Bab 11: Bobby and Andreana (1)

1 1 0
                                    

Mereka bertiga serempak bersorak.

"Ayo!" Aksara bersemangat.

Mereka berempat beranjak dari ruangan, keluar menuju tangga. Menuruninya sampai ke Aula depan. Bobby dan lainnya tak membawa mobil parotroli melayang melainkan membawa mobil melayang. Dua mobil melayang dengan warna berbeda melesat melayang ke menuju jalan raya.

"Emangnya restoran langganan Ketua di mana?"

"Enggak tahu. Kita ikuti saja mobilnya." Wima mengendalikan kemudi.

Dua mobil melayang menyusuri jalan menyalip mobil-mobil melayang yang melintas di depan mereka. Seperti biasa, polisi siap bertugas di tengah jalan untuk mengatur arus lalu lintas dan akan menilang pengendara yang tak membawa sim atau kendaraan yang tak lengkap atributnya. Mobil mereka memelankan laju, sampai dua menit kemudian, berhasil melewati polisi dan mobil mereka tak bermasalah, sampai di perempatan. Di situ terdapat restoran kecil yang menyediakan makanan khas korea. Tempat itu tempatnya bersih. Banyak pelanggan yang berdatangan memasuki restoran. Mobil melayang berhenti di depan restoran. Pintu bergeser otomatis, mereka turun.

"Ramai, ya?" kata Anita.

"Memang. Tapi sudah saya izinkan dia cuti selama seminggu untuk penyembuhannya."

"Baguslah," kata Anita.

Obrolan mereka dilanjutkan. Semenit kemudian, pesanan mereka datang. Robot pelayan melayang membawa nampan. Meletakkan satu per satu makanan dan minuman ke meja.

"Terima kasih," ucap Bobby, mulai menyantap pesanannya.

"Sama-sama," jawab robot pelayan meletakkan piring terakhir-Tebbokki punya Aksara. Berbalik meninggalkan mereka.

"Ternyata Tebboki di sini enak," ucap Aksara, menyantapnya. Decap lidah tak berhenti di mulutnya.

"Betul. Makanya saya bawa ke sini kalian biar tahu. Memang kebanyakan makanan seperti ini banyak di restoran korea lainnya. Tapi enggak kayak di sini. Di sini harganya terbilang murah," jelas Bobby.

"Wah, enak dong kalau murah. Kapan-kapan ke sini lagi ah!" Aksara merasa gembira."Sekalian mengajak seseorang," lanjutnya.

Wima berhenti menyantap Kikimbab di depannya.

"Mengajak siapa?" tanyanya.

"Ada, deh! Mau tahu saja!" mencomot Teteok ke mulutnya yang sudah dilumuri saus Gochujang.

"Oh." Wima tak peduli, kembali menyantap Kikimbab-nya lagi.

Aksara menatap teman semenjak dari kecilnya itu tersenyum kecil. Mereka berteman sejak ibu Wima mengangkatnya sebagai anak, karena pemuda itu dulunya seorang penjahat sejak sama seperti Alex. Dulu, sehabis direhabilitasi, ia tak punya sanak saudara. Ia bertemu dengan ibu Wima, yang bekerja sebagai rebilitor di tempat bekerjanya dan membawanya ke rumah mereka. Namun ibu Wima sudah lama meninggal. Mereka tinggal berdua sampai sekarang.

"Kenapa?"

"Enggak apa-apa."

Suasana di restoran itu masih ramai ketika mereka datangi. Sampai terjadi bunyi ledakan di luar. Orang-orang yang makan di dekat pintu dan jendela terkapar. Ada yang tertimpa meja, kursi bahkan tembok yang retak.

"Ada apa?"

"Apa yang terjadi?"

"Lagi-lagi ada penyerangan?"

Anita berdiri, meletakkan sumpitnya di meja, beranjak keluar namun dicegah Bobby dengan menarik lengannya.

"Mau ke mana?"

"Saya ingin memastikan," kata Anita.

Bobby paham, melepaskan tarikannya."Hati-hati."

Anita segera keluar. Memastikan keadaan. Di luar ia melihat sosok si balik retakan dan kepulan asap.

"Esper? Cewek?"

Esper itu merentangkan tangan, melayangkan beberapa meja dan keursi ke arahnya.

Set!

Syuut!

Wuush!

Anita melompat ke samping kiri dan kanan dengan mudah. Satu tangannya direntangkan ke salah satu meja berisi makanan pelanggan yang belum habis. Pelanggan itu marah padanya.

"Hei, itu makananku!" serunya marah.

Ia tak peduli, melayangkan meja serta piring-piring itu melesat ke arahnya. Terjadi adu lempar di antara mereka, membuat para pelanggan dan para pelayan segera berlari membubarkan diri.

"Terjadi kegaduhan!"

Bobby dan lainnya menyusul. Anita dan cewek esper itu sedang bertempur.

"Wima! Aksa! Segera amankan orang-orang di sini!" perintahnya, menyusul Anita untuk membantunya.

Anita masih melayangkan meja dan kursi, sesekali menghindar dari serangannya. Tanpa diketahui mereka berdua, di belakangnya cewek esper tersebut, Bobby melesat ke arahnya. Ia sadar, menunduk cepat ke bawah.

Druuak!

"Wah, wah, kita bertemu lagi ya, Bob?" sapanya.

Bobby terkejut.

"Andreana...?"

Cewek itu tersenyum.

"Ternyata kamu masih ingat denganku?"

"Andrea, kamu masih hidup?"

"Aku masih hidup, kok."

Anita melihat ke Bobby, bergantian menatap cewek di depannya.

Ketua kenal dengan cewek itu? Batinnya.

"Kukira kamu sudah meninggal."

"Meninggal?" katanya,"meninggal katamu?"

"Tapi kenapa kamu bisa selamat dari insiden tujuh tahun itu?"

"Aku menyelamatkan diri setelah aku menjadi diriku yang sekarang."

"Menjadi Esper Buatan?"

"Seperti itu. Aku iri padamu yang seorang esper. Aku berkali-kali diselamatkan olehmu. Aku ingin membalas budimu. Namun enggak bisa. Akhirnya, aku bertemu seorang profesor yang bersedia membuatku miliki kekuatan yang sama seperti dirimu. Tapi dengan kekuatan baruku ini, malah aku berubah dan menghancurkan apa saja. Kamu tahu? Aku telah membunuh keluargaku dengan kekuatan ini setelah insiden itu dan mereka sama sekali enggak mau menerimaku... mereka berharap, ingin mempunyai anak gadis seperti biasa, gadis normal. Bukan hanya itu, hubunganku denganmu enggak mendapat restu dari mereka," ungkapnya."Karena kita berbeda."

"Dan kamu pergi setelah itu," kata Bobby, ada getiran dalam suaranya.

"Maaf, membuatmu khawatir, Bob."

Bobby tak bergeming. Melanjutkan,"Maumu sekarang apa?"

"Aku? Ya, seperti sekarang ini."

Bobby berjalan menghampirinya. Cewek yang selama ini ditunggunya telah berdiri dan bertemu di hadapannya kini. Cewek yang menghilang selama tujuh tahun akibat peristiwa itu... kedua tangannya dihadapkan ke depan, menyentuh pipi cewek yang selama ini dicintainya... kerinduan yang selama ini direndam, akhirnya kembali lagi seperti dulu... sewaktu cewek ini masih menjadi seorang manusia...

Tangannya masih menyentuh pipinya, tiba-tiba Andreana melemparkannya sekali lempar ke belakang-menabrak pintu kayu hingga jebol.

Bruuak!

"Bobby!!" pekik Anita.

Vitha and AllenWhere stories live. Discover now