#41 Junkyu x Chaeyeon

Mulai dari awal
                                    

"Gue ke sini mau ngasih tau tentang tugas kelompok. Kebetulan kita sama-sama kelompok tiga. Kalo lo nggak keberatan, kita kerjain bareng sekalian,"

"Oke, gue beliin makanan. Belum makan siang kan lo?" tanya Junkyu. "Kelihatan banget abis ngampus langsung ke sini,"

Chaeyeon mengacungkan jempol, "Boleh, samain aja kaya pesanan lo ya,"

"Jangan dong, harus beda. Biar bisa saling minta," kata Junkyu sebelum meraih gagang telepon rumah.

"Ada-ada aja si Junkyu. Ya udah, tolong pesenin gue ayam geprek pedes level dua, jangan lupa pake daun selada. Sama es teh,"

"Oke,"

Sementara Junkyu bicara di telepon, Chaeyeon mengeluarkan satu buku referensi yang cukup tebal, lalu membuka satu bab yang tadi dibahas dengan teman lainnya. Di beberapa paragraf sudah digarisbawahi atau ditandai menggunakan stabilo warna-warni.

"Bagian gue yang mana?" Junkyu duduk di samping Chaeyeon.

"Nah, yang ini. Gue jelasin dikit ya,"

Keduanya lalu terlibat dalam diskusi serius seputar tugas dan penjelasan dalam mata kuliah mereka. Ini awal baru dalam kehidupan perkuliahannya, jadi Chaeyeon ingin melakukan yang terbaik agar prestasinya lebih baik dari semester kemarin. Dan dia berharap Junkyu punya pikiran yang sama.

Sebagai orang yang sudah lama menjalin pertemanan dengan Junkyu, Chaeyeon tidak ingin melihat sang sahabat berlama-lama larut dalam kegundahan. Apalagi jika itu berkaitan dengan orang yang disukai Junkyu. Rasanya Chaeyeon ingin mencuci otak Junkyu agar bersih dari seseorang bernama Choi Lia itu.

Sungguh, rasanya aneh ketika cinta mampu menumpulkan logika orang paling cerdas sekalipun. Sedikit ironis, namun itulah faktanya.

Beberapa menit kemudian, bel rumah Junkyu kembali berbunyi, membuatnya beranjak sebentar untuk membuka pintu. Tidak sampai dua menit, anak laki-laki itu kembali dengan menenteng dua kantong plastik hitam berisi makanan pesanannya.

"Nih Chae, makan dulu. Jangan sampai telat," ajak Junkyu.

"Oke, gue cuci tangan dulu,"

Chaeyeon beranjak ke kamar mandi keluarga Kim yang sudah dia hafal letaknya. Sedangkan Junkyu memilih menunggu Chaeyeon sambil menata makanan mereka. Setelah Chaeyeon kembali, barulah Junkyu gantian mencuci tangan.

Mereka sama-sama memanjatkan doa sebelum menyantap hidangan di depan mereka.

"Lo pasti tadi ngelihat Lia sama pacar barunya ya?" tanya Junkyu tiba-tiba.

Karena mulutnya penuh daun selada, Chaeyeon tidak bisa langsung menjawab. Ia hanya merotasikan bola matanya. Aish, mulai lagi...

"Iya, tadi kebetulan ketemu sama gue di depan gedung FIB," jawab Chaeyeon.

"Lo jangan kaya gini, Junkyu..." lanjut Chaeyeon lagi. "Lo bisa nyembunyiin perasaan suka lo dari Lia dan orang lain, lo juga harus bisa ngobatin hati lo yang patah gara-gara dia. Lo harus lupain dia. Gapapa pelan-pelan aja, gue yakin lo bisa!"

"Gue tau, Chaeyeon. Gue bakal coba. Lo tau cara yang tepat?"

"Kalo gue jadi lo sih, gue bakal meredam kegalauan ini dengan menyibukkan diri, perbanyak ibadah, belajar apapun buat mengasah otak dan meningkatkan kualitas diri,"

"Lo punya gue di sisi lo, Junkyu. Gue bakal selalu ada buat lo, bantuin lo, dan menopang diri lo agar nggak mudah jatuh. Dan itulah gunanya teman,"

Lengan Chaeyeon tiba-tiba meraih pundak Junkyu dan merangkulnya erat, seolah kehadirannya memang untuk menguatkan dan mendukung Junkyu, seperti yang dikatakannya tadi. Membuat hati si pemuda Kim menghangat, namun tidak dibiarkannya lama-lama.

Junkyu tidak boleh membiarkan Chaeyeon membuka ruang dalam hatinya yang terkunci rapat-rapat.

Jangan! Tidak boleh! Sampai kapanpun, tidak akan pernah.

"Gimana kalo kita ngerjain bagian ini sampai selesai? Setelah itu baru deh gue pulang,"

Junkyu mengangguk setuju. Memang itu yang ia pikirkan. Usai makan dan membersihkan meja, mereka kembali larut dengan buku dan pena. Setelah jam di tangannya menunjukkan pukul setengah tujuh malam, barulah Chaeyeon memutuskan untuk pamit pulang. Junkyu menawarkan diri untuk mengantarnya meski rumah mereka berdekatan.

Chaeyeon akhirnya mengiyakan Junkyu yang sudah menaiki sepedanya, dan dirinya membonceng di belakang. Tak lama kemudian, sepeda Chaeyeon sudah menyusuri jalan-jalan di kompleks perumahan mereka yang tidak terlalu ramai.

Junkyu sesekali akan membunyikan bel sepeda ketika mereka berpapasan dengan beberapa tetangga. Lalu mereka akan bertukar sapa dan senyum.

"Makasih ya, udah beliin gue makan sama nganter pulang," ucap Chaeyeon setelah sampai di rumahnya. Ia pun turun dari sepeda.

"Harusnya gue yang berterima kasih sama lo. Makasih ya, udah repot-repot ke rumah gue demi ngasih tau tugas, gue bakal ngerjain sisanya malam ini juga kok. Gue juga akan berusaha ngelupain Lia, dengan cara yang lo saranin tadi,"

"Astaga Kim Junkyu, muka lo yang babyface itu ngga cocok dibuat serius gitu, hahaha..." Chaeyeon tertawa. "Tapi makasih ya, udah nerima saran gue. Kalo ada apa-apa, jangan lupa kasih tau gue. Gue bakal selalu ada dua puluh empat jam buat lo,"

"Sip, gue juga. Makasih Chaey,"

"Junkyu, janji ya, lo besok kuliah kalo nggak ada halangan?"

Junkyu mengangguk mantap, "Iya, Chaeyeon..."

"Baguslah. Kalo gitu gue masuk dulu ya. Sampai jumpa besok! Gue harap lo bisa lebih bahagia dari gebetan lo,"

"Iya, sampai jumpa!"

Junkyu dan Chaeyeon saling melambaikan tangan hingga Chaeyeon menghilang di pintu rumahnya. Gadis itu mungkin langsung meniti tangga menuju kamarnya, berbeda dengan Junkyu yang masih mematung menatap pintu rumah itu.

"Gue aslinya juga nggak mau suka sama Lia, Chaey. Gue nggak mau suka sama cewek selain lo sebenarnya. Sayang aja lo udah ada yang punya," ujarnya sebelum berbalik pergi.

END

Lee Chaeyeon StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang