9. Secrets

12 3 2
                                    

Pada hari Minggu, jalanan becek tentunya. Aku mencari Chuu untuk mendiskusikan keinginanku secara langsung. Ku bawai dia makanan dan minuman. Dia tahu aku tiba, lalu kami langsung diskusi dengan duduk beralaskan kardus dan bersandar di dinding bangunan.

Rupanya banyak yang perlu dikumpulkan. Ranting berisi 5 daun di pohon Namukum, dua helai bulu emas, pasir emas, air di Rahseluv, dan yang terakhir menjebol dinding dunia mimpi. Yang terakhir tidak masuk akal. Bagaimana bisa dinding sebesar itu dijebol oleh seorang Dreamer? Bahkan mungkin serigala besar tak cukup kuat melakukan itu. Chuu juga bercerita kalau Yuri dan kembarannya masuk dalam perangkap. Dia bilang hampir mengendalikan Yuri, sayangnya gagal karena ada yang menyelamatkan mereka. Syukurlah, aku tidak ingin Yuri jadi jahat.

Lalu, sekarang giliranku untuk diskusi.

"Chuu, aku hendak mempertimbangkan misi dengan mengajak seseorang dalam dunia mimpi. Apa itu bisa terjadi?"

"Tentu saja bisa. Kita tinggal merubah Draveler untuk jadi pengikutmu. Memang siapa seseorang itu?"
Tanya Chuu dengan nada nenek-nenek.

"Yena, teman sekelasku."

"Kalau aku ingat, Yena adalah gadis waktu itu 'kan?"

"Benar."

"Hm, mungkin aku bisa menjadikannya Perusak Mimpi sementara."

"Hah?! Kamu bisa?!"

"Bisa lah! Cukup bawa dia ke Absinthe, aku akan melakukan ritualnya."

"Baiklah, aku akan membawanya, tapi entah kapan."

"Terserah kamu, Hyeongjun."

Kemudian, aku pamit pulang ke Chuu. Dia juga hendak pergi memulung dan cari makanan. Kasihan, lebih kasihan Chuu versi dunia nyata. Aku keluar dari gang sempit seberang kampus. Lalu, tak sengaja aku lihat dari kejauhan Sumin sedang jalan, langkah kecilnya menghindari genangan air.

"Sumin!"
Sapaku sambil melambai.

"Halo."
Balasnya.

"Mau kemana minggu-minggu begini?"

"Aku habis dari toko buku, habis beli novel ini."

"Wah, novel apa, Sumin?"

"Ada deh, rahasia."
Katanya dengan menjulurkan lidah.

"Ih, pelit."

"Lah kalau kamu mau kemana, Hyeongjun?"

"Mau balik ke rumah."

"Oh, apartemen ini 'kan ya?"

"Iya. Mau mampir?"

Sumin tak menjawab. Setelah berkedip-kedip speechless, dia membalas,
"Kamu ngajak aku mampir ke apartemenmu?"

"Iya, kenapa?"

"Sudah seperti pacaran aja."

"Oh. Maaf-maaf, haha. Aku cuma menawari saja."

"Kalau begitu, lain kali saja ya, aku mau baca novel baru. Dah!"

Sumin meninggalkanku sendirian di depan gerbang apartemen yang ku tinggali. Sayangnya aku tidak terlalu suka membaca buku. Kalau begitu, selamat menikmati deh.

***

Malam tiba. Dunia mimpi tempatku berpijak sekarang. Karena kemarin malam di dunia mimpi aku meletakkan sehelai rambutku di gubuk tengah hutan, aku sekarang berada di sini. Sendirian, hanya ditemani suara gesekkan daun-daun akibat tertiup angin. Entah apa rencana Chuu akan berhasil kalau aku yang melakukan.

Hyeongjun, The Dream Corrupter [Book 4] ✓Where stories live. Discover now