03-Catlea

7.3K 459 101
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"lo lama"

"Gue udah lama nunggu lo di sini tau."

"Sampe-sampe di godain sama tukang ojek itu."

"Kaki gue sakit pake heels."

Gadis itu mendengus sebal karna kata-katanya tak ada yang di respon oleh cowo yang ada di hadapannya itu. Yang masih duduk di atas motornya.

"Sekarang malah di diemin." Gerutu gadis itu.

"Terus? Gue harus ngapain? Gue udah dateng ke sini tapi malah di omel-omelin, gue cabut ae lah." Laki-laki itu hendak menjalankan motornya sebelum akhirnya gadis itu menahan lengannya agar tidak pergi meninggalkannya.

"Takut Al..." Lirih gadis itu sambil menundukan pandangannya.

"Apa yang di takutin hmm? Ada gue di sini cantik." Alstar mengelus puncak kepala pacarnya, Catlea.

Mereka sudah berpacaran kurang lebih dua bulan. Selain Devon, Alstar juga sering bercerita tentang apa yang ia rasakan pada Catlea. gadis itu dengan setianya mendengarkan keluh kesah Alstar.

Catlea tau soal Mamahnya Alstar yang meninggal karena kecelakaan. Ia tau Alstar yang terkadang sering di hajar oleh Papahnya, Karena laki-lakinya itu selalu bercerita padanya.

Laki-laki boleh juga kan merasa sakit? Laki-laki boleh juga kan menangis? Ia merasa terluka, merasa sakit. Bukan, bukan sakit akibat pukulan dari Papahnya. Tapi sakit karena perkataan papahnya yang terkadang menusuk ke hatinya.

"Pipi Lo Al?"

"Gak apa-apa, di cium lo langsung sembuh ini mah." ucap laki-laki itu.

Dengan segera, Catlea mencium pipi Alstar yang terlihat sedikit membiru.
"Makasih." Ucap Alstar.

Catlea tak bisa ikut ke acara pemakaman Devon, Karena ia harus kerumah neneknya untuk menengok neneknya yang tengah sakit. Namun di perjalanan pulang mobil Catlea mogok, ia memilih untuk menelpon Alstar karena tempat ia berdiri sekarang tidak jauh dari kediaman pacarnya itu.

"Al,"

"Hmm?"

"Jangan berantem lagi, gue cuma takut apa yang menimpa Devon. Terjadi sama lo, gue gak akan siap kalau hal itu terjadi."

Alstar tak begitu jelas mendengar ucapan Catlea Karena posisinya mereka masih di atas motor, dan keadaan jalan raya saat itu tengah ramai.

"Hah? Apa Le? Gue kurang denger, sorry." Tanya Alstar

"Engga Al," Balas gadis itu.

Mereka tiba di depan rumah Catlea.
Alstar mematikan mesin motornya, Catlea turun dari motor itu begitu pula dengan Alstar. Mereka masuk ke dalam rumah Catlea yang langsung di sambut hangat oleh Nuri, mamanya Catlea.

"Gimana keadaan kamu Alstar? Kamu gak apa-apa kan? Tante turut berduka cita ya atas kepergian Devon teman kalian." Ucap Nuri.

"Saya baik-baik aja Tante, makasih atas ucapan bela sungkawanya." Balas Alstar yang langsung di tanggapi Nuri dengan senyumnya.

Sudah dua jam Alstar berada di rumah Catlea. Sekarang jam menunjukan pukul 7 malam, Alstar berpamitan pada Nuri untuk pulang.
Catlea menemani Alstar sampai ke depan gerbang.

Laki-laki itu menaiki motornya.
"Le," panggil Alstar.

"Iya Al?"

"Lo jangan cantik-cantik. Gue gak suka cewe gue di lirik cowo lain."

"Terus gue harus jelek-jelekin diri gue aja gitu biar gue gak di lirik cowo lain?"

"Gak gitu, maksud gue."

"Jangan cantik-cantik banget karna lo udah cantik."

Blushh

Pipi gadis itu berubah menjadi merah.
"Bisa aja lo nyet."

Alstar terkekeh mencium kening gadis itu dan pamit pulang.

***

Alstar memandangi bangku kosong yang berada di sampingnya. Sungguh ia merindukan sahabatnya. Ini adalah hari ke tiga sejak kepergian Devon, namun rasanya Alstar belum bisa menerima kenyataannya bahwa Devon sudah tidak ada.

"Woi!" Suara itu membuyarkan lamunan Alstar. Ia menatap malas orang yang ada di sampingnya itu.

"Bangkit anjing lo lemah banget." Ucap laki-laki itu.

"Bacot Nin sumpah," balas Alstar malas.

Brian, Jerry, Geo, Zero dan Marshel memasuki kelas berbarengan. Menghampiri meja Alstar yang sudah ada Nino di sana.

"Kenapa?" Tanya Brian pada Nino.

"Nih temen lo, kasih tau biar gak lemah. Beda banget nih anak semenjak kepergian Devon." Ucap Nino lalu bangkit dari duduknya membiarkan Brian duduk di sana.

"Star," Brian menepuk bahu Alstar. Membuat laki-laki itu mengalihkan pandangannya yang tadi melihat ke arah jendela kini menatap Brian dan kelima temannya. Yang ia sendiri tidak tahu kapan mereka datang.

"Paan?" Balas Alstar.

"Udah lah Star, bersedih boleh. Tapi jangan terus-terusan larut dalam kesedihan. Lo harus ikhlas sama kepergian Devon Star, biar dia di sana juga tenang." Ucap Brian.

"Lagian di sini kan masih ada kita, kalo lo butuh tempat cerita, dateng ke kita." Marshel menambahkan.

"Inget bukan cuma lo aja yang bersedih atas kepergian Devon, kita juga Star." Timpal Jerry.

"Ngomong-ngomong untuk masalah ketua Alagars yang selanjutnya siapa?" Tanya Geo.

Nino, Brian, Zero, Marshel dan Jerry kompak melirik ke arah Alstar.

"Apa monyet?" Tanya Alstar malas.

"Lo yang jadi pengganti Devon,"

"OGAHHH."

"Alagars butuh ketua Star," ucap Brian.

"Alagars butuh ketua, dan kenapa bukan lo aja yang jadi ketuanya." Alstar bangkit lalu pergi keluar kelas meninggalkan teman-temannya.

"Tuh anak mana mau njir," Celetuk Geo.

"Ya terus siapa lagi kalo bukan Alstaran? Yakali si Zero." Ucap Marshel.

Mendengar namanya yang di sebut, Zero yang sedari tadi asik berchatan dengan pacarnya langsung angkat bicara.

"Ah ogah gue jadi ketua, jadi ketua remaja mesjid aja gue ngundurin diri njink. Berat bebannya jadi ketua asli dah." Ujar Zero.

"Zero jadi ketua gue keluar nyet." ucap Geo membuat teman-temannya yang lain sontak tertawa.

"Babi," umpat Zero.


Yok ramein guys!!!
Votmen di setiap partnya yaa💛
Dan buat yang belum follow, kuy follow dulu. Kalau mau di follbck dm aja ya ( ˶ ❛ ꁞ ❛ ˶ )

ALSTARAN [END]Where stories live. Discover now