5.2

112 13 0
                                    

Sotya's Story
📝📝📝

Esok harinya, seusai sarapan dengan menggunakan bus, Sotya menuju Candi Borobudur. Meski bukan yang pertama dikunjunginya, Ia ingin napak tilas sejenak dan mengenang perpisahan SMA dulu. Time flies so fast.

Jika dipikir lagi, setiap kelulusan SD, SMP dan SMA, acara perpisahannya selalu ke Jogja dan Candi Borobudur khususnya. Dan setiap waktunya ada kenangan tersendiri. Saat SD ia beli boneka yang di kotanya saja ada dengan harga yang sama gegara ikutan temannya jadi kepingin. Saat SMP ia nyaris kehabisan uang gegara kebanyakan beli oleh-oleh dan ketika SMP saat ia dan sahabatnya berdebat tentang cola milik sahabatnya yang direbut oleh teman lelaki mereka, lalu ada lelaki asing alias bule lewat dan nyeletuk dengan bahasa Jawa yang fasih, "Ojok tukaran" yang berarti jangan berantem.

Setelah puas menikmati Candi Borobudur, Sotya memutuskan langsung kembali ke penginapan. Ia betul-betul harus berhemat jika tak ingin jadi gembel di Jogja. Sebelumnya membeli makan siang dulu di tempat makan sekitar penginapan. Sesampainya di penginapan, ia segera mandi dan salat lalu melanjutkan pekerjaannya. Mengetik bab terbaru dari tulisannya yang ada di aplikasi menulis gratis. Setidaknya dengan suasana baru, ia berharap idenya keluar lebih lancar.

Selama hampir tiga jam kemudian, Sotya mampu menyelesaikan dua bab untuk dua judul cerita on going berbeda. Sungguh rekor. Karena tangannya lelah usai mengetik, matanya pun pedih karena terus menatap layar ponsel nonstop, ia meletakkan ponselnya di sampingnya lalu memejamkan mata sejenak untuk mengistirahatkan diri sebelum pergi mandi dan salat asar.

Usai salat asar, Sotya kembali berbaring. Meresapi waktu dan suasana yang betul-betul baru. Lepas magrib ia menuju warung yang katanya menjual tahu campur dengan rasa otentik Lamongan, Jawa Timur.

Sesampainya di warung yang dimaksud, Sotya justru bertemu lelaki yang menolongnya kemarin. Masih mengenakan seragam loreng hijau yang sama tapi kali ini tanpa jaket sehingga tampak jelas bordiran namanya, Arsh Pranadipa dari matra udara yang awalnya ia kira dari matra darat. Ia lupa jika seluruh matra mengenakan seragam loreng hijau yang sama selain seragam milik matra masing-masing. Ia juga akhirnya tahu jika pangkat Arsh, lelaki itu adalah Praka.

Ia bisa tahu sejauh itu berkat membaca cerita-cerita romansa militer di platform yang tempatnya berkarya, sedangkan genre ceritanya sendiri murni romantis. Meski ia menggemari kisah berlatar militer Indonesia tetapi belum berani menulis genre serupa karena ilmunya masih kurang dan harus belajar banyak agar tidak salah tulis karena tentara bukanlah profesi sembarangan, melainkan profesi yang sudah memiliki aturan pakem dan tak bisa diganggu gugat.

"Mbaknya yang kemarin. Ketemu lagi kita. Jodoh ya?" sapa Arsh. Sungguh nama yang unik.

Keduanya bisa saling tahu karena Sotya belum memakai maskernya lagi setelah tadi sempat dilepas gegara waktu melepas helm ojol sedikit tertarik hingga agak miring, jadi dilepasnya sekalian untuk dipakai lagi dengan benar. Sedangkan Arsh karena mengganti maskernya dengan yang baru entah apa alasannya sembari menyimpan yang lama di kantong celana.

"Modusmu!" Lelaki lain dengan seragam yang sama yang ternyata sedari tadi di belakang Arsh menoyor kepala temannya yang membuat Sotya kaget dan tak jadi membalas ucapannya.

Arsh tertawa. "Mbaknya mau ke warung itu?"

Sotya mengangguk.

Arsh menoleh pada temannya yang bernama Jamal, karena tidak memakai jaket jadi namanya juga tampak jelas bedanya hanya ada kata Jamal tidak selengkap nama Arsh. "Mengko dirimu balik'o sik, aku ditinggal wae tak ngancani mbak'e. (Nanti kamu kembali duluan, aku tinggal saja, mau menemani Mbaknya)"

"Yo, yo, yo." Jamal mengangguk.

"Ayo, Mbak," ajak Arsh yang membuat Sotya mengikutinya juga Jamal. Ketiganya pun langsung duduk begitu di dalam warung.

Ketiganya sama-sama memesan tahu campur. Katanya, istri Jamal yang tengah hamil anak kedua ngidam tahu campur. Bedanya untuk Sotya dan Arsh dimakan di tempat, sedangkan Jamal dibawa pulang.

"Mbak namanya siapa? Saya Jamal, temannya Arsh," katanya memperkenalkan diri sembari tersenyum ramah.

"Sotya," balasnya pendek dengan senyum tipis dengan menangkupkan kedua tangannya.

Jamal mengangguk. "Sepertinya bukan orang sini ya?"

"Iya," jawab Sotya pendek.

"Mbak Sotya ini arek Sidoarjo, Mal."

"Woalah, istri saya juga." Jamal spontan tertawa mengetahui kenyataan tersebut. "Kalau masih lama di Jogja, Monggo Mbak Sotya datang ke rumah. Istri saya pasti senang ketemu sodara sekota."

"In syaa Allah." Sotya mengangguk.

Tak lama tahu campur pesanan mereka datang, terakhir untuk Jamal.

"Mbak, saya balik dulu ya, Arsh," pamit Jamal pada Sotya dan Arsh, lalu menepuk bahu temannya. "Iki mbak'e mengko diterke yo, ojo ditinggal. (Ini nanti Mbaknya dianterin ya, jangan ditinggal)"

"Iso moleh dewe kok, Mas. Nggak usah ngerepotin diterno pisan. (Bisa pulang sendiri kok, Mas. Nggak usah ngerepotin diantar segala)" sahut Sotya cepat dengan bahasa Jawa Suroboyoan.

Jamal menggeleng seraya menggoyangkan telunjuknya. "Sudah malam, Mbak. Kalau Mbaknya masih ingin jalan keliling kota, biar ditemani Arsh. Lumayan ada guide gratisan. Duluan ya, aman kok." Lalu ia memberitahu di mana mereka berdinas jika Sotya masih ragu. Setelah itu ia betul-betul meninggalkan keduanya.

Sotya menghela napasnya dalam, ia sungkan apalagi ia merasa jika mungkin Arsh lelah karena lembur? Sebab, yang ia tahu seharusnya sore tadi sudah pulang tapi ini masih di luar dengan seragam lengkap dari atas ke bawah.

"Mbak, dimakan mumpung masih panas," tegur Arsh yang melihat Sotya bengong.

"Eh, iya." Sotya mengangguk dan begitu lidahnya merasakan tahu campurnya, rasanya memang otentik.

Sambil makan, Arsh mengajak Sotya mengobrol dan bertanya sudah berapa lama di Jogja dan ke mana saja. Ia terkejut saat Sotya jujur padanya dengan wajah sendu bahwa ia butuh refreshing dari desakan-desakan menikah.

🚂🚂🚂

Assalamu'alaikum, yuhuuu siapa yang kangen? Part ini nggak ada perubahan dari versi cerpen ya 😘 tapi tenang, ini baru bab lima. Masih jauh menuju ending. Kalau di cerpen kan ngegantung gitu hehehe

Repost, Sidoarjo 17-02-2022

City Series: YogyakartaWhere stories live. Discover now