13. They

32 9 1
                                    

🌼

🌼

🌼

🌼

🌼

🌼

Happy Reading 🤗

Sejak semalam Sarah jadi bising banget. Nggak biasanya dia chat tengah malam cuma buat nanyain sepupunya gimana ke aku.

"Lea, nomormu aku kasih Daren!"

"Lah, kamu ini!"

Sarah yang tadinya baru mau duduk setelah letak tasnya gak jadi karena aku tarik keluar. Udah banyak orang dikelas, nggak enak kalau harus berdebat karena ada yang lagi kerjain tugas juga.

"Apanya kamu ini?" Aku lepasin tangannya waktu udah di koridor depan kelas.

"Gak mau tahu ya, kamu harus tanggung jawab sama nomorku. Itukan privasi Sarah!"

Aku cuma ngusap mukaku aja. Nggak sembarang orang masalahnya yang bisa nyimpan nomorku. Apalagi yang ada sama Sarah itu emang benar-benar nomor privat yang sengaja kusiapin buat balas hal-hal penting.

"Loh, nomormu aja ada digrup kelas!" Sarah dengan santainya ngomong gitu bahkan kelihatan tenang dan biasa aja.

"Yang sama kamu kan beda Sarah!"

"Oh, aku gak tahu ya'. Lupa juga ngecek. Tapi tenang, Daren bukan tipikal orang yang bising dan suka nelpon gak jelas kok!"

Kuharap begitu, dan belum sempat obrolan ini selesai aku dikagetkan sama presensi seseorang yang lagi jalan di sana sambil bawa paper bag.

"Tuh anaknya nongol. Oke aku tinggal ya Lea!"

Mau ditahan tapi udah duluan lari kedalam.

"Kak!"

Daren udah ada didepanku. Ngulurin tangan yang megang paper bag itu didepan muka.

"Kak ini bukunya!"

Aku nerima paper bag nya. Lihat isi didalamnya yang emang beneran buku. Lumayan tebal, buku yang satu judul dengan kemarin.

"Jadi juga? Makasih ya, Minggu depan aku balikin!"

Daren ngangguk, dia belum ngomong yang lain setelah ngasih bukunya. Ada sekitar satu menit jeda diamnya, sampai aku mulai ngerasa gak enak dan beralibi melihat jam tangan.

"Bentar lagi udah mau jam pertama, aku masuk ya?" kataku membuat gesture dengan menunjuk kelas dibelakang.

"Iya, aku juga kak. Selamat belajar ya!"

Pertama kalinya ada orang yang ngomong semanis ini ke aku dan nggak kupermasalahkan biasanya kalau lihat orang kayak Daren udah kuancam dengan kepalan.

"O-oke!"

Dia berbalik duluan, ku tungguin sampai benar-benar nggak ada lagi di lorong yang sama.

"Woahh, pacarmu anak dibawah umur?"

Aku noleh ke sampingku, gak kaget sebenarnya sama orang yang lagi berdiri di samping pintu sambil ngelipat tangan didepan dada. Berandal picisan ini masih saja tidak tahu malu, sekolah tapi gak sama sekali mencerminkan anak sekolahan. Bajunya saja dikeluarkan, sedikit kusut juga.

"Kamu punya kaca kan? Kamu pikir pacarmu itu wanita diatas umur? Sudah punya kerutan dibawah matanya? Atau tinggal dua giginya?"

Yeonjun terperangah sendiri, bahkan mulutnya terbuka. Ada kemungkinan lalat masuk dan tertelan olehnya, makanya kerja otak nya sedikit berantakan.

How Feels? || Choi Yeonjun ✓Where stories live. Discover now