Bab 3: Protected

3 2 2
                                    

"Biarkan dia ikut," sahut Cakra keluar dari kamar setengah mengantuk.

Vitha terkejut.

"Membiarkan dia ikut? Kamu enggak apa-apa?"

"Aku yang akan melindunginya," kata Cakra.

Vitha terdiam, berpikir sebentar, lalu mengangguk setuju. Mereka segera pergi mencari seorang penyihir yang membuat penyerangan di kota. Aksara dan Wima juga sempat dihubungi oleh Bobby, mereka tidak menuju kantor, melainkan pergi mencari. Cakra menggendong Allen bersama Vitha terbang. Mereka tetap seperti misi awal, berpencar mencari.

Pik!

"Ada apa, Allen?"

"A-ada bau..."

"Bau?"

"B-bau... Di sana..." tunjuknya ke beberapa pohon-pohon dan mereka turun di salah satu gedung yang tetutup.

"Di mana?"

Allen mendongak.

"Di atas..."

"Di atas?" Cakra segera menurunkan Allen dan beranjak melompat ke sana, dengan entengnya. Vitha di sampingnya tampak waspada dan melindungi anaknya. Cakra menatap sekeliling. Dia masih melompat, dan mendongak menatap sekelebat hitam menyerang dari atas-melayangkan serangan. Dia melompat menghindar. Dia menunduk, melihat ke bawah, dilihatnya gadis itu bersama Allen.

"Khu, khu, khu..." tawanya, memperlihatkan wajahnya separo. Merentangkan tangannya ke arah Cakra. Sinar kebiruan menyala meluncur ke arahnya. Dia melompat menghindar. Dia melompat, menonjoknya.

Buuuk!

Sosok itu menghilang, berubah menjadi asap.

"Apa?"

Sosok itu muncul dari bawah, tepat di belakang Vitha dan Allen. Allen menoleh, mencium bau seperti bunga. Vitha menoleh, melihat sosok itu meluncurkan sinar kebiruan ke arah mereka.

Buum!

"Gawat!" Cakra melompat, menyusul ke bawah. Dia lengah. Vitha dan Allen menghindar, terseok bersamaan. Bocah itu berada dalam pelukan sang mama.

"Kamu enggak apa-apa?" tanya Vitha, memastikan anaknya.

Allen mengangguk.

"Hooh, menghindar, ya?"

Sosok itu menggumamkan sebuah mantra. Sihir merah menyala muncul seperti percikan dari tangannya, dilemparkannya ke mereka. Vitha menggendong Allen, berguling cepat menghindar. Cakra dari atas, menonjoknya lagi-ke wajahnya.

Buuak!

"Ugh!"

Cakra melayangkan satu kakinya, menendangnya.

Buuak!

Wanita itu terjatuh terseok beberapa meter.

"Penyihir sialan!" pekiknya marah, berlari maju, mencoba menendang lagi.

"Ugh..." penyihir itu tampak kesakitan, berusaha bangkit, melihat pemuda itu berlari ke hadapnnya. Tangannya terentang, menggumamkan mantra.

"Enggak akan kubiarkan!"

Sihir merah menyala itu meluncur, mementalkannya seketika hingga dia kesakitan.

"Arrgh!"

Vitha menyusul, terbang, melayangkan batu berukuran besar ke arah penyihir itu.

Wuush!

Penyihir itu menoleh, mendongak melihat batu berukuran besar itu di atasnya, turun dengan cepat di bawahnya.

Vitha and AllenWhere stories live. Discover now