SHIC - 14

36.6K 2K 65
                                    

Yoga berdehem, "Gue belum tau nih. Kalau bisa nanti gue telpon lo" Kata Yoga akhirnya. Ia kemudian menunggu hingga mobil Arista menghilang di perempatan jalan, barulah ia menatap punggung Shella dengan kesal

"Lu kenapa sih..?? Kayak musuhan aja sama Arista" Yoga mencegat istrinya

"Sshh...!" Shella mengangkat bibirnya sebelah, jengkel

"Apaan sih, sshh..! Aja..?? Lo beneran cemburu, ya..??" Goda Yoga mencoba senyum dan berbasa-basi

"Kalau lo mau pergi sama dia, pergi aja. Jangan ngelibatin gue" Jawab Shella kasar.

Yoga menatapnya bingung. "Ngelibatin apa maksud lo? Lo memang ngga tau terima kasih, ya. Dia udah berbaik hati nawarin lo tumpangan, nganter lo ke sini. Lo malah pergi gitu aja" Cerca Yoga kesal

"Terima kasih apaan? Gue ngga pengen numpang di mobilnya, kenapa lo ikutan maksa gue? Kenapa ngga lo aja yang di bawa? Kenapa gue harus ikut..??" Ucap Shella geram

"Maksud lo gue ninggalin lo di jalan..?? Lo naik angkutan ke sini..?? Kenapa ngga sekalian aja lo bilang gue sama Arista aja yang nganter ini tas?!" Yoga mulai meninggikan suara, emosi.

"Yah, harusnya begitu" Jawab Shella asal

"Jadi, kenapa lo tadi mau..? Lo ada masalah apa, sih..?? Kenapa lo ngga suka sama dia? Kayaknya ini kedua kalinya lo ketemu dia. Masa lo benci sama dia, emang lo diapain sama dia..? Elu belum tau siapa dia tapi udah langsung benci" Kata Yoga beruntun.

Shella semakin kesal pada Yoga. Suaminya lebih membela gadis itu dari pada dirinya. "Udah deh. Gue ngga mau ngebahas ini lagi" Shella berlalu meninggalkan Yoga dalam kebingungan.

"Maksud lo apaan sih..??" Yoga menarik pergelangan tangannya karena ia belum puas dengan alasan Shella

"Udah, masalah ini selesai di sini aja. Gue ngga mau berantem sama lo gara-gara wanita itu" Jawabnya

"Lo mancing duluan, lo ngga jelas. Dia udah jelas-jelas nawarin lo tumpangan, bersikap ramah sama lo. Tapi lo-nya aja yang aneh" Kata Yoga panjang lebar

"Oke. Kalau gue salah, gue minta maaf. Gue ngga mau bahas ini lagi, lupain aja. Anggap ini ngga pernah terjadi" Jawabnya, membuat Yoga terdiam karena Shella langsung menghempaskan tangannya dan membuka pintu rumah mertuanya.

Selama bertemu dengan mertuanya, Shella bersikap begitu ramah dan sesekali tertawa seperti tidak terjadi masalah beberapa menit yang lalu. Hingga mereka pamit ke kampus, baru lah Shella menunjukkan wajah flatnya kembali pada suaminya. Ia sama sekali tidak mau mengajak Yoga berbicara atau sekedar menatapnya

"Gue pergi dulu," Barulah Shella bersuara ketika angkutan berhenti didepan mereka. "Kenapa lo ikut?" Shella berhenti dan menatap Yoga yang juga ikut ke dalam angkutan. Kali ini, Yoga yang bersikap cuek. Ia sama sekali tidak menjawab pertanyaan istrinya, ia justru mengikuti Shella dari belakang dan duduk di sampingnya tanpa sepatah kata.

***

Sama seperti malam kemarin, Shella masih setia menunggu Yoga di ruang tamu. Beberapa kali ia melirik jam dinding yang sudah menunjuk angka larut malam, pandangannya memang terarah pada layar televisi. Tapi fikirannya melayang, memikirkan Yoga yang semakin menjadi-jadi. Kemarin Yoga mengatakan akan berkencan pada saat mereka hendak ke rumah mertuanya. Shella tidak menyangka jika Yoga pergi selama dua hari berturut-turut dan dia tidak tahu jam berapa suaminya kembali pulang.

Tidak ada message ataupun panggilan dari suaminya. Beberapa kali ia menghubungi nomor Yoga, tapi nomornya selalu di luar jangkauan. Ia lelah mendengar suara operator yang selalu menjawabnya. Sekarang handphone-nya bukan lagi di tangannya melainkan di sudut meja, entah sejak kapan ia melemparnya ke sana.

"Apa ngga cukup satu harian kencannya? Kenapa hari ini pergi lagi? Udah tengah malam gini belum juga pulang" Gerutu Shella kesal. Ia kemudian merebahkan badannya di sofa dan mulai memejamkan mata tanpa mematikan televisi.

Malam pun semakin pagi, suara decitan pintu tidak mampu membangunkan Shella dari tidurnya. Yoga membuka pintu rumahnya sambil meregangkan otot-ototnya yang kelelahan setelah satu harian beraktivitas. Ia mengedarkan pandangannya dan menemukan Shella tertidur di sofa dan televisi dibiarkan menyala.

Ia menghampirinya dan duduk di sisi lain. "Shel, kenapa lo tidur di sini? Lo nungguin gue?" Tanya Yoga pelan, ia mengelus wajah Shella. Pertanyaan itu tidak akan pernah terjawab, karena orang yang diajak berinteraksi tengah tidur pulas. Tidak lama setelah itu, ia memindahkan istrinya ke kamar.

"Jam berapa lo pulang tadi malam?" Tanya Shella keesokan harinya, ketika mereka sedang sarapan

"Gue ngga tau" Jawab Yoga dingin

"Ck, masa remaja lo suram amat ya, sampai-sampai lo ngga ingat pulang lagi" Ejek Shella tidak kalah dingin

"Yah, begitu lah" Shella menggeleng mengejek "Nanti gue pulang malam lagi, jangan tidur di sofa" Shella terlihat kecewa mendengar ucapan suaminya.

Ia mencoba tenang "Oh" Jawabnya

Bukan hanya sehari dua hari Yoga pulang tengah malam, hampir pagi lebih tepatnya. Sudah dua minggu ini dia seperti itu hanya hari minggu dia pulang sore, Shella juga tidak lagi menunggu ia kembali seperti biasa. Interaksi antara keduanya juga berkurang, hanya sesekali mereka berbicara di meja makan dan setelah itu pergi melanjutan kegiatan masing-masing. Setiap pagi hanya Shella yang mengatar Adel ke rumah mertuanya dan ia akan menjemputnya kembali setelah pulang kuliah.

Sore itu, Shella dan Adel berada di taman yang tidak jauh dari rumahnya. Ia sedang memegang kamera dan mengarahkannya pada bayi yang berada di kereta dorong. Ia ingin mengabadikan moment pertumbuhan bayinya di berbagai tempat dan suasana.

"Ba.... ! Baba....! Baaaaaa" Shella berusaha menarik perhatian bayinya dengan suaranya. Beberapa kali ia tersenyum dan menciumnya gemas. Di usia bayinya yang sudah memasuki bulan keenam telah banyak menunjukkan kemampuannya

Beberapa saat kemudian, handphone Shella bergetar. Ia merogoh kantongnya dengan malas dan melihat layar datar tersebut. Betapa terkejut dan senangnya ia saat mengetahui si penelpon. Sudah lama ia menginginkan hari ini.

"Lo dimana....??" Tanya Yoga langsung to the poit dari seberang sana.

"Di taman" Jawab Shella dingin. Selama dua minggu terakhir, baru kali ini ia mendengar suara suaminya kembali di telpon. Hubungan mereka saat ini benar-benar renggang dan minim contact.

"Taman?" Shella mengangguk tapi tidak di ketahui oleh Yoga "Taman mana?"

"Taman Mini Indonesia Indah" Jawab Shella asal. Ia masih pura-pura kesal dengan suaminya atas dua minggu ini.

"Ck...!" Yoga mulai jengkel

"Gue di taman dekat rumah" Jawab Shella akhirnya.

"Tunggu di situ, sepuluh menit lagi gue nyampe" Setelah sambungan di putus, Shella memegang dadanya. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, ia tidak sabar menunggu kedatangan suaminya. Ia menggelengkan kepalanya mencoba menyadarkan fikirannya yang mulai melayang.

TBC

Jumat, 07 Oktober 2016

(S)He Is Crazy [TERBIT] Donde viven las historias. Descúbrelo ahora