Bab 12: Bobby and andreana (2)

1 1 0
                                    

Bruuak!

"Bobby!!" pekik Anita.

"Hahaha... cowok bodoh!" ejeknya.

"Apa yang kamu lakukan?!" bentak Anita, merentangkan tangannya. Melemparkan kembali meja-kursi serta barang-barang yang ada di sekitarnya. Wima dan Aksara sibuk menyelamatkan para pelanggan dan pelayan keluar untuk berlindung. Mereka menggiring mereka keluar dari restoran ke tempat yang jauh dari tempat itu. Salah satu dari mereka bertanya kepada Aksara,"Pak, apa yang sebenarnya terjadi?"

"Kita diserang oleh seorang esper," jawab Aksara.

"Esper?"

"Bukannya seorang esper itu sudah dilarang keberadaannya?"

"Apa?"

"Anda berdua belum tahu? Padahal itu larangannya sudah lama sekali," katanya,"apa Anda seorang esper?"

"Saya emang esper," aku Aksara. Mengalihkan pandangan mengarah restoran itu. Terdengar seruan ledakan bertubi-tubi bahkan sebagian bangunannya melayang dan menubrukkan ke dalam bangunan.

"Bagaimana ini, Aksa?" Wima keluar di antara kerumunan.

"Aku enggak tahu."

Kembali ke pertarungan Anita dan Andreana. Bangunan restoran telah separuh hancur.

Dia memang kuat! Batin Anita.

Ia melemparkan puing-puing bangunan ke arah Andreana hingga dahinya mengucur keringat, mulai merasakan lelah menghadapi musuh di hadapannya kini. Andreana dengan senyum mengejek, melampiaskan puing-puing.

"Ada apa? Oh, aku tahu! Kamu pasti kelelahan, bukan?" ejeknya.

Bobby tersadar perlahan. Membuka matanya. Melihat langit-langit yang terbuat dari kayu yang diukir dengan bergaya khas korea. Terbangun, tetapi telinganya mendengar ledakan berkali-kali dan suara jatuh.

"A-Andrea..." ucapnya pelan.
"Andrea..." Berdiri tanpa memedulikan rasa sakit di seluruh badannya. Berlari menuju pertarungan."Andrea!" pekiknya. Melihat di depan kedua gadis itu bertarung. Tanpa terbang maupun mengeluarkan kekuatan sedikit pun, ia menghindar puing-puing itu, melompatinya seperti Cakra lakukan. Dulu Bobby tak ingin gadisnya menjadi seperti sekarang ini. Ia mengharapkan gadis yang dicintainya hidup dan kembali padanya. Hidup normal... Namun, harapannya melesat, gadis yang lama hilang, tak ada kabarnya berubah drastis...

Kakinya melompati puing yang terakhir. Kedua tangan direntangkan."Andrea, hentikan!"

Gadis itu melebarkan mata. Bobby memeluknya cepat.

Greb!

Puing-puing di sekitar mereka berhenti melesat dan melayang,terjatuh. Anita juga berhenti melempar-melihat ketua timnya memeluk Andreana.

"Hentikan, Andrea," larang Bobby."Cukup sampai di sini."

Andreana dipelukannya bergeming.

"Kamu tahu? Aku merindukanmu. Sejak peristiwa itu, keberadaanmu menghilang. Aku pernah berpikir kalau kamu sudah tiada... tapi, ternyata pemikiranku itu salah..." Jujur, Bobby sangat merindukan gadis ini. Ia sampai rela mencari informasi keberadaannya ke teman-teman sesama pembasmi, atasan bahkan para penduduk sipil. Namun hasilnya nihil. Teman-temannya menyuruhnya berhenti untuk mencari, bersedia mencari pengganti gadis tersebut. Ia sendiri menolaknya dengan halus.

"Pemikiranmu emang salah," kata Andreana."Apa aku salah, kalau aku sudah menjadi esper sepertimu, Bob?"

"Itu..."

"Kamu enggak suka?"

"Aku..."

Andreana melepaskan pelukan Bobby. Dia tidak menyerangnya. Melainkan melayang pergi meninggalkannya.

"Andrea, tunggu!" panggilnya.

Andreana tetap melayang terbang tanpa memedulikan panggilannya, menghilang. Setelah kepergian gadis itu, Anita memenghampiri Bobby yang tak mengalihkan padangan dari luar.

"Bobby..."

Bobby menghembuskan napas pelan, menoleh,"Ayo, kita pulang," ajaknya beranjak keluar menuju arah parkiran. Anita yang paham, menyusulnya dan memberitahu Aksara dan Wima di tempat yabg agak jauh dari arah restoran.

"Kak, bagaimana?" kata Wima cepat-cepat.

"Semua baik-baik saja," Anita memberitahu.

"Bagaimana dengan esper tadi?" tanya Aksara.

"Dia sudah pergi."

"Apa?"

"Sebaiknya kita kembali ke kantor. Soal mereka," memandangi para pelanggan da pelayan yang tampak khawatir di belakang mereka."Tolong, suruh mereka untuk bubar dan pulang," perintahnya."Untuk selanjutnya, kantor kami akan menginformasikan selanjutnya."

"Baik."

Wima dan Aksara menyuruh para pelanggan dan pelayan bubar dan pulang. Anita melayang menuju ketuanya lagi. Di area parkir, ia melihat pria itu berdiri di samping mobil melayang. Matanya menerawang. Sambil menjejakkan kaki, berjalan menghampirinya. Akan memanggilnya namun urung, karena di sela oleh Bobby.

"Sudah kamu suruh mereka?" sahutnya tanpa menoleh.

"Eh? Sudah, kok," jawab Anita, ia sebenarnya penasaran dengan gadis bernama Andreana itu. Dengan hati-hati, mencoba bertanya,"Maaf, Bob, aku enggak bermaksud lancang, tapi siapa gadis bernama Andreana itu?"

Bobby berbalik, tersentak namun dengan segera egonya disembunyikan.

"Bukan siapa-siapa," jawabnya pelan, dengan tatapan datarnya."Kita pulang." Dia berbalik lagi, pintu bergeser otomatis mobil melayang. Masuk ke dalam.

Anita tidak bertanya lebih lanjut ikut masuk saat pintu di sebelah kanannya bergeser terbuka. Mobil melayang melesat terbang menuju jalan raya. Memutuskan untuk pulang. Bobby mengendarai setir, tapi pikirannya memikirkan Andreana.

Vitha and AllenWhere stories live. Discover now