14. Old Testament

3 2 0
                                    

WHUZH!

Yena dan aku tiba di oasis Surearium bernama Rahseluv. Ya, waktu itu aku berhasil meletakkan sehelai rambutku disini agar sewaktu-waktu aku bisa teleportasi kemari. Yena terpukau dengan lokasi tersembunyi ini. Tapi, waktu untuk terpukau habis, lagi-lagi Sang Penakdir Mimpi pertama tiba. Seperti saat itu, hanya jiwanya saja yang muncul.

"Ada orang."
Kata Yena terkejut.

"Dia adalah orang yang menjaga Rahseluv, Yena."
Aku putar balik, kami berdua menatap Sang Penakdir Mimpi pertama.

"Hm, jadi dia- hah?!"

Belum sempat Yena menyelesaikan kalimat, jiwa Penakdir Mimpi pertama lari dan mengarahkan serangan pembuka. Pukulannya cepat, aku dan Yena hampir saja kena kalau tidak segera lompat ke kiri dan kanan.

"Kita mulai!"
Teriakku.

"Ya!"

Respon Yena cepat. Kami berdua mengaktifkan kekuatan mimpi.

"Qo!" (Petir)

Aku buka serangan lebih dulu.

"Spaan." (Pelindung)

Sayangnya Penakdir Mimpi pertama cepat menciptakan perisai. Yena melihat kesempatan, dia memecahkan perisai itu.

"Kren!" (Pecah)

PRANG!

"Yol!" (Api)

Sang Penakdir Mimpi pertama lompat tinggi dan berubah jadi merpati berbulu emas ketika bola api hendak mengenainya. Masih di udara, Yena menunjuk burung itu.

"Horvutah!" (Tangkap)

Rantai yang muncul dari bawah pasir berhasil mengenai burung itu, namun itu ternyata cuma tipuan. Burung tadi berubah jadi debu pasir ketika tertangkap. Aku dan Yena lihat sekeliling, ternyata ada di belakang Yena. Mungkin Yena bisa merasakannya, ia langsung memutar badan sekaligus hendak menghantam. Sayangnya, ditepisnya dengan mudah. Yena dijatuhkan dengan menendang punggung, lalu dia menuding Yena yang terkapar.

"Klo horvutah!" (Kurungan pasir)

Seluruh badan Yena seperti terlahap pasir. Kini, Sang Penakdir Mimpi pertama fokus padaku. Ia lari dan menudingku.

"Revak klo," (Pasir suci)

Mata kanan Sang Penakdir Mimpi pertama berubah jadi lingkar hijau putus-putus.

"Dinok deyto!" (Makam kematian!)

Ugh, pasir di sekitarku mulai bergerak. Aku segera teleportasi ke dekat Yena. Sang Penakdir Mimpi pertama berhenti di tempat. Aku tunjuk Yena dan melepaskan kurungan pasir. Yena segera bangkit.

Tatapan dingin Penakdir Mimpi pertama cukup menakutkan. Kami berada di posisi yang tidak bagus, tempat ini adalah keuntungan baginya. Dia bahkan bisa mengendalikan pasir-pasir. Sial, aku tak bisa berbuat banyak.

"Gavon." (Menyerahlah.)
Katanya mengintimidasi.

"Ni." (Tidak.)
Jawabku dengan suara para leluhur.

"Orin daar zun los ofan nol dii briinah, nuz zu'u fen ni ofan hi fin yuvon viing."
(Meskipun misi itu diberikan oleh adikku sendiri, tapi aku tak akan memberikanmu bulu emas.)

Hyeongjun, The Dream Corrupter [Book 4] ✓Where stories live. Discover now