16-Tangisan

3.8K 260 70
                                    

Cuma mau ngingetin, jangan lupa untuk selalu tinggalkan jejak vote dan comment ya setelah membaca.
Aku gak maksa loh ya, bagi yang mau aja...

Tetep up walapun gk ada yg nyuruh next (〒﹏〒)

-

-

-

Lintang memegangi dadanya yang terasa begitu sakit. Dia kenapa? Kenapa tiba-tiba dadanya terasa begitu sakit melihat Alstar yang tertawa bersama Catlea dan teman-temannya yang lain.

Lintang merasa kehadirannya di sana tak di anggap. Ia sedikit melangkahkan kakinya ke belakang, dan perlahan keluar dari ruangan itu lalu menutup pintu itu dengan pelan agar tak menimbulkan suara.

Lintang menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya, ia berlari kearah taman rumah sakit yang tak terlalu ramai. Ia duduk di salah satu bangku dan membuka telapak tangannya dari mulutnya.

Ia menangis di sana. Ia tak kuat menahan tangisnya, ia tak kuat berada di sana. Catlea tertawa bahagia bersama Alstar dan teman-temannya yang lain. Ia iri, iri dengan Catlea yang di kelilingi orang-orang yang menyayanginya. Bibir Lintang bergetar, ia tak mau nangis, namun ia tak sekuat itu menahan tangisnya.

Dan kenapa ia merasa begitu sakit hati melihat Alstar dan Catlea? Bukankah mereka sekarang adalah saudara? Kenapa dia harus cemburu? Apakah dia telah jatuh cinta pada Alstar?

Ia terus memegangi dadanya yang terasa begitu sakit.

"Cengeng."

Lintang menoleh kearah sumber suara, Alstar? Sejak kapan laki-laki itu berada di sana? Alstar duduk di samping Lintang.

"Liat gue,"

"Gak." Lintang tak ingin melihat wajah Alstar, ia memilih untuk melihat kearah lain.

"Liat gue Lintang, denger gak?" Suara Alstar terdengar meninggi di pendengaran Lintang. Membuat gadis itu dengan terpaksa menghadap kearahnya. Tatapan mereka saling bertemu, Alstar bisa melihat bulu mata yang indah itu basah kerena air mata.

Alstar menurunkan tangan Lintang yang terus memegangi dadanya.

"Sakit hmm?" Tanya Alstar lembut.

"Engga." Balas Lintang singkat.

"Kalau gak sakit, kenapa dari tadi megangin dada mulu? Dan kenapa lo berada di sini?" Tanya Alstar. Laki-laki itu ingin mengusap air mata di pipi Lintang namun Lintang menepis kasar tangan Alstar.

"Gue mau pulang," ucap Lintang tiba-tiba.

"Tang, maafin gue udah buat lo sakit hati. Gue ngelakuin itu, supaya Catlea semangat buat sembuh."

"Gue tau kok. Lo gak perlu ngomong apa-apa sama gue, lagian gak ada hubungannya juga kan sama gue? Dan lo gak usah anter gue pulang. Lo sama temen-temen lo aja di sana, Catlea juga pasti nyariin lo. Dah sana balik gue gak apa-apa." Lintang tersenyum, namun dadanya terasa begitu sakit saat mengatakan hal itu.

Dengan segera Alstar memeluk tubuh gadis itu. Lintang tak kuat, ia kembali menangis di pelukan Alstar. Badannya bergetar, Alstar bisa merasakan itu. Tangis Lintang pecah saat itu juga.

"Sakit Al.. hiks.. di sini sakitnya..sa-kit banget hiks.." Lintang menunjuk bagian dadanya yang terasa sakit.

"Gue gak di anggep.. hiks, hiks..Gue sakit.. ma-af.. hiks." Alstar kembali mengeratkan pelukannya di tubuh gadis itu, Lintang terus mengatakan sakit. Mungkin memang sesakit itu.

"Al-Alstar.. hiks... gu-gue cemburu ma-maaf hiks, hiks."

"Iyah, iyah. Gak usah minta maaf, harusnya gue yang minta maaf sama lo. maafin gue ya cantik, udah buat lo cemburu." Alstar melepaskan pelukannya dari tubuh Lintang. Mengusap air mata yang membanjiri wajah cantik milik Lintang.

"Ma-mau pulang hiks," pinta gadis itu.

"Iyah, kita pulang yah?" Alstar bangkit lalu menggenggam tangan kanan Lintang.

Di sepanjang perjalanan tak ada yang membuka suara baik dari Alstar maupun dari Lintang. Hingga mereka sampai di depan rumah Lintang. Gadis itu tarun dari motor Alstar.

"Jangan nangis lagi ya? Gue belum bilang ya sama lo, kalau gue gak suka sama cewe cengeng." Ucap Alstar masih duduk diatas motornya.

"Kenapa?" Tanya Lintang.

"Karena air mata perempuan itu bagaikan berlian, sangat berharga. Dan gue gak suka sama cewe yang suka buang-buang air matanya. Karna air matanya itu berharga, jadi gak boleh di buang-buang." Ucap Alstar sambil mengusap puncak kepala Lintang. Gadis itu tersenyum, namun wajahnya terlihat lelah. Matanya juga terlihat sembab.

"Jadi, ini pertama dan terkahir gue liat lo nangis okey? Sekarang masuk gih, udah malem. Besok gue jemput kita berangkat bareng."

***

Alstar membaringkan tubuhnya di tempat tidur. Ia begitu lelah hari ini. Tadi juga ketika ingin pulang dari rumah sakit, ia tak sempat memberi kabar pada teman-temannya terlebih dahulu.

Alstar membuang nafasnya kasar. Mengambil ponsel yang tergeletak di sampingnya, membuka aplikasi Chat.
Terlihat banyak notifikasi chat dari teman-temannya dan juga panggilan tak terjawab dari Papahnya.

A07

Abrian Farhenza:
Lo di mana? @Alstaran.Oct

Geovano Xavier:
Balik ke kamar Catlea, Star.
Tiba-tiba kondisi Catlea ngedrop.

Marshelo Dwi Pangestu:
Lo di mana anj @Alstaran.Oct

Nino Algara:
Dia manggilin lo mulu Ajg
Plis lah kesini, kasian Lea.

Jerry Athala:
ya.

ZeroGans:
P

P

P

Woi!

Geovano Xavier:
Apaan bgst?

Jerry Athala:
Caper

ZeroGans:
Ngetes kuota doang ckckck.

Nino Algara:
Lawak lo badut.

ZeroGans:
@Nino Algara skuy mabar yg
Kalah cium ketek Marshel wkwkwk:v

Marshelo Dwi Pangestu:
Paan njink bawa-bawa gue.

Jerry Athala:
Iy.

ZeroGans:
Ayok ikutan gak? Yang kalah cium kaos kakinya Geo wkwk Geo kan kaos kakinya bau jempol gantinya sebulan sekali:v

Geo removed Zero

Marshelo Dwi Pangestu:
Njir...terkick:v

-----

Alstar mematikan ponselnya. Jujur ia lelah hari ini, dan kenapa kondisi Catlea bisa ngedrop lagi? Padahal ketika ia di sana, Catlea sudah mulai membaik.

ALSTARAN [END]Where stories live. Discover now