Bab 8 Bermain hujan

31.6K 1.7K 15
                                    

Ara terdiam memandang kosong langit malam yang terlihat daro balkonnya saat ini. Melamun dengan pikiran yang melalang buana. Ara kembali mengingat kata bundanya. Entah apa yang bundany maksud, Ara mencoba tak terlalu memusingkan. Tubuhnya masih lemah untuk berpikir keras.

Direnc mendekati putrinya dengan nampan berisi makan malam untuk Alara. Direnc Mengehela nafas pelan, sepertinya putrinya suka melamun. Dan ini tidak baik untuk kondisi Alara. Direnc mengelus surai hitam putrinya, membuat Alara tersentak pelan.

"Memikirkan apa, hm?" tanya Direnc pelan, dengan jemarinya yang bergerak mengusap pipi Ara. Ara meyerngit mendapati ayahnya datang, ia bahkan tak mendengar ketukan pintu.

"Jangan suka melamun, sayang. Apalagi dengan air mata yang seperti ini. Ayah tidak suka melihatnya. Ayah hanya ingin putri ayah terus tersenyum bukan seperti ini." ujar Direnc memperingati. Ara hanya menatap diam sang ayah.

"Sekarang princess ayah harus makan lalu minum obat, supaya princess ayah cepat sembuh."

Ara tertegun mendengar perkataan sang ayah. Ara terharu, bukankah ini yang Ara inginkan, sesosok ayah yang menyayanginya. Hal yang dia dambakan, setiap malam Ara selalu berdoa agar ayahnya datang dan memeluknya. Dan semua terkabul hari ini. Apa ini yang dimaksud bundanya, bahwa kebahagiaan akan menjemput.

Tak terasa setitik air jatuh membasahi pipinya dengan mata yang terus memandang Ayahnya. Direnc yang melihat itu tersenyum kecil, meletakkan piring yang dia ambil, lalu mendekap putrinya erat.

"Sstt, sudah sayang." ucap Direnc sambil mengecup pelipis Alara berulang kali, bermaksud menenangkan.

Direnc menunduk melihat putrinya yang berada didekapannya. Tangannya bergerak untuk menghapus sisa air mata yang menetes, lalu mendekap putrinya lagi.

Alara melepaskan pelukan ayahnya dengan mata yang sembab, hidung dan pipinya yang memerah. Direnc yang melihatnya terkekeh gemas.

"Kenapa princess ayah sangat menggemaskan?" ucap sambil mengecup kedua pipi putrinya. Ara hanya mengerjabkan kedua matanya.

"Sekarang waktu nya makan." ujar Direnc sambil menyuapkan sesendok makanan digenggamannya.

📖

Aslan memasuki kamar Alara untuk memberikan obat yang akan diminum adiknya itu. Tanpa mengetuk pintu yang terbuka lebar, Aslan masuk kedalam kamar adiknya. Dilihatnya adik perempuannya sedang minum air bening.

"Sudah selesai makan malamnya?" tanya Aslan. Dibalas anggukan oleh Ara. Ara masih canggung untuk berbicara pada keluarga ayahnya.

"Baiklah. Sekarang waktunya minum obat." ucap Aslan dengan senyumnya. Aslan menyiapkan obat yang akan diminum Ara. Karena Ara tidak bisa menelan kapsul obatnya, Aslan menggerusnya. Disisi lain Direnc sedang menerima panggilan dari sekretarisnya.

Dalam hati ingin sekali Ara menolak meminum obat, memikirkan betapa pahit obat itu membuat nya mual. Direnc berjalan ke arah putrinya yang sedang memperhatikan obat pemberian Aslan dengan ekspresi tidak sukanya dengan bibir yang mengerucut lucu, Direnc tersenyum gemas melhatnya.

"Waktunya minum obat, princess." ujar Direnc dengan senyuman yang menghiasi. Setelah Direnc mengecup pipi Ara. Direnc menggendong putrinya ala koala membuat Ara kaget, Ara reflek melingkarkan tangannya pada leher ayahnya.

Diumur Ara yang ke 13 tahun, Ara memang memiliki tubuh yang mungil. Jika disandingkan dengan ayahnya mungkin hanya sebatas dada bagian bawah saja lebih tepatnya dibawah ketiak ayahnya. Padahal gen keturunan Abizard tinggi- tinggi.

"ayo, aa..." ucap Aslan memperagakan orang yang tengah membuka mulut.

"Pahit."elak Ara, menyembunyikan wajahnya di leher sang ayah.

"Engga, Queen. Lihat! Tadi kakak kasih gula di obatnya, pasti ga pahit lagi."bajuk Aslan. Dibalas gelengan oleh Ara yang masih memeluk erat ayahnya.

"Ara harus minum obat, sayang. Ara mau sembuh kan?"bujuk Direnc,dibalas anggukan.

"Sekarang princess ayah minum obat dulu, supaya cepat sembuh." ujar sang ayah. Mau tak mau Ara pun menelan cairan pahit itu. Matanya menyipit merasakan pahit yang menempel di lidahnya. Direnc menuntun putrinya agar bersandar kebahunya, dengan masih digendongan Direnc.

"Ssssttttt, tidur sayang."Direnc mengusap pelan punggung Ara, agar Alara cepat tertidur. Dan benar saja Ara tertidur setelahnya.

"Sudah tidur, bang?" tanyanya pada Aslan.

"udah, Yah."

Direnc menidurkan putrinya diranjang dengan pelan. Melihat putrinya tertidur pulas membuat dirinya tenang.

"Tidur yang nyenyak, princess ayah."bisik Direnc pada Ara.

📖

Tepat hari ini merupakan hari Rabu. Hari dimana biasanya para pelajar malas ke sekolah kerena masih betah libur. Tapi berbeda dengan Ara yang sangat bersemangat. Seragam sekolah sudah melekat sempurna ditubuhnya.

Hari pertama Ara sekolah setelah beberapa hari tidak mengikuti pembelajaran disekolah. Ara mengambil tas yang disiapkan, lalu turun kebawah untuk sarapan dengan Bi Nira yang menemaninya.

Ara melangkahkan kaki keluar komplek rumahnya. Seperti biasa Ara mengandalkan bus untuk sarana transportasi ke sekolah. Entah kenapa Ara sangat menyukai menaiki bus daripada naik mobil pribadi, padahal bundanya sudah menyiapkan sopir untuknya.

Ara sudah tiba disekolahnya Jam menunjukan tujuh, banyak murid yang berdatangan dengan diantar oleh orang tua. Ara meneruskan langkah nya menuju kelas dengan senyum mengembang , dia rindu sahabatnya.

"ALARA!" suara membahana Feli mengejutkan semua penghuni kelas, apalagi Alara yang masih berdiri kaget diambang pintu kelas.

"Ni anak berisik banget heran." gerutu Arin sambil mengelus telinganya pelan.

Disisi lain, Ara sudah dipeluk erat oleh Feli sambil menggerakkan tubuhnya ke kanan dan kekiri.

"Fe-Feli."panggil Ara, berusaha melepaskan pelukan erat sahabatnya itu.

"Feli, Ara ga bisa na-fas." ujar ara terbata-bata. Jia yang melihat itu, langsung menarik Feli.

"Gila lho yah, Ara kegencet ituh." ujar Jia ngegas. Feli hanya cengengesan di tempat sambil menggaruk rambutnya yang tidak gatal.

"Berapa hari dia gak masuk, gue kangen lah." ujar Feli sembari merangkul Ara.

"Dasar."ujar Arin

📖

Jam sudah menunjukkan waktu pulang untuk para siswa - siswa. Ara berjalan dikoridor sendirian, para sahabatnya sudah pulang dari tadi karena Ara melarang untuk menunggu dirinya yang sedang piket kelas.

Langit tampak mendung untung saja dirinya membawa sweeter untuk berjaga-jaga. Setitik air hujan membasahi wajah Ara. Ara berhenti dan mendongak menatap langit yang mulai mengerluarkan beban.

Air hujan bemakin berjatuhan tapi hal itu tak membuat Ara berteduh seperti yang dilakukan para murid yang lain. Dia malah menjulurkan tangannya menampung air hujan yang berjatuhan.

Beberapa detik kemudian, Ara merasa hujan berhenti, dia mendongak, dahinya berkerut saat mendapati sebuah payung yang melindunginya dari hujan. Ara memutar tubuhnya kebelakang untuk melihat siapa pelakunya.

Matanya membola mengetahui siapa yang memayunginya. Didepannya seorang pemuda menatapnya datar, dengan sorat mata terselit sedikit amarah didalamnya. Ara mengerjabkan matanya cepat.

"Hujan." kata Aarav dingin.

"I-Iya." jawab Ara menunduk.

"Kamu lupa kamu baru sembuh?" tanya Aarav. Ara menggeleng pelan. Dirinya sangat takut melihat tatapan Aarav.

"Ayo!"Aarav menggenggam tangan Ara membawanya masuk ke mobil mewahnya lalu melajukannya. Niatnya Aarav memang akan menjemput adik kecilnya ini. Dia ingin lebih dekat dengan adiknya, tapi malah dia melihat adiknya yang kehujanan. Aarav khawatir jika adiknya akan jatuh sakit seperti kemarin dan dia tidak ingin hal itu terjadi.

TBC


Satu abangnya Ara udah muncul dipermukaan nih... Lanjut??

ALARAYNA [ Tahap Revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang