🌼
🌼
🌼
🌼
🌼
🌼
Happy Reading 😁Tok! Tok!
Aku tahu siapa yang buat suara ketukan di jendela sampingku. Gak salah lagi kalau itu Daren. Dia lagi senyum sambil lambaiin tangannya, dan aku langsung jalan keluar kelas.
"Hai kak!" sapanya yang lalu kuangguki
"Sedikit lama tidak bertemu ya, aku sedang sibuk mempersiapkan lombaku nanti!"
"Ah, iya! Ikut lomba yang mana?" tanyaku, berusaha ramah padanya.
Kami duduk di didepan kelas. Koridor kelasku. Kalau dengan Daren itu tidak masalah, dia bukan punya siapa-siapa kan?
"Musik! Jujur saja ini pertama kalinya ikut lomba seperti ini!"
Daren itu sama saja seperti anak kaya pada umumnya. Bukankah agak lebih unggul reputasi ketimbang prestasi? Tidak, Lea jangan buruk sangka.
"Aku gak pernah tahu juga sih hal lain selain bisnis. Membosankan ya kak kalau dipaksa untuk hal yang tidak kita suka?"
Benar, dia benar soal itu.
"Daren gak suka, cuma mau gimana? Keluargaku sejak dulu hidup dengan belajar berbisnis! Memang bisa kalau mulai dari 0 sendiri? Benar-benar hanya dengan kaki dan tanganku. Papa gak mau anggap aku anaknya kalau lakuin itu!"
Same!
Daren nundukin kepalanya, dia meremat jemarinya. Wajahnya bahkan terlihat tenang, tapi aku terkejut melihat darah keluar dari ibu jarinya. Dia menarik kulit tepi kukunya.
"Astaga, Daren hentikan!"
Tidak tahu harus apa, aku langsung menarik tangannya, menangkupnya erat dengan tanganku. Ini pasti sakit, darahnya harus segera dihentikan.
"Ikut aku kekelas!"
Dia menurut, mengekori ku dengan tangan yang masih ku genggam erat. Segera aku mencari pouch yang biasa kupakai, sialnya kasanya habis. Terakhir sekali Yeonjun yang pakai.
Waktu kubuka tanganku yang menutupi ibu jarinya cukup banyak darah disana.
"Mungkin sedikit perih atau menjijikkan, but sorry!"
Aku menghentikan darahnya dengan mulutku. Ibu selalu begini jika jariku terluka, kalau benar-benar terdesak. Jujur aku juga tidak mau seperti ini.
Tidak lama, aku langsung membuka plester yang untungnya masih ada sisa. Setelah mengusap jarinya kubalut dengan plester tadi.
Sialnya kenapa orang-orang suka sekali terluka saat denganku.
Kuambil botol minumku, berlari mendekati westafel didepan kelas untuk membasuh mulutku, berkumur cepat dan langsung membuangnya. Tidak dengan air keran setelah memasukkan kuman dengan sengaja tadi.
Daren berjalan kedepan kelas, melihatku dengan tatapan kosongnya.
"Kamu kenapa sih? Itu gila, dan salah satu hal terbodoh yang pernah kulihat. Kayak anak kecil tahu!"
Dia memang sudah gila, ku bilang begitu malah tersenyum. Kenapa ada orang sepertinya?
"Kak, maaf!"
Sungguh aku tidak tega, Daren mungkin merasa kesal. Tekanan nya hampir serupa, aku juga besar dilingkungan yang begitu detail soal masa depan. Anak satu-satunya mungkin jadi alasan utama.
YOU ARE READING
How Feels? || Choi Yeonjun ✓
Teen Fiction[REVISI] "Keparat, setan alas!" Lea mungkin bisa sekali dua kali menoleransi seseorang dengan kadar menyebalkan selayaknya. Tapi tidak untuk Yeonjun, Masa SMA nya jadi terasa penuh emosi setiap kali Yeonjun membuat ulah. "Diem gak!" "Aku cuma berna...