Bab 10: The Memory (1)

5 2 2
                                    

Besoknya, Vitha sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Seperti perkataan Bobby kemarin, dokter menyarankan ia istirahat selama Minggu ke depan untuk penyembuhannya. Sebelum Cakra mengurus administrasi sebelum pulang, dia meminta izin pada Bobby melalui pesan di Whatssap sementara ia dan Allen menunggu di kamar perawatan. Cakra kembali masuk ke kamar perawatan, mengajak mereka untuk meninggalkan kamar itu sembari tangannya menyeret koper. Satu tangannya menuntun gadis itu keluar. Allen di belakang mereka, menggendong bonekannya. Mereka berjalan kelaur menyusuri setiap kamar yang mereka lewati. Sampai menuju Aula rumah sakit. Mereka berbelok ke tempat parkir yang mobil putih milik Vitha dari kemarin sudah terparkir di situ.

"Kamu membawa mobilku kemarin?"

"Ya, aku yang membawanya," kata Cakra, mendahului, pintu terbuka otomatis,"Cepat, masuk," suruhnya.

Ia masuk diikuti Allen naik. Pintu tertutup. Cakra membuka bagian belakang mobil, memasukkan koper, menutupnya dan menghampiri pintu sebelah kiri yang terbuka. Dia masuk, merogoh kunci di dalam saku jaketnya. Memasukkannya di lubang kunci. Mobil melayang itu menyala dan melayang mundur perlahan, berbelok ke jalan raya.

"Jadi, harus istirahat total, deh," Vitha menghela napas, bersandar pada kursi.

"Mau gimana lagi?"

"Maaf, merepotkanmu."

"Enggak apa-apa." Cakra fokus menatap ke depan tanpa menoleh.

"Kenapa kamu menolongku—maksudku, menolong kami?"

Cakra terdiam. Hanya terdengar suara deru mobil melayang yang melintasi mereka diiringi bunyi klason.

"Sudah jelas, kan? Aku menolong kalian karena itu tugas dari tim pembasmi?" katanya,"kayaknya waktu kamu siuman aku sudah ngomongin itu."

"Eh, ya... cuma memastikan apakah kamu itu lupa."

"Aku enggak akan lupa. Jadi, sarapan hari ini dibuatkan apa?" tawarnya.

Vitha menoleh ke belakang melihat anaknya. Allen di belakang memainkan bonekanya."Kamu mau sarapan apa hari ini?"

Allen berhenti memainkan boneka, menatap sang mama.

"Terserah," katanya kembali memainkan boneka.

"Oke. Aku buatkan krim sup untuk sarapan hari ini," Cakra memutuskan.

Mobil melayang melesat memasuki pertigaan. Terjadi kemacetan sementara. Lampu lalu lintas menandakan warna merah. Bunyi klason di antara mereka saling bersahutan. Ada beberapa pemuda yang menaiki sepeda motor meayang sepertinya membentuk geng motor melesat mendahului tanpa menunggu lampu berganti warna. Sambil di antara mereka berteriak,"BRAVO!!"

"Dasar gila," desis Cakra tak suka."Bisa-bisanya mereka enggak mematuhi peraturan lalu lintas."

Beberapa menit, lampu berwarna merah berganti berwarna hijau menandakan semua kendaraan dapat meneruskan perjalanan kembali. Cakra melajukan mobil melayang bersamaan bersama kendaraan melayang lainnya, seraya melaju, dia berbelok ke salah satu jalan di kota itu-jalan tampak sepi kendaraan dan banyak pohon-pohon lebat di setiap pinggir jalan dan ada beberapa tiang listrik.

"Kok ke sini?"

"Lewat sini karena lebih cepat menuju apartemen ketimbang jalan barusan," Cakra memberitahu.

"Aku belum pernah ke sini."

"Masa?"

"Iya, kamu kok tahu jalan ini?"

"Aku pernah lewat."

"Kamu pernah lewat?"

Allen berhenti lagi memainkan boneka. Ia menatap ke arah jendela yang gordennya terbuka. Matanya terbelalak lebar menatap jalan itu.

Vitha and AllenWhere stories live. Discover now