17. Rebirth

9 2 2
                                    

Usai membereskan rumah dan merawat Mama, malam ini aku sedang di dunia mimpi, tepatnya Absinthe. Chuu bilang sudah ada rencana namun masih berantakan. Kemudian ia bilang pada kami untuk melaksanakan rencana awal. Sebelum aku dan Yena pergi ke atas, Chuu memberitahuku cara mengendalikan para vulon-vokun. Caranya mudah menurutku, tinggal mengaktifkan kekuatan lalu menyentuh kulit mereka, setelah itu bisa dikendalikan.

Akhirnya, aku dan Yena pergi ke hutan Pando untuk mengetes apa yang dikatakan Chuu.

"Kamu yang melakukan, Hyeongjun?"

"Iya. Biar aku saja, Yena."

Aku aktifkan kekuatan, lalu menyentuh kulit 7 orang Draveler yang sudah jadi vulon-vokun.

"Selesai, markicob, mari kita coba."

"Mau dicoba bagaimana?"

"Hm, begini saja. Temukan Dreamer dan Putri Dewi, kalau mereka melawan, serang mereka."

Tujuh orang yang memiliki kutukan vulon-vokun di tangan mengangguk paham. Mereka langsung lari ke arah Leika.

"Kalau begitu,"
Yena balik badan.

"Aku akan cari Draveler lagi, Hyeongjun."

"Iya, tolong ya, Yena."

Yena memberi jempol lalu lari ke dalam hutan belantara sembari menutup kepala dengan tudung jubah. Aku masuk ke dalam gubuk menunggu 7 vulon-vokun itu kembali.

Lama sekali para vulon-vokun itu, bahkan Yena tak kunjung kembali. Aku keluar gubuk dan pergi ke arah Leika. Ternyata pasukan kecilku tergeletak di depan Leika. Aku bangkitkan mereka dan dengan segenap kekuatanku, menteleportasi 7 orang beserta aku untuk kembali ke gubuk. Ugh, rasanya kekuatanku hampir terkuras. Aku duduk di dinding gubuk dan mengatur nafas. Saat itu, salah satu vulon-vokun berlutut.

"Bicara."
Tuturku.

"Salah satu Dreamer menenukan busur panah emas di dunia nyata."

Busur panah emas? Apa maksudnya ya? Mungkin Chuu tahu sesuatu. Aku akan kembali ke Absinthe dan menanyakannya.

BHWUZH!

"Chuu."
Panggilku simpel usai tiba di Absinthe melalui teleportasi.

"Ada apa, Hyeongjun? Kamu gagal?"

"Tidak, aku berhasil mengendalikan mereka. Salah satu vulon-vokun mengatakan kalau salah satu Dreamer telah menemukan busur panah emas."

"Apa?!"
Chuu mendekatiku.

"Kamu tahu itu benda apa, Chuu?"

"Hyeongjun, busur panah emas yang disebutkan itu senjata dari Ahsebrom!"

"Ahsebrom? 'Pemburu dari utara' 'kan?

"Benar! Senjata itu setara dengan kapak perak yang dibawa Putri Dewi. Aku tidak tahu bagaimana sejarahnya, tapi dua senjata itu sangat-sangat penting. Tak ku sangka ada yang menemukan busur panah emas yang lenyap ratusan tahun lalu."

"Kalau kamu tidak tahu sejarahnya, bagaimana kamu tahu kalau itu penting, Chuu?"

"Dari ingatan dan cerita dari para pendahulu. Senjata itu lenyap saat pendahulu kita berhasil membunuh Sang Penangkap Mimpi pertama."

Penangkap Mimpi Pertama? Wow, itu pasti senjata tua yang sangat berbahaya. Aku yakin pasti Sang Penangkap Mimpi sekarang yang berhasil menemukan senjata itu.

"Dengar, Hyeongjun. Kalau kita, Sang Perusak Mimpi, berhasil mendapatkan salah satu dari dua senjata penting itu, kita punya keuntungan besar melanjutkan misi yang selama ini tertunda."
Ujar Chuu dengan memegang dua pundakku.

Hyeongjun, The Dream Corrupter [Book 4] ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora