13 - Sungai Di Pipiku

44 13 5
                                    

“Anin!” panggil Lingga

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

“Anin!” panggil Lingga. “Ya ampun, kaget tau gak? Tiba-tiba muncul begitu,” tambahnya.

Anin segera berjalan ke arah kami. Seperti biasa dengan wajah datar dan aura suramnya yang tak pernah berubah. Aku menatapnya dengan penuh harap, sepertinya dia mengetahui sesuatu mengenai masalah ini.

“Kamu punya info apa? Siapa pelakunya? Aldo, kan?” tanya Rian.

“Kalian kira Aldo itu siapa? Dia bukan siapa-siapa, yang sebenernya pegang kendali channel sekolah itu Sinta,” ucap Anin.

“Tapi, kamu tau dari mana soal masalah ini?”

“Aku gak sengaja dengar kalian ngobrol sama Kak Ara di ruang marching band."

“Sinta? Sinta yang dulu sekelas sama aku?” tanya Lingga.

Anin pun mengangguk. “Iya, sejak naik kelas tiga dia jadi editor sekaligus ketua dari channel sekolah kita. Semua ada dalam kendalinya, jadi udah pasti Sinta yang edit video kamu itu. Dan kalau pun bukan dia yang edit, pasti dia yang kasih perintah."

“Sinta yang waktu itu ketemu aku di toilet?” tanyaku meyakinkan. Dan Anin pun mengangguk.

“Sekarang kamu tau kenapa mereka melakukan ini ke kamu, kan?” tanya Anin padaku.

Ya, aku ingat kejadian itu. Waktu aku dan Sinta cekcok di toilet. Dia mengancamku akan melakukan sesuatu, jadi ini yang dia lakukan? Cewek psikopat itu benar-benar melakukannya. Aku kira semua itu hanya gertakan.

“Kamu ada masalah apa sama Sinta?” tanya Lingga.

Aku pun menghela nafas. “Kami bertengkar di toilet."

“Pantesan."

Karena jam istirahat yang hanya sebentar, kami pun tak bisa berlama-lama. Bel masuk kembali berbunyi. Kami semua bergegas kembali ke kelas sebelum guru datang.

Setengah jam habis untuk mengurus masalahku yang bahkan belum selesai ini. Sinta dan yang lainnya tengah keluar sekolah, seolah-olah mereka kabur supaya aku merasakan sendiri semua adu domba yang mereka lakukan.

Aku benar-benar kehilangan mood-ku untuk belajar. Aku tak suka suasana ini, tak nyaman. Rasanya jadi tak berani melihat atau menatap ke Saras dan Nindy. Padahal kami sudah kenal cukup lama dan melakukan hal bersama. Tapi kenapa sekarang jadi begini? Tidak! Tak boleh seperti ini terus. Istirahat kedua nanti, aku harus bicara dan jelaskan ke mereka.

Jam yang kutunggu pun datang juga, saat siang hari tepat jam dua belas bel istirahat kedua berbunyi. Aku punya waktu satu jam untuk menjelaskan pada mereka. Alih-alih menjelaskan, Saras dan Nindy buru-buru pergi meninggalkanku. Lagi-lagi, hal ini membuatku sedih.

Aku pun segera bangkit dari kursiku. Pasti mereka ke kantin! Segera kususul mereka ke sana. Kakiku melangkah cepat, melewati beberapa orang yang sembarangan berdiri di depan pintu kelas. Minggir! Nawang yang penuh tekad ini mau lewat!

Last Year (TAMAT) Où les histoires vivent. Découvrez maintenant