Chapter 01

8.8K 596 65
                                    

Pagi yang cerah, ayam tetangga yang berkokok dengan keras. Makhluk bersayap lainnya yang terbang ke langit secara bergerombol dan beberapa manusia sedang melakukan aktivitas paginya masing-masing. Entah itu makan, minum, mandi, berangkat bekerja, sekolah, dan lain-lain.

Entitas tak dikenal—maksudnya [Name] berjalan kaki sambil memandang langit, dia sedang dalam perjalanan menuju sekolah.

Hingga lah gadis itu di halte bus, dia tampak menikmati alunan musik yang terdengar dari earphone miliknya. Tak terlalu lama menunggu, kendaraan beroda empat itu muncul dengan memelankan lajunya menuju halte tersebut.

[Name] memasuki bus itu, terlihat penumpang lainnya berupa siswa-siswi seperti [Name]. Yah, namanya juga bus sekolah. Untungnya bus tersebut memiliki Free WiFi dengan sinyal kencang, [Name] biasa memanfaatkannya supaya hemat kuota.

Saat ini, dia sibuk melihat beranda YouTube. [Name] hendak download series animasi yang dulu dia tonton, BoBoiBoy. Kini, gadis itu telah menjadi siswi SMA, padahal pertama kali menonton animasi ketika kelas enam SD.

Sembari menunggu selesainya ter-download, [Name] melihat pemandangan di jendela dengan perasaan berharap bahwa hari ini kegiatan sekolahnya berjalan dengan lancar.

'Jam pelajaran pertama matematika ...' [Name] frustasi, dia tidak suka pelajaran itu. Karena tidak ahli menghitung sih.

.

[Name] tiba di sekolah. Banyak siswa-siswi yang sampai dengan mengendarai sepeda, motor, antar-jemput, atau bahkan jalan kaki.

Hari ini dia akan pulang lebih lambat karena ada tambahan berupa ekskul Karawitan untuknya. Bukan tanpa sebab, [Name] ikut karena teman dekatnya mengikuti ekskul itu. Ya, [Name] punya semacam prinsip, yakni, 'Jika temanku ikut, maka aku juga ikut.'

Prinsip yang aneh. Tapi dengan begitu, [Name] tidak perlu repot-repot memikirkannya lagi. Kalau temannya bilang iya ya iya-iya aja.

Saat sampai didepan kelas, teman dekat yang dimaksud pun menyapa [Name], "Ohayou, watashi no best friendo!" Kekehan kecil lolos dari mulut teman dekatmu itu, Difa.

[Name] berjalan mendekati bangku sebelahnya Difa untuk diduduki dengan malas, "Dasar wibu."

"Aku bukan wibu, aku itu anime!" Gebrak Difa ke meja [Name] namun tidak keras. Bersyukur suasana kelas masih sepi.

"Iya-iya, dasar anime. Puas kamu? Aku mau berkaca sebentar di kamar mandi." Bangkit dari duduknya, [Name] hendak berjalan ke kamar mandi.

"Oke, jangan lama-lama ya ...!" seru Nindya diakhir kalimatnya.

"Iyaaa!" Teriak [Name] menjawab.

.

Sesampainya dikamar mandi [Name] berkaca melihat dirinya sendiri dari cermin, membenarkan beberapa helai rambut hitamnya yang sedikit berantakan.

Tidak diketahui asalnya darimana, tiba-tiba sebuah portal muncul dari belakang [Name] yang tentu mengagetkan dirinya. Sesuatu berbentuk lonjong itu sepertinya akan melahap siapapun yang ada dikamar mandi.

"WHAAA- TOLONG AKU!!!" Teriak [Name] panik.

aku butuh medkit.

Namun usaha tersebut sia-sia dikarenakan kamar mandi disekolahnya kedap suara. Sampai pada akhirnya, [Name] hilang ditelan bumi—i mean portal.

.

[Name] terbangun, pastinya ditempat yang tak ia kenal.

"Nnnggghh..." Erang [Name] mengucek-ucek matanya ketika tersadar bahwa ia berada di kasur didalam kamar.

"Lah, ini dimana? Ini bukan kamarku," ucap [Name] kebingungan.

[Name] meregangkan tangannya keatas dan beranjak dari tempat tidur nya.

"Apakah aku harus mengeceknya? Lebih baik iya, tapi sopan tidak sih?" tanya [Name] ragu. Ujung-ujungnya [Name] tetap cek rumah itu dari ruang satu ke ruang lainnya.

Ternyata rumah tersebut tidak ada penghuninya, tapi bukan rumah terbengkalai. Faktanya, [Name] melihat perabotan rumah dan properti lainnya yang masih tertata rapi.

'Aku ragu kalau rumah ini tidak ada pemiliknya, kek yang bener aja ...' batin [Name] berpikir keras.

Ia bahkan bingung, atas dasar apakah ia diseret portal? Yntkts.

[Name] mengecek lagi rumah minimalis itu, terdapat beberapa properti tambahan yang memperindah rumah itu bagi siapapun yang melihatnya.

Ia takjub dengan struktur rumah yang terbilang sedikit kecil namun penataan barang yang sangat rapi nan cantik.

Ia mengotak-atik ponselnya untuk melihat jam yang sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. [Name] pasrah, ia pun terpaksa melanjutkan sisa hidupnya dirumah tersebut.

.

[Name] baru saja selesai berbelanja di pusat perbelanjaan terdekat. Dengan kata mager, [Name] berjalan ke ruang tamu dan merebahkan tubuhnya disofa tersebut sembari menyalakan televisi, sekedar melihat-lihat berita, kartun, iklan, dan lain-lain.

Bosan akan kegiatannya itu, [Name] mematikan televisi nya.

Walau terseret portal, ia masih di Indonesia, hanya saja dunia barunya ini sedikit aneh dibandingkan dunia aslinya.

Dunia barunya [Name] lebih mirip kartun.

'Gak mungkin jadi kayak kartun gini aku. Untunglah kartun, bukan anime. Bisa-bisa semalaman mikirin masuk universe mana,' pikiran random [Name] menyertai kepalanya.

'Tapi ini tuh kayak nggak asing. Dari grafis, rumah, pokoknya dilihat dari manapun aku kayak kenal ciri-ciri dunia kartun ini.'

Gadis itu membelalakkan netra hitamnya, ini familiar dengan series animasi BoBoiBoy! Ia senang, setidaknya bukan dunia yang penuh kebrutalan.


"Tapi, kok bisa? Mending gausah dipikirin deh. Kalo mau membuktikan, tinggal pergi ke Malaysia terus datangi Pulau Rintis. Hehe, jadi pengen coba ice coklatnya Tok Aba!" [Name] senang. Menghembuskan nafasnya perlahan, mulai tenang.

"Untuk sementara jangan kesana dulu. Belum punya uang," isak [Name] mengasihani dirinya sendiri. Lalu darimana ia bisa belanja? Pakai kas kelasnya.

[Name] bendahara yang sangat baik hati, tapi tidak kalau kesabarannya sudah habis.

"Demi BoBoiBoy, aku rela mencari pekerjaan dan mendapatkan uang agar bisa pergi ke Malaysia lalu ke Pulau Rintis!"

'Semoga aja latarnya pas BoBoiBoy masih sekolah rendah ...' batin [Name] berharap.

Di satu sisi, Tok Aba dan BoBoiBoy bersin bersamaan di kedainya sendiri.

"Kenapa korang ni? Pelik betul, bersin pada saat yang sama?" tanya OchoBot heran.

"Tak tahu, kebetulan kot ...?" jawab BoBoiBoy mengambil tisu untuk membersihkan area hidungnya.

"Sudah lah tu, jangan kau fikirkan lama-lama!" sahut Tok Aba yang sibuk mengurus kedainya.

OchoBot hanya menghela napas seraya mengangguk, sedangkan BoBoiBoy tertawa kecil melihat tingkah Power Sphera nya itu.

Sampai akhirnya teman-temannya datang untuk mengerjakan tugas sekolah bersama.

.

.

.

Bersambung..

Disini aku buat [Name] yang mempunyai warna mata coklat, rambut warna hitam sepinggang sedikit bergelombang, dan kulit cerah.

Suka dengan ceritaku? Jangan lupa tinggalkan vote dibawah ini dan komentar positif!

Paramita | Kaizo x ReaderWhere stories live. Discover now