SHIC - 15

36.4K 2K 24
                                    

"Tunggu di situ, sepuluh menit lagi gue nyampe" Setelah sambungan di putus, Shella memegang dadanya. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, ia tidak sabar menunggu kedatangan suaminya. Ia menggelengkan kepalanya mencoba menyadarkan fikirannya yang mulai melayang.

Tanpa ia sadari, waktu sepuluh menit itu berlalu dengan cepatnya. Ia tidak sadar jika Yoga sudah melihatnya dari kejauhan. "Kenapa lo ke sini..??" Tiba-tiba Yoga sudah berada di depannya, dia terlihat tergesa-gesa dan nafasnya masih memburu.

Shella tersadar, "Emangnya kenapa..? Ngga boleh...?" Tanyanya sok dingin

"Ssshhh...!!"

"Gue bosen di rumah" Katanya pelan, "Kok tumben lo pulang cepet, biasanya kan lo pulang pagi" Tambahnya sinis.

"Yah, pekerjaan gue udah selesai, jadi buat apa gue pulang pagi lagi" Yoga tersenyum, membuat Shella menyerngit. Ia kemudian menghela nafas panjang, "Selama dua minggu ini gue bantuin perusahaan keluarga Sardi, kepala bagian perusahaannya korupsi" Jelas Yoga membuat Shella membulatkan mata tidak percaya.

"Hah? Jadi selama ini lo kerja..??" Tanya Shella kaget. Yoga mengangguk "Dari pagi hingga tengah malam, bahkan sampai pagi..?" Yoga berdehem "Kok lama banget"

"Hm...! Kami harus memeriksa dokumen-dokumen mulai dari tiga tahun yang lalu, kalau hanya di periksa gitu aja, semua dokemen terlihat kayak biasa aja. Semuanya harus teliti, mengaitkan satu dokemen ke dokumen yang lain baru kelihatan mencurigakan. Kerjaan mereka rapih bener, mangkanya lama banget kelarnya" Jelas Yoga panjang lebar

"Oh...!" Shella manggut-manggut dan membulatkan bibirnya, "Terus, kuliah lo..?" Tambahnya tanpa bisa menyembunyikan rasa bahagia dan lega.

"Gue langsung ke perusahaan lagi selesai kuliah"

"Kerja lo..?"

"Gue cuti. Restoran itu punya teman SMP Sardi, jadi bisa di atur" Senyum Shella semakin mengembang atas jawaban Yoga, suaminya. "Lo pasti ngira gue beneran kencan kan?" Yoga senyum sinis membuat Shella terbata

Shella terlihat gelagapan, "Ngga...!" Jawabnya dingin

"Udah.. ngaku aja. Akh, ternyata lo juga bisa cemburu" Wajah Shella bersemu merah

"Lo mau mati, ya..??" Ucap Shella menghilangkan grogi.

Yoga semakin terbahak. "Apaan nih...?" Ia mengambil tongsis di kereta Adel

"Tongsis, bodoh. Emang lo ngga liat apa?"

"Ia, gue tau. Buat apa...??" Ucap Yoga lebih geram

Shella kemudian menjelaskan tujuannya, ia ingin mengabadikan momen pertumbuhan bayi mereka. Kini mereka duduk di bangku taman sambil melihat-lihat hasil jepretan Shella beberapa saat yang lalu. Mereka terlihat akrab dan sesekali tertawa melihat aksi lucu Adel.

"Gue juga mau dong. Fotoin gue" Rengek Yoga pada istrinya.

"Sini, lo pangku aja nih Adelnya"

Shella mengangkat Adel dari kereta bayi lalu menyerahkannya pada pangkuan Yoga. Ia tampak senang dan beberapa kali mencium Adel gemas "Udah lama papa ngga ketemu kamu, papa kangen" Gumannya pelan. Shella tidak bisa menyembunyikan senyum di wajahnya, ia begitu senang Yoga berkata demikian

Shella tidak marah saat Yoga menyuruhnya mengambil gambar dari berbagai sudut. Entah perasaan apa yang tengah di rasakannya sehingga ia sama sekali tidak kesal ataupun mengumpat. "Sekarang giliran gue. Gantian. Nih!" Shella menyodorkan kamera pada Yoga. Sama halnya dengan Shella, ia juga tidak marah ketika istri gilanya menyuruh hal yang sama. Ia bahkan tertawa riang melihat pose-pose sang istri. Mereka juga menggunakan tongsis agar bisa foto bertiga.

Satu yang membuat Shella terkejut sekaligus malu dan canggung. Yaitu ketika Shella memegang tongsis, siap menjepret dirinya sendiri. Saat kamera sudah siap, tiba-tiba Yoga memeluknya dari belakang dan mencium pipi kanannya. Setaunya, Yoga sedang menggendong Adel. Tapi kok bisa secepat kilat beralih ke Shella...?!

Pemikiran Shella melenceng, sebenarnya dari tadi Yoga memperhatikannya. Ia tidak bisa menyembunyikan senyumnya saat sang istri berfoto ria di depannya. Ketika Yoga meletakkan Adel di kereta bayi, saat itu juga Shella belum sadar, ia masih konsentrasi dengan selfienya.

"Apaan, sih..??" Wajah Shella bersemu merah

"Ngga papa, foto lagi, yuk" Ajak Yoga senyum, ia mengacak-acak rambut Shella gemas

"Rambut gue....!" Shella berdecak dan merapikan rambutnya dengan ke lima jari.

"Udah.. nih gue benerin lagi" Yoga ikutan merapikan rambutnya "Foto lagi yuk" Tambahnya. Kemudian Ia bersikap biasa seperti tidak melakukan kesalahan dimata Shella. Dan untungnya Shella tidak mempermasalahkannya. Tidak seperti biasanya.

"Kayaknya tempat ini pernah kita datangin, deh" Yoga menyerngit, dia baru sadar dengan taman yang mereka datangi. Mereka bukan lagi di tempat yang tadi, melainkan di tempat ayunan anak-anak. Mereka duduk di ayunan sementara Adel masih pulas di kereta bayi, "Setahun yang lalu kan...?? Lo nangis di sana, di rumput itu dan bersender di bahu gue. Waktu itu kita baru kembali dari rumah lo" Tunjuk Yoga.

"Sshh" Shella mulai kesal, ia menatap Yoga tajam. Yoga tidak menyadari bahwa perkataannya mengingatkan Shella pada masa itu. Dimana Yoga mendatangi rumah kontrakan Shella dan mereka menemui kedua orang tua Shella untuk mendapatkan restu. Hal pertama yang mereka dapatkan di rumah itu adalah kedua orang tua Shella bertengkar hebat sampai melempar perabotan rumah. Satu fakta yang di dapat Yoga, Shella berasal dari keluarga mampu tapi broken home. Saat itu Shella hampir saja membatalkan pernikahannya karena kedua orang tuanya mengatakan akan bercerai setelah Shella menikah. Yoga kemudian membawa Shella ke taman dan meminjamkan bahunya karena Shella terus menangis hingga tertidur.

"Dorongin gue. Ayunin..!" Suruh Yoga mengalihkan perhatian Shella

"Ngga. Kayak anak kecil aja lo" Tolak Shella. Yoga masih bersikukuh sehingga Shella pun turun dari ayunannya dan bersiap-siap mendorong ayunan suaminya

"Pelan-pelan aja" Kata Yoga. Shella tidak menghiraukannya, ia mendorong dengan sekuat tenanganya dan terbahak sendiri.

"Pelan-pelan, begok"

"Ini udah pelan, bodoh" Balas Shella. Ia pun mengayunkan ayunan itu dengan kencang tanpa menghiraukan gerutuan suaminya.

"Sekarang giliran lo. Gue yang ngayunin lo" Yoga kemudian turun dari ayunan. Ia menuntun Shella duduk di tempatnya

Shella menggeleng, hendak mengelak. "Ngga usah, nanti lo balas gue. Lo dorong gue kenceng-kenceng biar gue jatuh"

"Ngga, duduk aja" Perintah Yoga

"Beneran, ya! Jangan kenceng-kenceng, pelan-pelan aja" Cercol Shella ragu

"Iya lho, Shella sayang" Shella memicing ke Yoga. Ia risih dengan panggilan itu, baru kali ini dia di panggil begitu oleh suaminya, "Pegangin yang kenceng." Tambahnya sambil menggenggam tangan Shella di tali ayunan lalu bersiap mendorongnya.

"Pelan-pelan, bodoh....! Gue takut jatuh" Pekik Shella khawatir

"Ngga apa-apa. Ini udah pelan kok" Jawab Yoga

"Pelan apanya..? Gue udah mau terbang gini masih lo bilang pelan. Kalau gue jatuh gue cincang lo" Teriak Shella tanpa jeda

"Iya iya... segini...??" Yoga memperlambat ayunannya, Shella mengangguk senang dan Yoga kembali mengayunkannya. Shella tertawa-tawa dan merasa bebas di ayunan itu. Ia pun merasa enggan untuk berhenti.

"Lagi..." Suruh Shella ketagihan saat Yoga tidak lagi mendorong ayunannya.

"Tadi takut, sekarang lagi. Pulang aja yuk, udah kesorean nih, entar lagi maghrib"

"Iya, bentar lagi. Dorong lagi" Rengek Shella memelas lalu Yoga mendorongnya kembali.



***

Sabtu, 08 Oktober 2016

(S)He Is Crazy [TERBIT] Where stories live. Discover now