12. Lagi ....

9.5K 884 376
                                    

Kedatangan Angkasa dan Dena disambut heboh oleh Tiara. Ia langsung menyuruh keduanya duduk dan bertanya apa yang baru saja terjadi. Apalagi setelah melihat kondisi Dena yang berhamburan, sangat kontras dengan gaya Dena yang biasanya.

Rambut Dena acak-acakan, dihiasi beberapa helai daun yang luput dari mata Angkasa tadi. Belum lagi bajunya yang kotor dan kusut.

Setelah turun dari bahu Angkasa, Dena duduk manis di sofa ruang keluarga sambil menunggu satenya datang. Sebelum masuk rumah tadi, Angkasa langsung meminta tolong pak satpam untuk membelikan Dena sate.

"Makanya, Ca, lebih perhatian lagi ke Dena. Sudah ibu bilang jagain dia. Untung anjingnya nggak sampai gigit, lho. Ini gimana ceritanya Dena dibiarin beli sate sendirian malam-malam. Jalan kali pula."

Dibela seperti itu membuat Dena senyam-senyum. Ia melirik Angkasa yang diam seribu bahasa dengan tatapan sinis.

Sebenarnya Angkasa bisa saja menjelaskan keadaan yang sebenarnya sebagai pembelaan diri. Namun, apa artinya kalau Tiara sudah marah-marah begini? Tetangga kesayangan itu pasti akan tetap mendapat pembelaan dan perhatian berlebihan.

Angkasa membuang napas berat setelah kepergian Tiara. Itu juga karena barusan dipanggil oleh suaminya alias papa sambung Angkasa.

Kini, giliran dirinya yang menatap Dena sinis. "Denger itu apa bilang ibu tadi?" Dengan sebal Angkasa mendorong pelan dahi Dena dengan telunjuknya. "Untung anjingnya nggak gigit pipi kamu ini!" Ia mencubit pipi Dena gemas. "Makanya bilang kalau mau sate atau kapan pun saat mau jalan. Kalau kamu kenapa-kenapa, yang kena marah itu aku. Yang repot juga aku."

"Tapi kan Mas suruh Dena mandiri," sahut Dena sambil menepis tangan Angkasa yang masih juga mencubit pipinya. "Nggak konsisten banget, deh!"

"Mandiri ya mandiri. Tapi kalau mau jalan tetap bilang. Kalau kondisinya aku bisa nemenin atau bisa bantu, ya pasti ditemenin dan dibantu. Lagian kalau udah bilang, walaupun nggak ditemenin, mas bisa seenggaknya nyuruh kamu hati-hati. Untuk ingatin kamu yang suka teledor ini."

"Ih, Mas apaan, sih!" kesal Dena karena lagi-lagi Angkasa mau main tangan. "Kasih tau Tante, nih?!" Ia menepis kasar tangan yang berkali-kali lebih kuat daripada tangannya ini.

"Ngadu aja bisanya. Seneng lihat mas-mu dimarahin?"

"Nyenyenye!"

"Na ...."

"Tau, ah!"

"Kalau dikasih tau susah banget, sih?" Gemas, Angkasa menarik hidung kecil Dena yang mancung.

"Aaa ... Mas, Dena nggak bisa napas!"

Keriuhan akibat dua orang itu membuat ruang keluarga lebih hidup.

Arin yang sudah berada di tangga turun dari kamarnya berhenti melangkah. Tadinya ia hendak melihat keadaan Dena karena mendengar ribut-ribut. Namun, melihat masnya yang masih bisa menjahili Dena, membuatnya urung melihat keadaan perempuan itu lebih dekat.

Menggeleng, Arin kembali menaiki setiap anak tangga sambil mendumel, "Ribet banget orang dewasa kalau jatuh cinta."

"

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.
Yayımlanan bölümlerin sonuna geldiniz.

⏰ Son güncelleme: Feb 20, 2022 ⏰

Yeni bölümlerden haberdar olmak için bu hikayeyi Kütüphanenize ekleyin!

Say Yes, Mas!Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin