis. Ikat rambut gue ngga keliatan. Mana sempat gue nyarinya" Jawab Shella mengganti popok bayinya.

"Kenapa Adel bangun? Dia ngompol ya?" Tanya Yoga pelan. Tangan kanannya terulur untuk mengelus-elus kepala bayinya.

"Ia. Sama haus juga" Jawab Shella. Yoga segera beranjak ke dapur membuatkan susu formula dan karet gelang pengikat rambut Shella. Setelah itu Yoga kembali ke kamar Shella, Ia menyisir rambut istrinya sebelum mengikatnya, sedangkan Shella memberi Adel minum.

"Pelan-pelan. Sakit, begok" Bentak Shella meringis kesakitan

"Ini juga udah pelan. Pangkas aja ini rambut, udah jelek, kasar pula" Kata Yoga

"Nanti aja di salon. Gue belum ada waktu" Elak Shella. Yoga menyeringai mendengar ucapan Shella yang suka salon. Setelah Adel kembali tidur, Yoga kembali lagi ke kamarnya untuk melanjutkan tidur.

Keesokan paginya Yoga kembali jengkel karena menemukan Shella sedang memasak dengan rambut tergerai. Ia kembali mengikatnya dan menyuruh Shella ke ruang tamu setelah selesai masak. Ia akan membuat perhitungan pada istrinya yang keras kepala.

"Udah selesai, kan..?? Sini biar gue pangkas" Kata Yoga saat Shella keluar dari dapur. Ia yakin jika istrinya sudah selesai memasak.

Shella menganga melihat peralatan pangkas yang tergeletak di meja "Lo jangan macem-macem, ya! Gue ngga mau dipangkas sama lo" Tolaknya.

"Ngga usah banyak alasan, sini.." Yoga meraih tangannya, namun Shella menghempaskan dan pergi kekamarnya. Yoga tidak mau kalah, dia terus memaksa agar Shella memangkas rambutnya. Ia pun mengejar istrinya yang sudah menutup pintu. Yoga mendorongnya kuat sehingga Shella tidak sempat menguncinya. Tidak kehabisan akal, Shella mundur dan meraih batal untuk di lempar pada suaminya. Yoga menangkisnya dan mengangkatnya bagaikan karung goni. Shella meronta dan memukul punggung suaminya sekuat tenang, tetapi Yoga bergeming dan membawanya ke tempat jemuran.

(S)He Is Crazy [TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang