26.

38 32 3
                                    

‼️WARNING BEFORE READ‼️
Chapter ini mengandung hal hal sensitif yang daoat men-trigger beberapa orang serta mengandung konten dewasa, anda bisa melewati bab ini jika merasa tidak nyaman

.....

Siang hari yang terik Venna jumpai sepulang ujian. Wawa setia membawakan tas Venna kesana kemari sambil menggandeng tangan sahabatnya tersebut. Venna tampak pucat seperti baru saja diterjang ombak.

Wawa menunggu Venna dijemput walau sebenarnya ia membawa motor hari ini. Wawa terus mengajaknya mengobrol tentang hal hal random bahkan tak jarang mengeluarkan candaan garing yang sama sekali tidak lucu.

"Pulang langsung minum obat ya, Na. Gue tau lo ngedrop karena bolos obat" ucap Wawa dengan serius tiba tiba.

"Santai, Wa. Gue kuat kali"

"Halah, lo gak inget barusan lo abis tepar di UKS? Untung gue gercep bilang ke pengawas"

Pada akhirnya mereka saling mengejek satu sama lain dengan nada bercanda. Tak berlama lama, mobil milik ayah Venna datang tepat di depan mereka. Langsung saja Venna masuk ke dalam mobil disusul dengan Wawa yang meletakkan tas di samping Venna. Mobil melaju membawa Venna pulang, ia perlahan tertidur karena merasa lemah.

Venna cepat cepat mengumpulkan tenaga untuk berjalan dari mobil yang sudah terparkir di pekarangannya menuju kamarnya. Saat ia baru menginjakkan kaki di dalam rumahnya, rumahnya lagi lagi terasa kosong. Maksudnya, kali ini terlalu kosong sampai membuat prasangka prasangka tidak enak yang tiba tiba muncul dari dalam hati Venna.

"Kakak kemana?" tanya Venna begitu menyadari kekosongan ini.

"Kakak nginep rumah temennya katanya. Kamu pucet banget, sakit lagi ya? Istirahat aja sana"

Venna mengangguk kecil dan menyeret tasnya menuju kamarnya. Ia sudah mengganjal perutnya dengan roti dan teh di UKS tadi, sesampainya di kamar ia langsung meneguk obat obatannya dan pergi tidur di kasur empuknya. Saat ini tubuhnya benar benar ambruk, sama sekali tidak ada tenaga untuk sekedar berpindah tempat. Belajar urusan belakangan karena besok adalah hari terakhir ujian dimana tersisa mata pelajaran yang bisa dikerjakan dengan logika, begitu pikir Ravenna.

Beberapa jam berlalu dengan cepat karena lelapnya tidur Venna. Saat ia sibuk dengan bunga tidurnya di alam lain, tanpa ia sadari seseorang masuk ke dalam kamarnya. Ia menyadari ada suara langkah kaki yang berat berjalan kearahnya, namun tubuhnya tidak mampu lagi untuk melihat siapa seseorang yang masuk ke dalam kamarnya tersebut.

Venna yang jiwanya tersadar namun tubuhnya tidak mendukungnya untuk sekedar membuka mata awalnya tidak peduli dengan siapa yang masuk ke kamarnya. Namun, betapa ia makin membeku ketika seseorang yang suaranya sangat ia kenal saat ini tengah menjamah tubuhnya.

Selimut tebal Venna disingkap, pakaiannya juga ikut disingkap. Venna menjerit dalam diam. Ia tau bahwa ini sesuatu yang tidak seharusnya terjadi, namun tubuhnya seakan disihir menjadi tidak bisa bergerak.

Semakin lama, tangan tangan hina itu semakin menyentuh area privasi milik Ravenna. Ayah tiri Venna mengira gadis itu sedang tertidur lelap, padahal Venna jelas jelas tersadar dengan segala hal kotor yang ia lakukan padanya. Venna menahan tangisnya entah mengapa. Sekuat apapun ia berusaha, tubuhnya tetap diam membeku. Rasa takut, bingung, dan hina menjadi satu di dalam kepala Venna.

"Anak Ayah tubuhnya cantik sekali ya" satu kalimat kotor yang terucap dari mulut hina lelaki itu.

Dengan keyakinan dan keberanian penuh, Venna mengumpulkan tenaga ke dalam tubuhnya. Langkah awalnya untuk menggeliatkan tubuhnya malah membuat Ayahnya semakin gencar menyentuh lekuk tubuh Venna. Venna merasa frustasi, ia memaksa tubuhnya untuk memberontak.

Ravenna || Sejeong X Doyoung [END]Where stories live. Discover now