25

29 7 5
                                    

Hai, kangen ga sih?

-

"E-eh iya mas, kenapa ya?"

"Bisa ikut saya sebentar? Saya mau minta bantuan kamu." Mas Rimba lalu berdiri menunggu gue yang masih linglung.

Gue lalu berdiri dan mengikuti Mas Rimba, beliau membawa gue ke taman kampus yang tak jauh dari kantin.

"Riany..." panggilnya, "kamu lagi ada masalah?" lanjutnya, bisa gue rasakan nadanya seperti orang yang khawatir.

Mas Rimba ngajak gue kesini karena mau tanya gue kenapa? "Nggak mas, saya nggak ada masalah."

"Yakin?" tanyanya lagi. "Iya mas. Riany ngga kenapa-kenapa."

"Mas Rimba ngajak Riany kesini cuma mau tanya itu?" tanya gue penasaran.

"Ngga, saya tadi diminta Bu Ana untuk nyari kamu dan ternyata kamu di kantin tapi muka kamu tuh kayak lagi punya beban berapa ton sampe dipanggil nggak nyaut."

Ternyata beliau emang mau minta tolong sama gue.

"Hmm, Bu Ana kenapa cari Riany mas?"

"Jadi saya sama Bu Ana mau buat penelitian dan kami memutuskan buat ngajak kamu. Bukan penelitian yang besar sih. Based on research penelitian yang sudah ada gitu. Nanti kamu tugasnya mencarikan bahan yang relevan untuk penelitian ini lalu kita diskusikan bersama. Nanti saya dan Bu Ana memikirkan konsep dan alur utamanya bagaimana. Gimana? Kamu mau?" Jelas Mas Rimba panjang lebar.

"B-boleh mas, Riany mau." Ini bisa jadi kesempatan bagus kan buat gue? Bisa ikut penelitian bareng dosen.

"Penelitiannya memang belum dimulai sih, kami baru diskusi iseng aja tadi terus saya kepikiran kamu jadi saya mengusulkan untuk mengajak kamu dan Bu Ana setuju."

Gue tersenyum, "Makasih loh mas udah mikirin Riany." Kata gue lalu tertawa.

Mas Rimba ikut tertawa lalu tangannya beliau ayunkan dan beliau daratkan di puncak kepala gue. "Saya akui sih, saya sering mikirin kamu." Lantas beliau tersenyum.

Deg. Astaga, kenapa ini. Kenapa gue stuck begini? Kenapa gue deg-degan begini?

Mas Rimba lalu memutar badan gue membelakangi beliau, "Udah gih balik ke temen-temen kamu, nanti dikira saya nyulik kamu lagi. Saya mau ngajar dulu ya."

Tanpa melihat kebelakang gue langsung jalan cepat, berniat untuk menetralkan detak jantung gue yang gak karuan.

Astaga, nggak Adit nggak Mas Rimba kerjaannya bikin gue deg-degan mulu sih kenapa. Kan gue belum mau mati muda.

"Ngobrolin apa, Dut?" tanya Adit setelah gue duduk kembali di sampingnya.

"O-oh itu diajak penelitian gitu bareng sama Bu Ana juga."

"Oh bagus dong kalau gitu, jadi ada pengalaman juga kan."

"Enak ya deket sama dosen, bisa dapat kesempatan buat penelitian. Gua kapan ya?" Damar berkomentar sambil berkhayal.

"Lo dikasih kesempatan juga nggak yakin gue lo bakalan mau." Kata Adit menanggapi lalu kami tertawa melihat Damar yang ngambek.

Damar memang terkenal pemalas dan mageran di kelas, tugas saja bisa ia kerjakan H-30 menit sebelum kelas dimulai, bukan karena dia cerdas melainkan dia akan mereplika jawaban teman-temannya. Tapi begitu-begitu Damar teman yang baik dan setia sejauh ini menurut gue. Tapi jangan ditiru kebiasaan buruknya ya!

"Gue pulang ya, udah dicariin nyokap nih." Kata Nadya sambil membereskan barangnya.

"Pulang sama siapa? Bareng gue aja mau ga?" tawar Damar yang menimbulkan kecurigaan. "Lo tumben amat ngajak balik bareng? Biasanya males banget" tanya Adit penasaran.

TANDA TANYA [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang