Setelah membalas pesan mama, aku menggeser layar ke samping kanan. menggulirnya ke bawah untuk sekedar melihat-lihat. Satu story baru dari Lintang AP mengusikku, aku ingin tahu tentangnya setelah hampir dua bulan kami tak bertemu dan tak bertegur sapa di layanan pesan dunia maya lagi. Karena aku yakin dia juga sudah kembali ke tempat kerjanya. Aku dan dia sama-sama sibuk.

Gambar dua tangan, jari manisnya menggunakan cincin yang sama, diunggah satu jam yang lalu. Apa-apaan ini? Dia bertunangan tanpa mengundangku? Aku ini sahabatnya atau bukan?

[Tunangan, Bu?
Nggak ngundang aku?
Oke, lo gue end!!!]

Kuletakkan gawaiku di atas meja lagi dan melanjutkan beres-beres. Melepas snelli lalu kusampir di tangan, menenteng tas dan mengambil ponselku lagi. Aku mau pulang. ke rumah Mas Arya menyusul mama.

___

Setibanya aku di rumah Mas Arya, aku langsung memasukkan mobilku ke garasi atas arahan satpam. Aku menurut saja. Mungkin agar tak menganggu kedatangan tamu nantinya. Aku kembali mengecek ponsel sembari naik ke teras. Ingin melihat apakah sudah ada balasan dari Lintang.

Lintang AP
[Maaf Didi suyung. 
Itu acaranya udah kemarin.
Bukannya nggak mau ngundang.
Tapi nanti ngundangnya sekalian aja pas aku nikah ya.
Tiga minggu lagi.]

What?
Tiga minggu lagi?

Aku terduduk di undakan anak tangga menuju teras. Lenganku menempel pada tembok. Kuketik balasan untuk sahabatku itu.

[Nikah sama siapa, Lin?
Sama cowok yang pas kamu nitipin Ana ke aku itu?]

Aku kepo, katanya dia baru pdkt. Aku bahkan tidak tahu rupa wajah pria itu seperti apa.

Ting.

Belum sampai aku berpindah posisi, balasan dari Lintang sudah masuk.

Lintang AP
[Wkwkwk, iya sama dia, Di.]

Hah?

[Wih, cepet banget pdkt nya.
Eh tapi selamat ya Lilinku sayang.]

Emot gundul kuning yang matanya berbentuk hati kukirimkan untuknya. Aku ikut bahagia jika dia sudah menemukan pendamping hidup.

Lintang AP
[Kamu inget pas Ana dijemput Kak Dean?]

[Iya.]

Cepat saja kubalas pesannya. Aku sudah tidak sabar mengetahui jalan cinta mereka.

Lintang AP
[Dia nganterin aku pulang, terus malah ikut masuk.
Kamu tahu dia bilang apa waktu itu, Di???]

Apa? Tentu saja aku tidak tahu. Aku bukan cenayang. Terdapat tulisan sedang mengetik di sisi atas bawah namanya. Aku menunggu saja.

Lintang AP
[Dia maksa ikut masuk.
Selain mau kenalan sama mama.
Dia juga bilang nanti biar dia aja yang dimarahin kalau aku dimarahin mama sama Kak Dean.
Duh, Di... So sweet nggak sih, Di ....
Gimana aku nggak langsung meleleh, Di.
Dia juga langsung bilang ke mama sama Kak Dean kalau dia serius sama aku, Di.
Aku langsung dilamar, Diaaaaaaan ....]

Pelan-pelan aku membaca pesannya dari deretan atas, tapi pesan lainnya langsung mengikuti. Aku sampai tak bisa berkata-kata setelah tahu jalan ceritanya. Kekepoanku semakin menggebu tentang siapa pria tersebut. Tidak mungkin jika Lintang baru mengenalnya dua setengah bulan yang lalu itu.

[Siapa sih, Lin?]

Sekitar dua detik kemudian langsung ada jawaban darinya.

Lintang AP
[Sam.]

Sam?
Sam siapa?
Samsat?

Lintang AP
[Samudra Gunawan, Di.]

Apaaaaaaa?

[Seriusan, Lin?]

Aku tak percaya. Samudra Gunawan adalah teman satu fakultas kami dulu. Masa lalu Lintang dan Samudra tidak baik. Mereka sering sekali bertengkar, bahkan hanya karena hal yang sepele. Aku ingat, kami dulu pernah satu kelompok dan mereka berdua adalah orang yang sering bersilang pendapat hingga tugas kami tak kunjung selesai.

Lintang AP
[Jodoh, Di.
Nggak ada yang tahu.
Waktu itu dia pernah ke Solo, terus ngehubungin aku lagi.
Sekarang makin ganteng.]

Ya ampun. Seharusnya kurekam saja dulu saat mereka bertengkar. Dan nanti kuberikan kepada anak mereka.

Lintang AP
[Kamu nanti temenin aku ya, Di.
Pas aku nikah.
Pokoknya kamu harus ada di samping aku terus.
Kapan-kapan aku main ke rumahmu.
Ini aku udah di Jakarta.] 

Aku tidak bisa berkata-kata lagi. Kubalas pesan Lintang dengan stiker bertuliskan siap sedia. Ya, aku akan menemaninya. Dia adalah sahabatku. Aku harus ada di saat hari bahagianya.

"Tante dokter."

Aku mengangkat kepalaku saat ada seseorang yang memanggilku. Tante dokter, siapa lagi kalau bukan Ana. "Hai Ana." Kuulurkan tanganku ketika dia meminta. Ana mencium punggung tanganku hormat. Kuusap puncak kepalanya, memang anak pintar.

"Tante ngapain di sini?"

Pertanyaan polosnya menyadarkanku jika ternyata aku masih berada di tangga masuk. Astagfirullah, ini semua gara-gara tantemu, Nak. "Capek, sayang. Tante baru pulang kerja." bohongku padanya. Ana hanya mengangguk-angguk. Kemudian dia menoleh ke belakangnya, menoleh pada ayahnya yang akan menaiki tangga. Kak Dean memakai baju koko putih dan celana bahan warna hitam. Tak lupa peci hitam juga bertengger di atas kepalanya. Pipi tirusnya bersih, tak ada sedikit pun jambang yang tumbuh. Bau wangi parfumnya menguar menusuk lubang hidungku.

Sejuk.

Mendadak suhu di sekitarku jadi sejuk. Mataku langsung adem ketika melihatnya. Lelahku seusai bekerja seolah sirna.

Kak Dean menatapku, datar tanpa senyuman. Saat jarak semakin dekat, tangannya terulur membuat dadaku berdegup kencang.

"Nggak masuk, Di?"

Ternyata Kak Dean mengulurkan tangannya pada Ana, bukan padaku. "He, i-iya. Duluan aja, Kak." jawabku ketika ia berlalu melewatiku. Me-le-wa-ti-ku be-gi-tu sa-ja, tanpa berhenti barang sejenak. Aku memejamkan mata, kepalaku kubenturkan pelan pada dinding batu alam.

Bodoh, Kak Dean bisa membuatku terlihat bodoh, bahkan di saat ia tak melakukan apapun. Salah tingkah, dia juga bisa membuatku salah tingkah dengan mudah di saat Kak Indra yang nyata-nyata mendekatiku pun tak bisa melakukannya. Kurasa, aku telah terjerat pesonanya. Pikiranku mulai penuh tentang dirinya setelah aku mendengar ucapannya yang ingin mencari janda untuk jadi ibunya Ana. Sumpah aku menjadi tidak tenang. Aku tidak akan rela jika ada perempuan lain yang menjadi ibunya Ana dan bersanding dengannya. Aku, Aisha Dianitha Pramono telah jatuh cinta kepada seorang duda bernama Dean Giriandra.

Bersambung.

Wow, cepat sekali dapat 275 vote-nya. Nggak nyangka pembaca Sekelumit Rindu bisa banyak di sini. Terima kasih 😍

Sekelumit Rindu ini memang pakai pov Dian, ya, Kakak. Pov Dean nanti kalau ini udah selesai. Jadi misal kamu nggak sabar pengen baca sampai ending, bisa banget melipir ke aplikasi Karyakarsa dan/atau KBM. Di sana udah tamat.

Untuk bab ini bisa dapat 300 vote, nggak, nih? 🤭

Sekelumit RinduWhere stories live. Discover now