Part 19🌹

63K 7K 194
                                    

Happy reading( ╹▽╹ )

Sedari tadi, Isaac terus merayu Nara supaya mencabut ucapannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sedari tadi, Isaac terus merayu Nara supaya mencabut ucapannya.

Bagaimana mungkin Isaac bisa menerima kenyataan tidak mendapatkan jatah malam ini dari istri tercintanya itu.

Tubuh Nara sudah seperti narkoba baginya. Selalu membuatnya candu. Ingin merasakannya lagi, lagi, dan lagi. Sangat susah untuk terlepas dari rasa candunya tersebut.

Akan tetapi, ini salahnya juga yang tidak bisa menahan diri dan kelepasan melakukan kebiasaannya di masa lalu sehingga membuat Nara kesal padanya.

Sulit bagi Isaac untuk mengubah kebiasaannya karena tiap kali melihat Nara bersama George, hatinya kembali resah dan gelisah.

Seakan Nara akan kembali lagi pada George karena masih menyimpan perasaan pada pria itu.

Takut pertahanan Nara goyah akibat melihat George setiap hari.

Biar bagaimanapun, sebelum tragedi itu terjadi, Nara sangat mencintai George dan rela melakukan apapun demi George.

Tak dapat dipungkiri, cinta bisa membuat siapapun menjadi bodoh. Contohnya adalah dirinya sendiri.

Dia menjadi sangat bodoh jika berurusan dengan Nara. Selalu melakukan apapun untuk menahan Nara di sisinya meskipun dibenci dan dimaki. Bahkan mengurung Nara tanpa mempertimbangkan perasaan perempuan itu.

Memikirkan kemungkinan terburuk tersebut, Isaac menjadi galau tingkat akut. Ia berhenti merayu Nara, pergi ke kursi kebesarannya, dan berlagak fokus memeriksa berkas.

Namun, ekspresi wajahnya tak bisa membohongi suasana hatinya. Wajahnya tampak sangat tertekan, cemas, dan takut.

Hal itu membuat Nara menghela nafas berat.

Dalam sekali tatap, Nara langsung tahu arti ekspresi suaminya.

Nara berjalan mendekati Isaac. Dengan berani duduk di atas pangkuan Isaac dan memeluk leher pria itu manja.

Tindakannya berhasil membuat Isaac terkejut bukan main. Bahkan refleks menahan nafas untuk sejenak saking terkejutnya.

Ekspresi cemasnya perlahan memudar. Berganti dengan ekspresi salah tingkah.

Nara mengusap pipi Isaac lembut seraya tersenyum kecil. "Jangan khawatir. Aku tidak mencintainya lagi karena sekarang aku hanya mencintaimu."

Ya, Nara tahu bahwa hubungan mereka di masa lalu sangat buruk. Selalu tersimpan kecurigaan, paksaan, dan kekangan.

"Lagipula, aku tidak akan mencintai pria yang membunuhku. Aku tidak akan menjadi bodoh karena cinta seperti dirimu." Sindirnya.

Akan tetapi, hal tersebut tak membuat Isaac merasa tersinggung.

Pria tampan itu malah tersenyum. Memeluk pinggang Nara posesif dan mencubit hidung mancung istrinya gemas. "Baguslah kalau kau tidak bodoh karena cinta."

Nara mengedipkan matanya genit. "Tapi kalau bodoh karena dirimu, aku rela." Godanya.

Pipi Isaac bersemu merah. Jantungnya berdebar kencang akibat tak kuat digombali Nara.

Reaksinya membangkitkan semangat Nara untuk menggoda suaminya lebih jauh.

"Aku heran." Celetuk Nara.

"Heran kenapa?"

Nara menangkup wajah Isaac lembut. Tatapannya terlihat lembut dan memuja pada Isaac. "Heran kenapa dulu aku bisa menyia-nyiakan pria sempurna seperti dirimu."

Nara menggerakkan jemarinya secara perlahan di atas permukaan wajah Isaac.

"Kau sangat tampan, kaya, dan berkuasa. Jika dibandingkan dengan George, kau beribu-ribu kali lebih baik dibandingkan dirinya."

Isaac menangkap tangan Nara yang kini mulai lancang mengusap dada bidangnya. Senyuman miring terpatri di bibirnya, seakan sudah menyusun rencana licik untuk Nara. "Aku memang lebih baik dibandingkan dirinya, amour."

Setelah itu langsung mencium bibir Nara.

Ciumannya begitu mendominasi dan menuntut lebih.

Tindakan Nara sebelumnya sangat memancingnya. Menghancurkan pertahanan dirinya.

Nara sedikit kewalahan oleh serangan Isaac tapi dia tetap membalas ciuman itu sebisanya.

Isaac kian bersemangat melakukan niatnya setelah mendapatkan reaksi positif dari Nara.

Pria itu menekan tengkuk Nara. Memperdalam ciuman mereka. Pelukannya pun mengerat. Seakan tak ingin membiarkan Nara lepas darinya barang sedetik pun.

Nara mengernyitkan dahinya kala merasa kehabisan nafas. Memukul pelan dada suaminya itu, memberi isyarat.

Isaac yang mengerti langsung melepaskan pagutannya.

Barulah Nara bisa bernafas lega.

Namun, itu bukan berarti Isaac berhenti.

Ciuman Isaac beralih ke leher Nara. Menciumnya lembut sebelum meninggalkan tanda kepemilikannya.

Nara hanya bisa pasrah menerima semua perlakuan Isaac dan ucapannya di kampus pun menjadi bualan belaka.

Bersambung ...

21/12/21

firza532

Sweet HusbandWhere stories live. Discover now