BAGIAN 16- Anak Bernama Princess

169 15 3
                                    

Akhir-akhir ini, setelah 1 bulan berlalu semenjak Ilona melihat Sunghoon bersama seorang cewek di rumah sakit. Dia jadi sering mendengarkan lagu-lagu melow seperti lagu nya Rossa. Terlalu cinta, Masih, Jangan Hilangkan Dia, dan masih banyak lagi. Ilona bukan pendengar lagu-lagu penyanyi luar. Jadi kebanyakan dari playlist nya ya lagu-lagu berbahasa Indonesia.

Selama 1 bulan kemarin, Ilona sama sekali tak menjaga jarak. Dia justru makin dekat dengan Sunghoon. Semata-mata hanya untuk memikirkan cara bagaimana Jake dan Jay bisa kembali berdamai. Karena Rena ada urusan di Bandung--dan belum bisa pulang sampai minggu depan-- Jadi, Ilona tak dapat berkeluh kesah atas kekesalannya dalam membuat Jake dan Jay damai.

Jangankan untuk damai, untuk sekedar saling membantu saja mereka seolah tutup mata masing-masing.

Ilona bingung kenapa sekarang Jake begitu trempramental pada Jay. Padahal dari yang Sunghoon dan Rena ceritakan, Ilona menyimpulkan bahwa Jake bisa menjadi kunci untuk peperangan antar saudara tiri ini.

Namun ternyata keegoisan juga menyerang Jake. Ilona memaklumi itu, karena diusia remaja seperti sekarang ini, wajar sekali jika masih terbawa ego sendiri. Ilona pun begitu. Hanya saja, ia khawatir jika Jake dan Jay benar-benar tak bisa damai. Ia khawatir nantinya mereka malah akan membencinya ketika tahu kehadiran Ilona semata-mata hanya untuk membuat mereka berdamai.

Dan yang lebih Ilona khawatirkan adalah Anita, Mama Jay. Beliau sudah memberikan harapan penuh pada Ilona dan Rena. Terutama pada Ilona yang sejak awal sudah setuju untuk terlibat dan sudah berjanji untuk membuat Jake dan Jay berdamai.

"Ilona, tante udah nggak bisa berbuat apa-apa untuk mereka. Jay gak akan dengerin omongan tante. Jake  nggak bisa berubah kalau Jay nya belum berubah." Menghela napas berat, Anita memandang lesu pada cangkir kopi nya.

Ilona melirik Sunghoon sekilas, namun cowok itu sama frustasi nya.

"Jay udah mau pulang nanti sore, tan." Sunghoon mengalihkan pembicaraan. "Tapi dia nggak mau kalo mesti berangkat sekolah bareng Jake. Jake udah sekolah kan besok?"

Anita mengangkat kepalanya, bernapas berat, lagi. "Selama dua minggu dia nginep di rumah kamu. Pernah nggak dia bilang soal Jake?"

"Enggak, tan. Ahh,-pernah pernah," Sunghoon ingat itu, "Waktu itu, Jay bilang ke saya kalau dia ngerasa perhatian tante itu berkurang dan lebih banyak buat Jake."

Ilona menyenggol kaki Sunghoon menggunakan nya dari bawah meja. Maksud Ilona, ya hal seperti itu nggak usah diberi tahu pada Anita. Ah tapi yasudahlah.

"Tan, Ilona masih mau kok buat mereka berdamai. Sesuai apa yang Ilona janjiin waktu itu. Rena juga pasti bantu kita. Tante tenang aja, ya? Kita bakal usahain apapun yang terbaik buat Jake dan Jay." Ilona mengulurkan tangannya untuk mengusap lembut punggung tangan Anita. Sembari menguraikan senyum, gadis itu menenangkan Anita.

"Makasih, ya, Ilona, Sunghoon. Kalia harapan tante satu-satunya. Tante percayain semua sama kalian."

"Siap, tante nggak boleh sedih. Kita pasti bisa bikin mereka damai." ucap Sunghoon.

Anita menatap Ilona, "Tante mau tanya sama Ilona. Kalau boleh tau, apa alasan kamu mau bantuin tante sampai segininya?"

***

Ilona bukan anak yang mudah menangis meski berkali-kali dijadikan bahan candaan oleh teman-temannya. Tapi yang kali ini sudah betul-betul kelewatan. Ilona nggak bisa terima itu.

Dia baru berumur 7 tahun, dan anak-anak yang mengerjainya rata-rata sudah berumur 10 tahun. Ilona baru pindah di komplek ini, akibat Papa dipindah tugaskan. Tapi ia sudah berkali-kali jadi korban jahil anak-anak ingusan dari blok komplek sebelah.

Ephemeral || Jay Sunghoon Jake [SELESAI]Where stories live. Discover now