Part 5

6.1K 205 3
                                    

Happy Reading.









Elio tersenyum sinis melihat kedekatan Belva dan Diego. Melihat Belva tersenyum dan tertawa, membuat Elio ingin kembali melihat Belva menangis menderita.

Meletakkan ponselnya di meja, Elio melangkah menuju kaca besar yang terpajang di walk in closet. Saat sudah di depan kaca, Elio menyentuh dada kirinya yang tidak tertutup apa pun, karena dirinya shirtless.

Menyentuh bekas operasi di dada kirinya, Elio mengusap bekas luka itu. Tadinya, Elio ingin menutup bekas operasi itu dengan tato, tapi tidak jadi, karena tidak ingin melupakan kejadian saat itu begitu saja.

Dengan adanya bekas luka itu, yang berarti selamanya tidak akan hilang, sama saja dengan selamanya Belva tidak akan lepas dari jeratannya. Bukti luka itu sama seperti hidup Belva yang akan selalu menderita.

Selama ini, berkali-kali terkena tembakan, bahkan juga nyaris mati karena kecelakaan, tapi tidak pernah ada yang berhasil membuat Elio menjadi lemah.

Hanya tembakan Simon yang berhasil membuat Elio koma, dan saat sadar perlu waktu cukup lama untuk pemulihan.

Itulah yang membuat rasa marah Elio tidak bisa hilang begitu saja. Nyawanya pernah berada di ambang kematian. Kondisi Mommy-nya bahkan sampai drop.

Dendam yang sudah mendarah daging, membuat Elio tidak peduli meski Belva sebenarnya tidak salah. Tidak ada pilihan, karena hanya Belva keluarga terdekat Simon.

Berusaha sabar menunggu sampai Belva lulus kuliah, Elio sengaja membiarkan Belva tetap melanjutkan pendidikannya. Elio tidak ingin ada yang curiga jika Belva menghilang begitu saja.

Selain mendapat beasiswa penuh, Belva juga mendapat fasilitas tinggal di asrama kampus. Jadi Elio tidak ingin mengambil risiko dengan menculik Belva saat Belva masih terikat dengan Universitas ternama.

Karena pasti akan menjadi pemberitaan jika Belva menghilang. Maka dari itu, Elio memutuskan sabar menunggu. Selain itu, Elio ingin membuat Belva seperti terbang ke langit, lalu dirinya jatuhkan ke bumi.

Melihat Belva sangat senang berhasil lulus cumlaude dengan nilai terbaik, Elio semakin ingin melihat Belva menangis di bawah siksaannya.

Mengetahui impian Belva menjadi pianis terkenal. Sebelum Belva menandatangani kontrak dengan agency terkenal, Elio lebih dulu menculik Belva.

Menghilangkan jejak Belva dengan sangat bersih, seolah Belva meninggalkan New York, Elio benar-benar memperhitungkan semuanya.

***

Sampai di kantor, Elio langsung fokus pada pekerjaanya. Sampai terdengar sara pintu terbuka, membuat Elio menghentikan bacanya. Menoleh ke arah pintu, Elio melihat Nero yang masuk ke dalam ruangannya.

"Apa telingamu mengalami gangguan?" tanya Nero.

Karena sejak tadi secretary Elio mengetuk pintu ruangan Elio, tapi tidak ada suara dari dalam. Sehinggga Nero memutuskan membuka pintu itu.

"Sorry. Aku terlalu fokus membaca," jelas Elio.

Nero menggelengkan kepalanya. "Ini data yang kau minta. Aku masih terus berusaha mencari data penting lainnya, tapi masih sangat sulit," ucap Nero sambil meletakkan map di meja.

"Thanks," balas Elio.

"Kau harus menetapi janjimu," ucap Nero.

"Ya. Akan aku lakukan," balas Elio.

Tanpa mengucapkan apa pun lagi, Nero membalik badannya, lalu melangkah keluar dari ruangan Elio.

Melihat pintu ruangannya sudah tertutup, Elio mengambil map yang tadi Nero letakkan di meja. Membuka map itu, Elio membaca setiap kata di kertas yang ada di dalam map.

Isi kertas itu adalah data Diego. Elio sudah meminta seseorang untuk mencari tahu tentang Diego, tapi ternyata sangat sulit. Akhirnya meminta bantuan Nero.

Sama seperti Ara, Nero juga sangat pintar dalam bidang teknologi. Bedanya, Nero tidak tertarik terlalu menekuni perangkat komputer.

Nero lebih senang berhadapan dengan mobil sport dan mobil-mobil mewah lainnya. Maka dari itu, Nero memiliki perusahaan mobil sendiri.

Meski tidak tertarik berada di depan komputer, Nero tetap mau membantu jika diperlukan, tapi tetap meminta bayaran.

Bukan uang yang Nero yang minta, tapi pasti sesuatu yang tidak mudah didapat atau dilakukan. Seperti yang Nero minta pada Elio.

Nero meminta Elio mendatangkan adik Emily untuk menghadiri acara launching mobil terbaru perusahaan milik Nero.

Livy, perempuan cantik yang baru saja lulus dari Senior High School itu adalah adik Emily.

Nero menyukai Livy, tapi sayangnya, Livy tidak tertarik menjalin hubungan, membuat Livy selalu mengabaikan Nero. Livy beranggapan bahwa menjalin hubungan bisa menghambatnya dalam menempuh pendidikan.

Karena cita-cita Livy sama seperti Emily, yaitu menjadi dokter kandungan. Jadi Livy ingin fokus pada pendidikannya.

Permintaan Nero bukan hal sulit untuk Elio, karena Elio sangat dekat Livy. Bagi Livy, Elio sudah seperti kakaknya.

Jadi meminta Livy datang ke Rome untuk datang ke acara Nero pasti bisa Elio lakukan. Elio yakin Livy akan datang.

Elio masih membaca data yang Nero berikan dengan wajah semakin serius saat membaca bahwa Diego bukan hanya seorang dokter biasa.

Karena ternyata Diego merupakan anak dari salah satu pengusaha sukses di Russia. Elio tersenyum sinis membaca data itu.

Diego Valkov, dokter yang baru beberapa bulan bekerja di rumah sakit tempat Belva dirawat. Diego bekerja di sana atas permintaan pemilik rumah sakit itu, karena pemilik rumah sakit itu merupakan mertua dari kakak Diego.

Sebelumnya, Diego adalah dokter relawan yang selalu berpindah-pindah tempat. Tapi kini memutuskan menetap di New York.

Kemampuan Diego sebagai dokter tidak perlu diragukan lagi. Diego memang sangat sering menjadi narasumber di media, dan sering menjadi pemberitaan media, tapi Diego sangat tertutup mengenai kehidupan pribadinya.

Jadi tidak ada informasi tentang siapa keluarga Diego. Bahkan tidak ada informasi juga bahwa pemilik rumah sakit tempat Diego bekerja adalah milik mertua kakaknya.

Diego benar-benar hanya dikenal sebagai dokter yang berbakat, baik, dan sangat ramah. Hanya itu yang ada di internet, informasi standar tentang Diego.

Jadi kini, mengetahui bahwa Diego bukan orang sembarangan, Elio merasa harus lebih berhati-hati. Kalau sampai Belva meminta tolong pada Diego, maka akan melibatkan banyak pihak.

Setelah nanti Belva kembali ke penthouse, Elio sudah memutuskan akan menambah pengamanan di sekeliling gedung penthouse-nya, dan memastikan Diego tidak lagi menemui Belva.

Meski yakin itu akan menjadi hal yang sulit, karena bisa melihat dengan jelas dari tatapan mata saja, tatapan mata Diego ke Belva terlihat berbeda.

Ditambah perlakuan Diego ke Belva sudah bukan seperti dokter pada pasiennya. Elio bisa melihat itu dengan jelas.

Memiliki pengamatan yang sangat baik, Elio bisa menilai orang dengan cepat hanya dari tatapannya saja. Maka tidak heran, Elio belum pernah salah memilih partner bisnis.

Jika nantinya Diego masih nekat menemui Belva, pilihan terakhir yang Elio pilih adalah membawa Belva meninggalkan New York.

Mengingat hubungannya dengan Emily belum membaik, Elio merasa New York sudah bukan tempat yang aman untuk menyembunyikan Belva.

Semakin banyak orang yang mengetahui tentang Belva, maka akan semakin banyak celah untuk Belva melarikan diri. Karena Elio yakin, siapa pun itu pasti akan lebih memihak Belva daripada dirinya. Sama seperti Emily.

Jadi sebelum itu terjadi, Elio merasa harus mengambil tindakan lebih dulu, sebelum terlambat nantinya. Jangan sampai dirinya salah langkah, karena bisa berakibat fatal untuk hidupnya.









See you next part. 👋

21-09-2022.

CRAZY OBSESSION [END]Where stories live. Discover now