• • - - -/ - - - • •

Start from the beginning
                                        

*******

Setelah menghabiskan banyak waktu untuk mencari Vito. Akhirnya Elen bertemu dengan Vito. Akan tetapi, keadaan Vito sudah berbeda. Virus itu sudah mulai menyebar hingga keseluruh tubuh Vito. Namun bukan itu yang membuat Elen terkejut. Sejak awal, ia memang sudah tau jika Vito telah terinfeksi. Yang membuatnya terkejut adalah Vito masih berusaha mengendalikan dirinya. Ia benar-benar menahan rasa sakit dan memilih untuk tetap diam ditempatnya.

"Vito!"

Vito mengangkat kepalanya dan melirik ke arah Elen dengan ekspresi, seolah-olah ia menyesali sesuatu. Vito menundukkan pandangannya. Berusaha menahan rasa sakit. "Elen, maafkan aku. Aku senang, kau telah menemukanku. Habisi aku, tolong habisi aku sebelum aku kehilangan kesadaranku, dan tak terkendali lagi. Sistem telah mengambil alih separuh kesadaranku. Tolong lakukanlah!" ucap Vito dengan sangat memohon kepada Elen.

"Tanpa kau minta, aku pasti akan melakukannya. Tetapi aku butuh alasan, kenapa kau berbohong padaku?" balas Elen. Elen melangkah lebih dekat dengan Vito.

"Aku ..., aku minta maaf. Karena kebohonganku, aku telah membunuh beberapa anggota Angkatan kita. Aku ...."

Elen membulatkan matanya tak percaya Vito bahkan berani melakukan hal itu. Vito yang datang untuk memberi bantuan, ternyata berada di pihak musuh. "Kau memintaku untuk membawa mereka kembali, tetapi kau sendiri yang menjadi penghalang. Sebenarnya, apa yang terjadi? Dan bagaimana Sistem bisa mengendalikanmu? Ah, apa hari itu kau sedang di awasi? Jade Vine ..., apa itu Jade Vine?"

Vito menunjukkan ekspresi seolah mengiyakan pernyataan Elen. "Aaaaa!" teriak Vito yang mulai bergerak seolah-olah kesadarannya mulai dikendalikan oleh Sistem.

Elen menatap tangan Vito yang tampak gemetar sembari memegang sebuah pedang. Namun tangan kirinya berusaha menahan tangan kanannya yang perlahan mengangkat pedang itu. "Sebelum masuk menjadi bagian dari Anggota Osis. Aku melakukan kesalahan saat menyelesaikan satu kasus. Kasus itu membuatku masuk ke lubang salah satu anggota yang berada dibawah naungan Sistem. Aku pikir untuk mengakhirinya lebih cepat, tetapi seseorang memerintahkan bawahan Sistem yang lain untuk menghalangi langkahku. Aku ingin mengatakan hal ini pada Kirei, tetapi seseorang itu mengetahuinya lebih cepat. Tak ada cara lain selain mengikuti alurnya. Tak ada yang bisa aku percaya setelah kejadian ini. Walau begitu, aku ..., aku mengunci semua poinku dan membiarkan tubuhku diambil alih oleh Sistem," jelas Vito.

"Poin milikmu, kau menukar dirimu demi poin yang kau kumpulkan?"

"Dalam poin itu, ada banyak nyawa yang bertarung sepertiku. Ada banyak nyawa yang mungkin akan kukorbankan, jika tak melakukan itu. Aku ..., aku percayakan mereka padamu, Elen." tubuh Vito mulai bergerak layaknya boneka, tetapi dari raut wajahnya, terdapat sebuah penolakan hingga kedua matanya meneteskan butiran air mata. "Habisi aku, maka semuanya akan mudah kau kendalikan, Elen."

Elen menghela nafas berat. "Begitu ya. Tapi sayang ..., bukan hanya kau yang berada diposisi ini." Elen mengeluarkan pedang yang berada dipunggungnya. kembali menghela nafas dan mencoba lebih fokus. Keduanya pun berlari seolah-olah mereka akan saling serang satu sama lain. Akan tetapi, saat jarak keduanya semakin dekat. Vito menjatuhkan pedang ditangannya, lalu menjulurkan kedua tangannya seolah-olah ingin memeluk Elen.

Elen membulatkan matanya, dan dengan cepat ia memutar pedangnya ke arah bawah, hingga pedang tersebut memberi goresan pada dada Vito. Senyuman seketika terukir dikedua ujung bibir Vito. Elen yang berhenti tepat disamping Vito, seketika merentangkan tangan kanannya yang masih memegang erat pedangnya. Perlahan tubuh Vito melemah dan segera Elen tahan menggunakan tangan kanannya tadi. Keduanya pun terduduk di lantai secara berdampingan.

"Kenapa kau tak memenggal kepalaku? Luka seperti ini, tak akan melukaiku. Bahkan tak ada rasa sakit sama sekali yang kurasakan. Yang kurasakan hanyalah kehangatan. Benar-benar menenangkan," ucap Vito yang perlahan mengeluarkan cairan merah dari mulutnya. Walau begitu, Vito masih saja tersenyum tanpa merasakan rasa sakit sama sekali.

Bad & Crazy School (Terbit)Where stories live. Discover now