32. [END]

80 32 11
                                    

Rika menyetir mobil seperti pembalap yang kesetanan. Ia membawa Venna yang tak sadarkan diri atas pangkuan kakaknya. Jantung Venna berhenti berdetak beberapa saat lalu dan langsung dilarikan ke rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit, Venna langsung ditindak oleh dokter Joel dan dokter lainnya yang berjaga di IGD pada saat itu. Tangisan Rika, Bunda Venna, pecah sedari tadi melihat putrinya terbujur lemah di salah satu brankar. Sedangkan Resca kakaknya, ia hanya menatap tak percaya hal ini terjadi begitu cepat. Seperti baru beberapa menit lalu adiknya bersuara tentang hidupnya selama ini dan itu membuat dirinya semakin sakit.

Kini, dua malaikat yang hidupnya tulus hanya untuk meraih mimpi masing masing tengah berjuang melawan maut. Adimas pulih dari komanya secara ajaib, sedangkan Venna jantungnya kembali berdetak namun sangat lemah.

"Venna sudah melewati masa kritisnya" ucap dokter Joel dengan mata yang berair, disusul dokter Chandra yang berlari dari kejauhan dengan senyum lebar bahwa Venna kembali ke rumah sakit.

"Mana Venna??? Barusan dia saya chat untuk memberi kabar Dimas sudah sadar, sudah sampai bukan bocahnya?" ujarnya di depan dokter Joel, Rika, dan Resca.

"Ya, sudah sampai, dengan kondisi jantungnya tidak berdetak"

"Tidak mungkin... Bagaimana bisa?? Barusan dia saya antar ke rumah dengan baik baik saja" teriak dokter Chandra setelah ia memastikan Venna terbaring lemah di atas kasur dengan detak jantung yang sangat lemah.

"Iya, saya juga tahu. Sepertinya orang orang yang ada di rumahnya lah penyebabnya. Berulang kali saya bilang anak ini sangat lemah, tidak bisakah kalian menurunkan ego kalian sebentar saja sampai gadis itu mendapat donor??!!!" dokter Joel berteriak keras sampai beberapa orang ikut menoleh ke arahnya.

"Saya tahu ini tidak sopan, tapi saya tidak bisa menahan melihat ke egoisan kalian kepada gadis malang itu"

Ia lantas pergi meninggalkan dua perempuan yang habis diteriakinya dan diikuti oleh dokter Chandra. Rika lantas mencengkram tangan Resca, ia menatap tajam putri sulungnya. Rika tahu bahwa suatu saat Resca akan berulah seperti sekarang, namun ia tidak menyangka akan berakibat fatal seperti saat ini.

"Bunda tahu kamu iri, Resca. Tapi tidakkah kamu sadar kalau selama ini Bunda kasih perlakuan lebih itu ke kamu, bukan ke Venna??!!"

"Venna baru saja bahagia mendapat perhatian Ibundanya kembali dan kamu menghancurkannya??? Kalau sudah tahu kamu tidak bisa mendonorkan jantung kamu untuk Venna, setidaknya bersabarlah!" ujar Bunda Venna dengan emosi memuncak yang lalu ia meninggalkan putri sulungnya itu sendirian di depan ruang Venna terbaring. Resca lantas menyesali keegoisannya selama ini. Semua orang benar, ia sangat salah kali ini, ia egois tidak bisa mengalah bahkan untuk sejenak.

Di sisi lain, Adimas juga menangis dan memohon untuk melihat Venna yang tidak sadarkan diri setelah tidak sengaja mendengar obrolan kedua dokter muda itu. Mau tidak mau dokter Joel membawa Adimas sebentar dengan kursi roda untuk menengok Venna.

"Na, kakak udah bangun, kenapa kamu yang tidur sekarang??" lirih Adimas.

"Kita balik ya, Dim. Kamu harus pulih dulu supaya terlihat segar di hadapan Venna nanti" ucap dokter Joel sambil mendorong kembali kursi roda Adimas.

Tengah malam yang dingin diiringi semua kesedihan dan keputusasaan. Semua kejadian terjadi begitu saja di satu waktu yang sama. Semesta mengatur dua insan itu bertemu, tapi tidak untuk bersatu.

Malam berganti pagi, dan pagi bertemu lagi dengan malam. Siklus yang konstan dengan Adimas yang merasa kosong hatinya selama sudah nyaris seminggu. Kondisinya juga semakin melemah, seakan ia tidak ingin melanjutkan hidupnya. Ia merasa hampa, tanpa tujuan.

Ravenna || Sejeong X Doyoung [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang