Prolog

471 149 81
                                    

Aku memarkirkan motorku di tempat parkir dan mengambil karcis yang diberikan olek tukang parkir. Berjalan menyebrangi jalanan yang ramai menuju alun alun kota. Tempat penuh kesenangan dimana mana, penuh senyum dan canda tawa setiap pengunjung yang datang.

Aku memandang sekeliling untuk mencari tempat duduk yang kosong, sambil sesekali mengeluarkan kamera ku untuk memotret sekeliling, secara random. Karena, tidak ada lagi dirimu yang hadir disini sebagai objek potret indahku.

Akhirnya setelah berkeliling di sekitar, aku tidak kunjung menemukan bangku yang kosong, membuatku mau tidak mau duduk di rumput hijau, padahal aku paling benci ini. Tapi seingatku, ini hal favoritmu bukan? atau aku salah mengingat? Seingatku, kamu adalah satu satunya orang yang rela duduk dimana saja asal nyaman, termasuk di lantai mall pun, ahahaha.

Sore hari di tengah alun alun kota, walau ramai, tapi entah kenapa rasanya sangat sepi. Harusnya hari ini, tepat satu tahun kita berdua berjanji merayakan keberhasilanmu, kita berdua tertawa dengan lepas tanpa beban bukan malah menahan isak tangis dengan kuat.

Harusnya hari ini kita disini, duduk bersama, sambil memakan ice cream oreo kesukaanmu, sambil saling menggoda satu sama lain. Dunia ini di huni lebih dari seribu juta penduduk, tapi rasanya masih sangat sepi.

Sudah banyak orang baru yang berusaha menggantikan posisimu disini. Tapi ijinkan aku egois untuk kali ini saja, aku hanya ingin kehadiranmu kembali di hidupku, walau tidak lama, aku akan sangat bersyukur. Aku akan gantikan semua usaha, air mata, dan keringat yang kamu keluarkan selama ini dengan tawa bahagia yang jarang kamu dapatkan.

Hari semakin gelap, senja terlihat sangat cantik hari ini. Mungkin langit sedang menghiburku hari ini, walau seperti sia sia. Aku hanya tersenyum miris melihat keadaanku saat ini, dan berakhir bangkit dari duduk ku dan beralih pergi dari tempatku tadi.

Brukk

"Ah maaf saya-" ucapanku terhenti. Tabrakan tidak sengaja olehku kepada seseorang yang asing, tapi terlihat sangat familiar dimataku. Dia sangat mirip denganmu saat menatapku, dari cara merapikan rambutnya, tatapannya, bahkan style yang dimilikinya, sangat mirip denganmu.

"Eh? Tidak apa apa, tidak sakit kok, eumm saya duluan ya" dia tersenyum kepadaku. Tidak, ini terlalu tidak mungkin.

Aku hanya membalasnya dengan senyum kecil dan kembali berjalan menjauh dari alun alun menuju tempat parkir. Tapi, pikiranku tidak bisa jernih karena sosok barusan, sangat mirip dan sangat tidak mungkin jika itu dirimu.

Tuhan, apakah ini kiriman dari segala doa doaku? Jika iya, tolong jaga dia sampai kita bisa bertemu kembali, dan hingga aku bisa memperlakukannya seperti memperlakukan dia yang dulu, sampai hari dimana aku menyusulnya.

........

dor !

lanjut tida??? jujur sj bikin prolog lebih mikir ternyata.

lanjut or unpub?

Ravenna || Sejeong X Doyoung [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang