70. Day with Ansel

23 4 0
                                    

🌼

🌼

🌼

🌼

🌼

🌼

Happy Reading 🤗

Ujian-

Sebut saja semacam pertarungan pikiran dengan batin dan niat sebagai penengah serta tokoh utamanya adalah diri sendiri.

Aku lelah, dihari kedua ujian yang mata pelajarannya bukan main sulit nya. Tiga hari yang lalu tepatnya, aku dan Yeonjun tiba di perkemahan sekitar jam delapan pagi. Yeonjun lanjutin jalannya sampai tengah malam dengan aku yang di turut berjalan di papahnya. Dia hafal banyak jalur, hampir semua meskipun kami sempat mutar kembali ketempat yang sama satu kali.

Setelah itu tentu semuanya gak baik-baik aja, Sarah berantem lagi sama Sean gara-gara saling membela antara aku dan Yeonjun. Sampai hari ini aku belum ngomong apapun ke Yeonjun, Sarah selalu jadi benteng pemisah diantara kami berdua. Dan aku sedikit banyaknya perlu bersyukur akan itu, sejak obrolan malam itu rasanya aku benar-benar malu bercampur marah yang gak bisa didefinisikan. Yeonjun cukup keterlaluan dan berani untuk mengulang masalah yang sama tanpa berpikir tentang ku.

Sekarang dia gak ada dikelas, selesai ujian biologi udah pergi bareng teman-temannya ke kantin.

"Heh, jangan melamun!"

Kak Raka menarik kursi didepanku, mendorong maju satu kotak susu strawberry dengan sebungkus roti. Dia tersenyum hangat, kekhawatiran nya bertambah setelah hari perkemahan itu. Dia juga rela tidak ikut pensi demi mengantarkanku ke rumah sakit untuk check up.

"Dimakan yah!"

Aku mengerti, setiap kali kak Raka hadir didekatku itu artinya aku harus kembali seperti dulu lagi, membuka penuh hatiku untuknya yang dengan tangan terbuka selalu terulur disaat terpuruk ku.

"Kak, maaf banget aku gak jadi milih kado buat Aira kemarin. Tapi aku janji kok bakalan tetap ngasih Aira selesai ujian ini!"

Iya, kemarin emang waktunya lagi gak tepat. Aku juga lupa karena pulang dari rumah sakit Sarah malah ngurung aku buat istirahat di rumahnya. Itu pemaksaan, tapi demi kebaikan ku katanya, karena Senin udah harus ujian akhir.

"Gapapa, kemarin Aira udah seneng banget dapat kado dari mama papanya. Cuma emang masih nagih dari aku sih, aku baru kasih dia coklat."

Kak Raka ekspresif sekali waktu ceritain gimana adik kecilnya yang sempat merajuk karena gak dapat kado yang lebih pasti. Kadang aku bingung sama kak Raka, dia cepat banget lupa akan satu hal, gak pernah nyimpan dendam terlalu lama dan bersikap seolah baik-baik saja. Dia tidak benar, tapi bukan juga orang yang salah hanya karena keegoisan orang dewasa.

"Kepalaku pusing banget dengar rengekannya. Katanya minta yang milihin kadonya itu kakak yang gendong dia didepan stan eskrim, terus kamunya juga disuruh kasih langsung ke dia."

Bicara soal Aira yang pernah bertemu denganku dua kali dengan timing gak beda jauh namun posisi yang sangat berbeda itu buat aku terpikir akan satu hal.

"Aira tahu aku yang sama Yeonjun waktu di toko bunga Yoora?"

Aku buka susu kotaknya, meneguk perlahan buat kasih rasa ke mulutku yang kayaknya asam banget. Aku belum makan sejak pagi, cuma minum air putih dua teguk.

"Tahu!"

"Marah?" tanyaku

"Enggak, sebenarnya dia kaget aja ngelihat Yeonjun dua kali sama kamu. Namanya juga anak kecil, suasana hatinya suka berubah ubah kan?"

How Feels? || Choi Yeonjun ✓Where stories live. Discover now