Bab 19: Made Esper

1 0 0
                                    

Bobby menyerah. Melipat surat kabar yang selesai dibacanya di meja bersama tumpukan surat-surat kabar lain. Membuka nasi uduknya. Masih hangat. Memakannya. Di sela santapannya, terdengar suara telepon di samping komputer hologram-nya. Menghentikan santapannya, mengakatnya.

"Ya, hallo?"

Terdengar suara dari seberang sana. Suara dari pihak pusat.

"Hmm? Ap-?"

Suara pihak pusat menjelaskannya lagi.

"Baik, baiklah. Tim saya akan segera ke sana. Begitu. Polisi meminta bantuan dari kantor? Ya, ya..."

Cleck!

Selesai menyelesaikan percakapan, pesawatnya diletakkan di tempatnya kembali. Menghela napas, menatap makanannya yang masih tersisa banyak. Rasa laparnya seketika lenyap mengingat percakapan dari pihak pusat. Sesuai pencariannya yang dia cari dan dibacanya. Tak tinggal diam, beranjak dari kursinya, membereskan makanannya serta surat-surat kabar yang habis dibacanya, meletakkanya ke rak semula. Bergegas keluar perpustakaan, meraih nasi uduknya. Tujuannya hanya satu, yaitu mencari tahu secara langsung Andreana!

Berjalan menuju ruangannya secepat mungkin. Di pantry, Anita sudah menyelesaikan makan siangnya, membuang bungkusnya ke tempat sampah terdekat, keluar. Dia menuju tangga, bertegur sapa dengan temannya sesama pembasmi. Di balik tangga, dia melihat Bobby menaiki tanggq, menghilang di baliknya. Setelah Bobby menghilang, berjalan kembali ke ruangannya. Menaiki tangga. Di ruangan Tim Pembasmi, Bobby masuk, memberitahukan, berdeham,"Dengarkan aku semuanya. Tim kita, hari ini akan ditugaskan untuk membantu menyelidiki sebuah perusahaan," jelasnya.

"Sebuah perusahaan?"

"Ya."

Anita berhenti di depan ruangan. Tidak masuk. Mendengarkan penjelasan dari ketuanya.

"Selalu saja mendadak," gerutu Cakra.

"Karena ini perintah dari pihak
pusat."

"Memangnya, perusahaan apa yang kita selediki hari ini?"

"Perusahaan itu," Bobby menjeda omongan. Melanjutkan,"Perusahaan itu adalah Next Coparation."

Semua yang ada di ruangan terhenyak. Mereka tidak percaya, sedemikian mereka akan ditugaskan untuk menyelidik perusahaan itu.

"Apa benar itu?"

"Kita disuruh menyelidiki?"

"Benar, kita harus menyelidiki itu. Kalian bersiaplah. Saya menunggu di Aula seperti biasa," perintah Bobby, keluar ruangan. Saat keluar, dia berpapasan dengan Anita.

"Kita pergi. Bersiaplah." Melewatinya. Anita bergeming, memasuki kantor. Kupingnya sudah mendengar penjelasan dari ketuanya.

Kamu pergi sekaligus mencari keberadaannya, kan? Batinnya dalam hati. Mengerti maksud tujuan dari pemuda yang dikaguminya lama. Tak menunggu sejam, tim Pembasmi Gisela berkumpul di Aula sesusai perintah. Allen juga ikut. Mereka segera masuk di mobil patroli. Seperti biasanya lima orang masuk di belakang kemudi. Anita menyusul setelahnya. Dia tidak duduk di depan, melainkan ikut duduk bersama yang lain. Bobby menoleh ke belakang kemudi. Merasa wanita yang menjadi wakilnya merasa sedikit menjaga jarak dengannya. Tapi bukan itu yang menjadi pikirannya sekarang. Menjalankan mobil patroli melayang, keluar ke jalan raya. Berangkat ke perusahaan itu. Mobil patroli melaju menelusuri jalan raya. Bunyi sirene bertalu-talu memekikikkan setiap pengendara yang lewat. Setengah jam mereka sampai, melewati jalan yang sempit sekalipun. Karena perusahaan itu masuk menjorok ke dalam. Dan suasana di tempat itu sepi dan gelap. Mobil patroli melayang berhenti di depan bangunan terbangkalai. Di sana sudah ada dua mobil patroli melayang lain yang tampaknya punya polisi. Sudah jauh dari kata bangunan. Di sekitarnya banyaknya yang hancur maupun rusak.

Vitha and AllenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang