SHIC - 12

39K 2.2K 27
                                    

            Setelah Adel tidur lagi, Yoga meletakkannya di box bayi yang terletak di samping sudut sofa, lebih tepatnya di dekat jendela. Shella duduk di lantai depan meja kaca, tangannya sibuk mengetik tugasnya. Sementara Yoga kembali dengan posisinya saat Shella membersihkan rumah. Tiduran di belakang Shella, tangan kanannya memopang kepala dan tangannya yang satu lagi memegang remote televisi

"Bisa ngga lo jangan gangguin gue?? Kecilin suaranya!" Teriak Shella jengkel. Dia melirik suaminya dan bersender di sofa tempat Yoga tiduran. Yoga sedari tadi mengganggu Shella dengan mengeraskan volume suara televisi.

"Gue pengen nonton" Jawab Yoga tidak bersalah, beberapa kali ia membuat balon kecil dari permen karet yang dimakannya sejak tadi.

"Ishh..! Lo budeg, ya...?? Adel bisa bangun, begok" Kata Shella. Ia menyumpal mulut Yoga dengan tangannya saat suaminya membuat balon kecil

"Yaaak...! Lo mau mati ya...???" Kata Yoga menghempaskan tangan Shella kasar. Shella tertawa senang melihat mulut Yoga belepotan permen karet. Tapi ia juga meringis jijik melihat tangannya ikut belepotan.

"Ish..! Tangan gue jadi jorok" Gerutunya pelan

"Mangkanya jangan suka ngerjain orang" Kata Yoga sambil membersikan mulutnya.

Kali ini Yoga diam setelah membersihkan mulutnya dari permen karet. Tetapi sesaat kemudian dia kembali berulah menggonti-ganti chanel televisi dan mengeraskan volume suaranya. "Masih banyak lagi ngga??" Tanyanya sambil memukul kepala Shella

"Lo diam dulu. Gimana gue bisa konsentrasi kalau lo selalu gangguin gue" Bentak Shella geram dan membanting bukunya.

"Kalau lo mau konsentrasi, ngerjainnya di kamar aja. Kunci kamar lo biar lo ngga terganggu" Jawab Yoga

"Kamar gue panas, ngga ada kipas mana bisa gue konsen. Lo aja tidur sana, di kamar lo" Elak Shella

"Gue mau nonton, di kamar gue ngga ada tivi"

"Kalau gitu jangan ganggu gue. Awas lo entar!" Ancam Shella.

Lama-lama Shella tidak bisa tenang melanjutkan tugasnya. Yoga kembali mengencangkan volume suara televisi, kali ini ia menonton konser rock and rol. Suara musik yang menggema di ruangan membuat kesabaran Shella habis.

"Lo mau mati ya" Kata Shella mencoba meraih remote dari tangan Yoga. Tapi ia tidak mendapatkannya karena Yoga menjauhkannya. Tidak puas dengan itu, Shella mengambil bantal kursi dan memukul wajah Yoga. Ia berdiri lalu menaiki sofa dan menduduki badan suaminya. "Gue akan bunuh lo, biar lo mati... matiii...," Umpat Shella keras. Ia menekan bantal dengan sekuat tenaga

"Shel, gu- gue ng- ngga bi- sa na-fas" Kata Yoga terengah-engah. Dia susah menggerakkan badannya karena sudah terhimpit di sofa dan kedua tangannya di jadikan untuk menutup wajahnya dari hantaman sang istri

"Gue ngga peduli, lo harus mati.. matiii..., bodoh" Umpat Shella masih memukulinya dengan bantal.

"Kalau gue mati lo jadi janda, begok. Lo mau cepat janda..???" Tanya Yoga menghempaskan tangan Shella dari wajahnya.

"Gue ngga peduli. Mati lo....!! Gue ngga tahan liat lo hidup, lo bisanya gangguin gue aja. Pokoknya lo harus mati... Matiii...." Kata Shella lagi dengan emosi yang mengebu-gebu. Ia kembali memukuli wajah Yoga tanpa ampun.

"Nte, ciapa yang mati? Om ayam mati, ya?" Shella menghentikan aktivitasnya. Dia dan Yoga saling memandang heran, ia kemudian mengangkat kepalanya dan menemukan Chika berada di balik sofa. Yoga tidak melihatnya karena posisi sofa membelakangi pintu.

"Chika...?!" Seru Shella kaget. Saat Shella lengah, di situ lah kesempatan Yoga menjauhkan wajahnya dari bantal.

"Ciapa yang mati, nte?" Tanya Chika lagi. Shella segera beranjak dari atas tubuh Yoga. Saat dia hendak melompat, lututnya menekan perut suaminya.

(S)He Is Crazy [TERBIT] Där berättelser lever. Upptäck nu