❝10. Kemana Saja Kakak?❞

21 3 0
                                    

Sendu Sejuk

Setidaknya ada komunikasi

•••∆•••


Jam weker berbunyi dengan nyaring disebuah kamar bernuansa putih itu. Sinar matahari yang memantul lewat celah jendela tak membangunkan seorang lelaki yang masih asik bermimpi. Kemudian tak lama suara pintu dibuka oleh seorang wanita, dia menatap Abzar dengan gelengan kepalanya.

"Astaghfirullah, Abzar bangun! Ini udah siang, kamu mau terlambat ke sekolah?!" teriak Leva. Suaranya begitu menyaring ditelinga Abzar. Lelaki itu menggeliat karena merasa terganggu.

"Bun masih pagi," sungut Abzar, dibawah alam sadar. Dia masih memejamkan matanya dan menarik selimut tebal, kembali untuk menutupi tubuhnya.

"Heh!" Leva menyikap selimut Abzar. Matanya seketika membulat melihat pemandangan tak biasa itu. Sedangkan Abzar yang enggan membuka matanya kini terpaksa membuka karena melihat Leva yang diam tak berkutik.

"Abzar? Kamu..."

Abzar menatap sesuatu yang membuat Bundanya itu terkejut setengah mati. Betapa terkejutnya ia ketika melihat kasur dan celananya yang basah. Meneguk ludahnya dengan susah payah, kemudian melirik Leva dengan takut.

'Elah, udah gede pake ngompol segala!' batin Abzar, merutuki dirinya.

Abzar tak berani menatap Leva saat ini. Dia hanya diam mencerna apa yang barusan ia lihat. Padahal sudah jelas jika Abzar mengompol dikasur. Namun hal itu diluar nalar, Leva justru mengusap kepala Abzar hingga lelaki itu membelalak menatapnya.

"Anak Bunda udah besar, ya," ujarnya dengan senyuman lebar. Abzar tercengang melihat Bunda malah tersenyum lebar seperti itu, padahal Abzar sudah panik sekali.

"Bun-Bunda gak marah?" tanyanya dengan terbata.

"Kenapa harus marah?"

Bukan main. Abzar dibuat kaget lagi, padahal ia sangat takut sekali jika Leva akan menjewer telinganya karena mengompol di kasur.

"Bun, aku ngompol loh!" seru Abzar. Ia bangkit dari kasur dan menatap Bundanya dengan wajah tak percaya.

Leva tertawa membuat Abzar semakin dibuat kebingungan oleh wanita yang sudah menginjak usia tiga namun tetap masih terlihat muda. Melihat anak bungsunya yang begitu kebingungan membuat Leva semakin gemas.

"Kamu mimpi basah. Masa gitu aja gak tau! Kan belajar IPA," cetusnya.

Mata Abzar membola. "Hah? Mimpi basah?!"

Leva mengangguk. "Udah sana mandi, nanti telat ke sekolah!"

Abzar kemudian segera bergegas berlari kekamar mandi. Sedangkan Leva membersihkan kasur anaknya yang basah itu, ia membuka seprainya dan memasukkan kedalam keranjang kotor.

Leva akan menceritakan kejadian ini pada suaminya. Memberitahu jika anaknya kini sudah menjadi remaja. Akhir-akhir ini juga dia melihat Abzar sering senyum-senyum sendiri, itu membuat pikirannya liar. Leva yakin, mimpi basah ini berkaitan dengan Abzar yang sudah falling in love.

....

"Mimpi basah?"

Abzar mengangguk dengan wajah polosnya. Lantas Rano mengulum bibir, sembari menatap Abzar dengan penuh arti. Melihat suasana kelas yang cukup ramai membuat Rano merapatkan dirinya pada Abzar, hendak membisikinya sesuatu.

"Lo mimpi itu sama siapa?" bisik Rano.

Abzar mengernyit tak paham, tapi melihat wajah Rano yang usil menyebalkan itu membuatnya paham dengan pembicaraan Rano. "Tenyaho," Gak tau.

[1] Sendu Sejuk | EndWhere stories live. Discover now