Part 52🌹

28K 3.4K 149
                                    

Vote sebelum baca🌟

Vote sebelum baca🌟

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Logan mendengus. "Memangnya kenapa kalau aku lancang menginginkan milikmu? Bukan kah pilihan akhir tetap lah tergantung pada keputusan Nara?"

Nara memijit kepalanya akibat mendadak sakit kepala melihat sifat keras kepala Logan.

"Kau berani menantang ku?!" Raut wajah Isaac semakin suram. Tatapannya begitu tajam pada Logan tapi itu tak membuat Logan takut.

"Kenapa tidak berani? Memangnya kau siapa?"

Nara dan Krasnaya ikut gregetan mendengar jawaban Logan untuk Isaac. 

'cari mati!' batin keduanya.

Isaac tertawa mengejek. "Kau tidak layak mengetahui siapa diriku. Yang perlu kau ketahui, usaha orangtuamu akan ku buat bangkrut jika kau masih saja menganggu Naraku."

Logan tersenyum mencemooh. "Pria sejati tidak akan menggunakan orang lain sebagai ancaman. Apakah kau takut Nara benar-benar jatuh cinta padaku dan mencampakkan mu?"

Rahang Isaac mengeras mendengar pertanyaan Logan.

"Sampai kapan pun, aku tidak akan pernah jatuh cinta padamu, Logan. Karena cintaku hanya untuk Isaac." 

Nara mulai beraksi. Bangkit dari duduknya dan menggelayuti lengan Isaac manja supaya suaminya itu tidak meluapkan amarah.

"Aku yakin waktu dapat membuatmu jatuh cinta padaku, Ra." Sahut Logan masih belum menyerah.

Isaac kembali geram. Tubuhnya bergerak maju, seakan ingin menghajar Logan saat ini juga tapi Nara menguatkan pelukannya. "Aku sudah lelah. Kita pulang saja ya?" Rayunya.

Isaac dilanda keraguan. Antara ingin menghajar Logan atau memenuhi keinginan Nara untuk pulang.

"Suamiku. Aku lelah." Panggil Nara manja. Mampu menghancurkan keraguan Isaac.

"Baiklah. Kita pulang sekarang, amour." Isaac melingkarkan tangannya di pinggang Nara. Begitu posesif. Seakan menyatakan kepemilikannya.

"Ra! Kasih aku kesempatan untuk membuatmu jatuh cinta padaku!" Seru Logan.

Isaac tak tahan lagi. Melepaskan pelukannya dari Nara dan menghampiri Logan dengan langkah besar.

Lalu, menghajar pria itu tanpa mempedulikan orang-orang sekeliling yang kian heboh melihat persiteruan mereka.

Nara menghela nafas pasrah. Ia sudah berusaha menahan amarah sang suami tapi Logan dengan bodohnya malah memancing emosi suaminya.

Terserahlah!

Biar saja Logan dihajar oleh Isaac.

Siapa tahu setelah ini, otak Logan dapat berjalan normal dan tidak menganggunya lagi.

"Kenapa kau berusaha menahan amarah Tuan Isaac, Ra? Padahal lebih baik Tuan Isaac melampiaskan amarahnya sejak awal pada Logan supaya pria itu sadar bahwa kau sudah punya suami sehingga dia tidak akan berani lagi mengharapkanmu." Celetuk Krasnaya tak mengerti pola pikir Nara.

"Aku ingin mencegah keributan di sini supaya tidak menjadi tontonan orang banyak." Sahut Nara lelah.

Krasnaya manggut-manggut setelah menyadari semua orang dalam cafe menonton pertengkaran Isaac dan Logan tanpa berusaha melerai keduanya.

"Aku takut Isaac disalahkan oleh semua orang." Imbuh Nara mengeluh.

"Ku pikir, mereka akan mengerti kenapa Tuan Isaac melakukan hal tersebut. Lagipula, pria mana yang tidak akan marah melihat pria lain mengejar istrinya secara terang-terangan?"

Nara membenarkan dalam hati ucapan Krasnaya.

Pandangannya kembali teralihkan ke arah Isaac yang masih betah menghajar Logan. Sedangkan Logan tak mau kalah dari Isaac. Menghindar dan membalas sebisa mungkin.

Matanya melotot kaget melihat Logan meraih gelas dan memukulkannya ke kepala Isaac sehingga gelas tersebut pecah. Dia tak bisa lagi menahan diri dan bergegas mendekati keduanya. Berniat melerai pertengkaran sengit itu.

Nafasnya memburu melihat Logan mengambil pecahan gelas dan hendak menyerang suaminya dengan itu.

Kakinya berlari kencang dan menahan pecahan gelas itu dengan tangan kosong. "Cukup!" Teriaknya murka.

Logan terkejut melihat Nara menahan serangannya untuk Isaac.

Begitupun dengan Isaac. Pria itu sama terkejutnya dengan Logan.

"Jangan menyakiti suamiku! Dan ingatlah, Logan! Sampai kapan pun aku tidak akan pernah mencintaimu. Jadi, menyerah lah dan jangan mengangguku lagi!" Bentak Nara marah. Tatapan tajamnya terus tertuju pada Logan yang kini terdiam membisu.

Isaac melotot kaget melihat darah Nara menetes ke lantai. "Lepaskan pecahan gelas itu, amour. Kau terluka," katanya panik.

Logan pun ikut menatap tangan Nara dan tercekat melihat darah membanjiri tangan Nara. "Maaf, Ra. Aku menyakitimu." Cicitnya bersalah.

"Cepat lepaskan pecahan itu, amour!" Titah Isaac panik.

Nara melepaskannya sesuai perkataan Isaac.

Isaac mendekati Nara dan menggendong istrinya keluar tanpa mempedulikan keadaannya sendiri. Meninggalkan para penonton dan Logan yang terpaku di tempat melihat kepergian mereka.

Bersambung...

firza532

Sweet HusbandWhere stories live. Discover now