Part 41🌹

29.9K 3.4K 116
                                    

Cerita ini ku buat untuk memperbaiki mood.

Makanya banyak adegan sweet dan cuma sedikit konflik.

Semoga suka. Semoga mood kalian membaik setelah membacanya. Dan semoga kalian tidak terlalu halu mendapatkan suami bucin kek Isaac 🤣

Happy reading💛

Bibir Nara tertekuk ke bawah dengan mata berkaca-kaca

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bibir Nara tertekuk ke bawah dengan mata berkaca-kaca. Pandangannya terus tertuju lurus pada luar jendela. Enggan menunjukkan kesedihannya pada sang suami.

Satu tetes air mata meluncur juga pada akhirnya, membuat Isaac menghela nafas panjang.

Tanpa mengatakan apapun, pria itu membawa Nara ke atas pangkuannya dan memeluk tubuh Nara lembut serta memberikan usapan-usapan menenangkan.

Nara malah semakin menangis. Air matanya berjatuhan, membasahi kemeja Isaac. "Hikss aku masih merindukan mommy dan Daddy. Aku tidak ingin kembali ke London." Raungnya. Menumpahkan isi hati dan pikirannya.

Nara memang sangat merindukan kedua orangtuanya. Kebersamaan mereka selama lima hari belakangan ini tidak cukup baginya. Ingin menambah waktu beberapa hari lagi tapi Isaac tak mengizinkannya.

"Amour, aku mengajakmu mengunjungi orangtuamu bukan untuk membuatmu menetap di sisi mereka. Aku hanya ingin kau merasa bahagia di hari ulang tahunmu. Jadi, maafkan aku karena tak bisa memenuhi keinginanmu kali ini."

Tadi pagi, Nara tiba-tiba merengek ingin menetap di Amerika.

Nara tidak rela meninggalkan kedua orangtua dan sahabatnya.

Isaac sudah berusaha memberikan pengertian pada Nara tapi istrinya itu sangat keras kepala.

Alhasil, Isaac memberikan sedikit ancaman supaya Nara mau kembali ke London bersamanya.

Tapi karena paksaannya, Nara malah merasa sedih dan diam di sepanjang perjalanan.

"Aku masih merindukan mereka." Lirih Nara menyayat hati Isaac.

"Nanti kan bisa video call mereka, amour." Hiburnya.

Nara menatap Isaac sedih. "Tapi, aku ingin melihat mereka secara langsung."

Isaac mengusap air mata Nara. "Jangan menangis lagi. Nanti aku akan menyuruh orangtuamu untuk mengunjungi kita."

"Mommy dan Daddy sibuk. Pasti mereka tidak akan punya waktu untuk mengunjungi ku."

"Kau putri kesayangan mereka. Pasti mereka akan meluangkan waktu untuk mengunjungimu, amour."

"Bagaimana kalau mereka tidak bisa meluangkan waktu untuk mengunjungiku?"

"Maka aku akan menculik mereka untukmu."

Nara melotot kaget. "Jangan bercanda!"

"Aku tidak bercanda, amour. Akan kuculik mereka untukmu kalau mereka tidak bisa meluangkan waktu untuk mengunjungimu."

Nara mengerucutkan bibir kesal. "Dasar pria pemaksa."

Isaac tersenyum geli. "Ya. Itulah aku."

Nara membuang pandangan ke arah lain. Tangisannya sudah reda karena mendengar perkataan menyebalkan Isaac. Yang tersisa sekarang hanyalah kekesalan.

"Lagipula, Minggu depan universitasmu akan mengadakan UTS. Kau tidak mau bukan ikut ujian susulan?"

Nara mengerjap kaget. "Astaga! Aku sampai melupakan hal itu!"

Isaac mengecup pipi Nara gemas. "Selain itu, di perusahaan ada sedikit masalah yang harus segera ku atasi, amour."

Nara mengerjap kaget. "Kenapa baru sekarang mengatakannya padaku?"

"Karena aku tidak ingin membuatmu memikirkan masalahku, amour."

Wajah Nara kembali sedih. "Bukan kah kita ini suami istri? Dan bukan kah suami istri itu harus saling terbuka satu sama lain?"

"Aku tahu tapi aku tidak ingin membuatmu khawatir."

"Memangnya ada masalah apa di perusahaanmu?"

Isaac mengusap puncak kepala Nara lembut. "Jangan dipikirkan." Ujarnya sedikit tegas.

Nara menghela nafas pasrah. "Kalau kau kesusahan, kau bisa menceritakannya padaku supaya aku bisa membantumu. Biar bagaimanapun, aku ini sudah mengerti tentang dunia bisnis. Aku Pasti akan melakukan apapun untuk membantumu."

Isaac tersenyum manis. "Kau tidak perlu membuang tenaga untuk mengurus masalah perusahaanku, amour. Yang perlu kau lakukan hanyalah selalu berada di sisiku sampai kapan pun."

Nara mengangguk seraya memeluk Isaac manja. "Baiklah. Aku akan selalu berada di sisimu. Maaf. Tadi aku tidak bisa menahan kesedihan karena harus berpisah dari mommy dan Daddy."

"Tidak perlu meminta maaf karena aku paham apa yang kau rasakan, amour."

Isaac membalas pelukan Nara serta melayangkan kecupan-kecupan ringan di puncak kepala istrinya.

"Maaf karena memaksamu untuk kembali bersamaku ke London, amour."

Nara menggigit leher Isaac kesal. "Sudahlah. Jangan diungkit lagi atau aku akan kembali teringat dengan kejadian tadi."

Isaac mengusap punggung Nara. Bibirnya mendekati telinga Nara. "Apakah kau tahu, amour?" Bisiknya ambigu.

Sontak saja Nara menoleh dengan kernyitan di dahinya. Tatapannya seolah mengatakan 'APA?'

Isaac mengusap bibir bawah Nara menggoda. "Gigi nakalmu membuat milikku terbangun."

Nara mengerjap polos. "Hah?!" Otaknya mendadak Lola.

Isaac tertawa gemas melihat reaksi polos Nara. Perlahan, bibirnya mendekati bibir Nara dan menciumnya penuh tuntutan. "Sepertinya asik juga bermain di udara. Kau ingin mencobanya, amour?"

Pipi Nara memerah mendengar bisikan menggoda Isaac namun dia tak berusaha untuk menolak. Ia malah memeluk Isaac erat seakan membiarkan Isaac untuk menguasai tubuhnya. Dan setelah itu ... Hanya mereka yang tahu^-^

(Pliss, jangan bayangin kejadian selanjutnya😂)

Bersambung...

7/2/22

Btw, yok tag teman kalian sebanyak-banyaknya.

Siapa tahu mereka suka sama cerita ini juga(◔‿◔)

firza532

Sweet HusbandWhere stories live. Discover now