Bab 4: Eyes That

2 2 2
                                    

Sesampai di apartemen, Bobby memakirkan mobil patroli di depan apartemen. Cakra turun duluan saat pintu bergeser otomatis. Bobby melengok ke belakang."Kita sudah sampai. Vivi, Vivi, bangun!" panggilnya.

Gadis itu mengerjap bangun. Ia menguap sembari menutup mulutnya dengan satu tangannya.

"Hoam... eh, sudah sampai ya..."

"Sudah. Cepat kamu gendong dan bawa Allen ke dalam," suruh Bobby.

Vitha mengangguk, menggendong anaknya pelan. Sebelum turun ia menawarkan dulu pada pria itu untuk minum kopi sebentar.

"Enggak usah. Terima kasih," tolak Bobby halus."Aku langsung pulang."

Pintu bergeser otomatis, ia turun menggendong Allen yang masih terlelap berjalan masuk saat Cakra sudah menunggunya di depan pintu.

"Cepat buka kuncinya," kata Cakra tak sabar.

"Iya, ya. Sabar kenapa sih?" merogoh kantong seragamnya kemudian membuka pintu. Pintu terbuka, Cakra menyerobot masuk. Ia mengucapkan terima kasih kepada Bobby, pria itu langsung melesat pergi meninggalkan apartemennya. Ia masuk, mengunci pintu, beranjak menaiki tangga ke lantai dua menuju kamar. Allen mengerjap bangun. Memanggilnya,"Mama..."

"Iya, Sayang?"

"Mana Oom Rambut Jepang?"

"Sepertinya dia ada di kamar bawah. Kita ke ka-"

"Apa?" sahut Cakra di belakang mereka.

Allen menatap pemuda itu di balik pundak sang mama. Ia menatap matanya sebentar tampak mengingat sesuatu. Tangannya erat memegang lengan mamanya.

"Apa?" ulangnya.

"Allen tadi mencarimu. Kamu belum tidur?"

"Belum. Kamu sudah makan?"

Vitha menggeleng.

"Aku belum makan sama sekali. Besok saja aku makan. Hari ini aku mau tidur." akan beranjak membuka pintu namun tangannya dicegah oleh Cakra.
"Enggak, Vivi."

"Kenapa?"

"Masa kamu mau tidur dalam perut enggak terisi begitu?"

"Enggak masalah, kok."

"Jangan begitu. Aku buatkan kamu sesuatu," katanya.

"Kamu bisa memasak?"

"Bisa."

Mereka tak jadi masuk kamar. Mereka menurut saat Cakra mengajak
mereka ke dapur. Di dapur yang menjadi satu dengan ruang makan, Cakra dengan lihainya membuat nasi goreng untuk mereka. Memotong sosis, pete, sawi dan meracik bumbu serta nasi, memasukkan semuanya ke dalam wajan, tak lupa mencampurkannya. Beberapa menit, nasi goreng buatannya jadi. Cakra mematikan kompor, meletakkan nasi yang masih panas itu ke mangkuk ukuran sedang. Membawanya ke meja makan. Vitha takjub menatap nasi goreng berisi campuran pete, sosis dan juga sawi dengan asap mengepul ke wajahnya.

"Sepertinya enak." mengambil nasi yang sudah jadi ke piring. Allen pun juga.

Mereka mencoba menyantapnya.

"Woow, enak!" pujinya.

Allen tak menjawab, melainkan menyantapnya terus. Di sela santapannya ia menatap lagi ke mata Cakra.

"Ada sesuatu?"

Ia diam saja, melanjutkan makan.

Vitha menatapnya bingung.

"Ada apa?"

Allen diam saja, menggeleng.

"Enggak suka sama makanannya?"

Vitha and AllenWhere stories live. Discover now