30

26 4 8
                                    

Hallooooooo, sebagai penutupan di bulan Maret. Here we goo Part 30!!! :3
Gimana nih bulan ini? Ada kabar baik apa?

-

"Hai Riany, Adit." sapa Mas Rimba.

Gue hanya tersenyum menjawab sapaan Mas Rimba, "Mas Rimba kok ada disini? Dikosan Riany?" tanya Adit masih dengan muka bingungnya.

"Iya ada urusan disini. Ini kalian baru datang?" tanya Mas Rimba balik.

Adit menatap gue dan Mas Rimba bergantian, "Lo janjian sama Mas Rimba dut?" tanyanya.

"Nggak, kan Mas Rimba udah bilang kalau ada urusan disini."

"Bapak kosnya Riany itu teman saya, saya ada urusan dengan beliau jadi nggak ada hubungannya sama Riany." ucap Mas Rimba menjelaskan.

Adit hanya mengangguk lalu menatap kita berdua, yaa, Mas Rimba berdiri tepat di sebelah gue. Kami bertiga diam, hening. Ya Tuhan kenapa jadi awkward begini sih. Ini pada pulang aja kenapa, gue jadi canggung begini.

"Emm gue kayaknya pulang dulu ya?" ucap Adit akhirnya tapi dia terlihat ragu lalu menatap gue dan Mas Rimba bergantian.

Ini Adit kenapa sih?

"Iya hati-hati ya Dit." kata gue lalu Adit beranjak pergi dari kosan gue.

"Gimana jalan-jalannya?"tanya Mas Rimba ketika Adit sudah hilang dari pandangan.

"Yaa lancar-lancar aja mas."

"Terus kenapa mukanya di tekuk?" tanya Mas Rimba penuh intimidasi.

Gue menunduk lalu bersandar pada tembok dekat dengan gerbang kosan, "Adit tadi bilang kalau gabisa lagi antar jemput Riany ke kampus."

"Mau saya gantiin?"

"Ha? Gantiin apa mas?"

"Gantiin Adit antar jemput kamu." katanya santai sambil tersenyum lebar. Tersenyum lebar saudara-saudara tanpa tahu kalimatnya barusan hampir membuat gue hilang napas.

"A-apaan sih mas, bercanda aja nih."

"Iya emang saya bercanda." katanya sambil mengacak-ngacak rambut gue, "Kamu capek nggak? Mau ikut sama saya?" tanyanya.

"Kemana?"

"Cari router wifi yang baru, katanya lemot banget internetnya? Sekarang saya sudah sah jadi pemilik kos ini, Riany." katanya sambil memainkan alisnya, menyombongkan diri. Lalu pergi meninggalkan gue, seperti tahu bahwa gue akan ikut karena tentu gue langsung mengekori Mas Rimba ketika mendengar router wifi di kosan mau di ganti. Gue mau menghasut Mas Rimba buat cari yang paling kencang speednya, mahal? Biarin aja kan Mas Rimba ini yang bayar.

Eh, nggak juga ya, kan gue yang ikut patungan buat bayar per bulannya. Gimana sih Riany.

Gue dan Mas Rimba menuju salah satu mall elektronik di kota, karena jam masih menunjukkan pukul 2 siang maka mall hari ini terlihat ramai, walau mall ini khusus menjual elektronik seperti ponsel, laptop, printer, dan sebagainya tapi tetap saja ramai dikunjungi.

"Mas cari yang paling kenceng ya wifinya." kata gue ketika Mas Rimba sedang memilih-milih router wifi yang banyak sekali macamnya.

"Iya Riany. Sebentar ya saya milih-milih dulu."

Karena gue tidak paham soal beginian gue memilih untuk keluar dari toko sekedar untuk melihat keadaan sekitar lalu kadang mengecek ponsel. Seperti yang gue bilang mall ini terbilang cukup ramai, orang-orang sangat aktif ketika menawarkan dagangannya, gue dan Mas Rimba saja untuk sampai ke toko ini harus menolak beberapa orang yang menawarkan ponsel, malah ada yang memaksa, ya mas mba maaf kami kesini mau cari router wifi bukan mau nyari ponsel baru.

TANDA TANYA [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang