SHIC - 3

69.5K 3.2K 52
                                    

            Setelah Adel kembali tertidur, Shella mulai bersiap-siap untuk berangkat kuliah. Saat ini mereka sudah memasuki akhir semester lima. Shella masuk pagi sedangkan Yoga masuk siang, "Lu jangan lama-lama pulangnya, gue juga masuk kuliah nanti" Kata Yoga sambil menyendok nasi goreng ke piring lalu memberinya kepada Shella. Setiap pagi Yoga bertugas membuat sarapan dan sorenya tugas Shella menyiapkan makan malam. Sejak pertama kali pindah rumah, mereka telah membagi jadwal tinggal serumah.

"Ia. Bawel banget sih" Gerutu Shella mengerucutkan bibirnya. Ia kemudian menyendokkan nasi goreng ke mulutnya. Nasi goreng buatan Yoga selalu di sukai oleh Shella. Ia tidak pernah menolak untuk menghabiskan seberapa banyak masakan suaminya itu. Makanan itu benar-benar lezat dan sangat sesuai dengan seleranya.

Setelah selesai sarapan, Shella menyambar air putih di depannya dan meneguk tanpa sisa. Ia kemudian berpamitan pada suaminya untuk pergi kuliah. Yoga hanya berdehem sambil melanjutkan sarapannya. Ia akan menunggu hingga istrinya kembali untuk menggantikannya menjaga si bayi. Kemudian ia akan pergi kuliah dan setelahnya langsung ke tempat kerjanya.

***

Seperti biasa, Yoga kembali pulang hampir tengah malam, ia berjalan sendirian tanpa ada motor atau mobil seperti dulu sebelum ia menikah. Ia terpaksa harus membiasakan diri melakukan hal-hal yang sebelumnya tidak pernah di lakukan, salah satunya adalah bekerja setelah pulang kuliah. Beberapa kali ia memutar-mutar kepala ke kiri dan ke kanan untuk mengurangi rasa pegal yang melandanya setelah satu harian beraktifitas. Di mulai dari menjaga bayi di pagi hari, lalu kuliah di siang hari dan bekerja di sorenya hingga tengah malam. Ia juga menambah jam kerjanya untuk menghasilkan uang banyak demi menutupi kebutuhan mereka. Bukan hanya dirinya sendiri yang harus ia pikirkan, akan tetapi ia juga memikirkan anak istrinya. Jika hanya mengharapkan dari gaji pokok saja, tentu saja keuangan mereka tidak cukup. Uang kuliah, sewa rumah, kebutuhan sehari-hari, susu formula pendamping asi untuk bayi, dan lain sebagainya. Semuanya perlu dan harus terpenuhi.

Pepatah mengatakan 'Keadaan akan membuat kita lebih dewasa dan berfikir secara matang'. Itu benar adanya bagi Yoga di satu bagiannya. Dengan keadaanya sekarang, ia sudah memikirkan hari esok dan hari-hari yang akan datang. Ia terus memutar otak untuk membagi waktunya agar bisa mengejar target. Bahkan ia merelakan peralatan game lux miliknya yang dulu selalu diganti dengan yang paling baru, di jual untuk menambah keuangan mereka. Toh, sekarang dia tidak membutuhkannya lagi, dia tidak memiliki waktu untuk memainkannya.

Saat Yoga tiba di halaman rumah, ia mendengar Adel menangis dan Shella menggerutu. Ia menghentikan langkahnya dan mencoba menguping gerutuan istrinya. Shella sedang duduk di meja belajarnya untuk mengerjakan tugas dari kampus, sementara Adel tidak henti-hentinya menangis. "Adel..! Adel bobo ya sayang, mama mau ngerjain peer dulu" Ucap Shella

"Aduh..! Yoga kemana, sih..? Udah tengah malam gini ngga pulang-pulang. Ngga tau apa tugasku masih numpuk gini. Ngga bosan apa keluyurannya, tiap hari pulangnya selalu larut gini. Apa sih yang dia kerjain..? Ini anak juga dari sore nangis mulu" Shella menggerutu panjang lebar.

"Adel sayang, bobo ya! Mama mau belajar demi masa depan kamu. Kamu ngga mau kan kalau mama bodoh dan ngga punya pekerjaan?! Makanya bobo ya..! Bentar lagi papa pulang" Ucap Shella lagi sambil menggendong Adel. Sesekali tangan kanannya menyodorkan dot ke mulut Adel, tetapi bayi itu berusaha menepisnya dengan raungannya.

Beberapa saat kemudian Adel di masukkan ke dalam ayunan. Shella menggoyang-goyangkan ayunan sambil mengetik tugas makalahnya. Yoga belum juga keluar dari persembunyiannya, ia masih ingin mendengarnya menggerutu. Ia baru menyadari betapa banyaknya dampak buruk yang mereka lakukan dulu, andai saja waktu itu tidak pernah terjadi mereka pasti tidak sesulit ini. Kedua orang tua Shella pasti belum bercerai, dia pasti masih bisa menikmati masa mudanya. Andai saja Yoga sudah bisa bertanggung jawab penuh atas dia dan Adel, mereka tidak akan semenderita ini. Setidaknya Yoga bisa memberikan mereka kenyamanan dan kasih sayang atau kehidupan mereka tidak serumit ini.

(S)He Is Crazy [TERBIT] Where stories live. Discover now